Ziarah Plastik, Tradisi Baru Saat Lebaran

oleh -249 kali dilihat
Ziarah Plastik, Tradisi Baru Lebaran
Air mineral kemasan-foto/ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com –  Lebaran telah menciptakan tradisi tersendiri di masyarakat. Tradisi itulah yang membuatnya kian semarak dan dirindukan.

Salah satu tradisi yang tetap terpelihara dengan baik adalah ziarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ziarah berarti kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dan sebagainya).

Dan lebaran identik dengan ziarah. Setidaknya ada dua jenis ziarah yang sering dilakukan masyarakat, yakni ziarah kubur dan  ziarah ke rumah kerabat atau teman.

Ziarah jenis kedua sebenarnya lebih tepat dikatakan bertamu atau berkunjung. Tapi, khusus dalam suasana lebaran, masyarakat lebih senang memakai kata ziarah. Dan menurut saya itu tidak salah. Bukankah rumah adalah tempat yang mulia?.

KLIK INI:  Ingin Begadang yang Sehat, Lakukan 6 Cara Ini!

Upaya berziarah ke rumah kerabat atau teman merupakan satu usaha merawat silaturahmi agar tetap erat.

Pada saat kunjungan itu, biasanya tamu akan disuguhi makanan dan minuman. Keduanya memang satu paket. Di mana ada makanan di situ ada minuman.

Suguhan air mineral kemasan

Namun, beberapa tahun belakang ini. Ada hal baru saat menjamu tamu di lebaran. Tuan rumah biasanya tidak lagi menyuguhkan tamunya minuman yang dituang ke dalam gelas kaca. Tapi, disuguhi air mineral kemasan.

Hal ini telah menjadi “tradisi” baru, termasuk di kampung saya. Padahal jauh sebelum air mineral kemasan menjadi magnet bagi masyarakat. Setiap tamu akan disuguhi dengan air yang telah dimasak lalu dituang ke dalam gelas.

Namun, semenjak banyak perusahaan memproduksi air mineral kemasan berbungkus plastik. Tradisi itu tergerus berganti “ziarah plastik.”

Harus diakui, menggunakan air mineral kemasan lebih instan, lebih cepat, dan hemat tenaga. Tidak perlu lagi memasak air dan mencuci gelas. Air gelas kemasan, setelah terpakai bisa langsung dibuang beserta sedotannya (pipet).

Sebenarnya bukan hanya saat lebaran hal ini terjadi. Setiap ada pesta pun yang punya hajatan akan lebih memilih air kemasan daripada memasak air sendiri.

Wadah air kemasan yang berupa plastik itu,  menjadi masalah tersendiri, khususnya di kampung-kampung yang tidak punya tempat pembuangan akhir sampah. Masyarakat akan membuangnya begitu saja. Gelas plastik itu akan berakhir di lingkungan sekitar dengan liar.

Sasasaran utama sebagai tempat pembuangan gelas air mineral kemasana adalah belakang rumah. Kerap pula ke dalam selokan bahkan sungai.

KLIK INI:  Pandemi dan 3 Momen Terbaik Edukasi Anak tentang Makanan Sehat

Sampah-sampah dari air kemasan tersebut, yang merupakan hasil dari ziarah ke rumah kerabat atau teman akan melahirkan masalah nyata bagi lingkungan.

Tidak mengherankan jika keberadaan gelas bekas dari air kemasan ini sangat mudah ditemukan berserakan di mana-mana. Sementara solusi penyelesaiannya masih jadi masalah tersendiri.

Apalagi jenis plastiknya sulit terurai—butuh waktu hingga ratusan tahun. Itu artinya gelas kemasan sisa menjamu tamu tahun ini masih akan ditemukan hingga ratusan tahun ke depan.

Mencemari lingkungan dalam waktu lama

Ia akan bergerak mencemari lingkungan, yang sangat mungkin berakhir di laut. Karenanya sudah selayaknya kita resah, sudah selayaknya kita kembali ke tradisi lama—menyediakan air bagi tamu yang datang berziarah ke rumah dengan air yang dituang ke dalam gelas kaca.

Lelah karena harus memasak air dan cuci  gelas jauh lebih baik daripada mencemari lingkungan hingga ratusan tahun mendatang. Sebab itu akan berdampak buruk kepada generasi selanjutnya.

Di lebaran, imbauan diet plastik dari pemerintah sepertinya lari kosong—masyarakat telah sangat nyaman menggunakan air gelas kemasan—yang sekali pakai saja langsung berpindah tempat ke lingkungan dan mencemarinya.

Apalagi di kampung, khususnya kampung saya  yang mayoritas didiami oleh petani. Tradisi atau kebiasaan ini sungguh merugikan, sebab bisa menghilangkan kesuburan tanah. Penyerapan tanah terhadap air akan rendah karena terhalang oleh plastik.

Belum lagi hal tersebut bisa menimbulkan berbagai jenis penyakit, khususnya Demam Berdarah (DBD). Karena air yang biasa diminum tidak habis lalu dibuang begitu saja.

Sementara nyamuk, terutama penyebab DBD sangat menyukai air yang tergenang. Termasuk yang terdapat dalam gelas plastik bekas.

Akan lebih bijak jika lebaran yang disambut suka cita ini dibarengi dengan cara yang lebih ramah lingkungan, salah satunya tidak menyediakan air gelas kemasan kepada tamu.

Meski hal tersebut mulai sulit diterapkan, sebab menyuguhkan air gelas kemasan plastik telah jadi tradisi baru di lebaran, yang entah sejak kapan bermula dan kapan akan usai.

KLIK INI:  Bermain Gadget Saat Berkendara, Ini Bahayanya!