- Perihal Buncis dan Pengalaman Pertama Memanennya - 28/03/2024
- Bongo’, Meski Dibenci Tetap Memberi Banyak Manfaat - 26/03/2024
- Mikroplastik di Dada Ibu - 10/03/2024
Klikhijau.com – Pada aplikasi LeafSnap, lamanti dideteksi sebagai Solanum americanum. Namun, sepertinya itu keliru. Karena Solanum americanum merupakan tanaman beracun. Sementara lamanti bisa dikonsumsi sebagai sayuran.
Meski begitu, nama Solanum americanum mengantar saya mengetahui tentang lamanti. Jujur saja, mengetahui nama suatu tumbuhan kadang membuat kewalahan.
Banyak orang, termasuk saya hanya mengetahui nama lokal atau daerahnya saja, sementara nama dalam bahasa Indonesia dan nama latinnya sama sekali buta, salah satunya adalah lamanti.
Wikipedia mencatat jika tanaman yang menjadi andalan orang dulu sebagai sayuran ini bernama ranti atau leunca yang berasal dari spesies Solanum nigrum, bukan Solanum americanum .
Tumbuhan dari genus Solanum ini merupakan anggota suku terung-terungan (Solanaceae). Buah dan daunnya dikenal sebagai sayuran dan juga menjadi bahan pengobatan. Rasanya jika dijadikan sayuran agak pahit.
Asal tumbuhan ini dari Asia Barat kemudian menyebar ke seluruh dunia. Lamanti dikenal mampu bertahan hidup dalam kondisi tertekan.
Cenderung diabaikan
Namun, menurut Marchella Putriantari dan Edi Santosa (2014) tumbuhan ini berasal dari Amerika Selatan. Sementara di Indonesia menyebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Tapi, barangkali pendapat itu perlu dikoreksi karena tumbuhan ini juga tumbuh subur dan menjadi gulma di Sulawesi Selatan, khususnya di Bulukumba.
Iya, tumbuhan ini tumbuh bersama dengan gulma yang lain. Kehadirannya cenderung tidak terlalu diperhatikan. Apalagi bagi generasai zaman sekarang.
Hanya orang-orang tua di kampung saya yang kerap memperhatikan dan mengambilnya sebagai sayuran. Lamanti merupakan sayur andalan para orang tua.
Cara pengelohannya sebagai menu sayuran cukup sederhana, bisa dimasak tunggal, maksudnya tanpa campuran sayuran lain dan bisa juga dicampur, semisal dengan kentang. Cara memasaknya bisa direbus dan ditumis.
Masih menurut Marchella dan Edi dalam Pratiwi (2014) bahwa bagian yang dikonsumsi adalah buah dan daun. Untuk daunnya adalah yang masih muda. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2011), 56.4% dari 90 responden menyatakan menyukai leunca.
Menariknya dalam 100 gram buah leunca segar mengandung 90 g air, 0.1 g lemak, 1.9 g protein, 7.4 g karbohidrat, 274 mg Ca, 4.0 g Fe, 0.5 g karoten, 17 mg vitamin C, 0.1 mg vitamin B1, dan 17 mg vitamin C.
Namun meski memiliki banyak kandungan, lamanti atau leunca sebagian besar hanya dipanen dari areal yang kurang pemeliharaan, biasanya di kebun atau di semak-semak—tempatnya tumbuh liar.
Bisa jadi obat herbal
Rupanya selain sebagai sayuran yang nikmat, tumbuhan ini dapat pula dimanfatkan sebagai obat tradisional. Misalnya di Jawa Barat dijadikan sebagai aprodisiak, yakni zat yang merangsang daya seksual.
Sedangkan menurut literatur obat India kuno, buahnya dapat memberikan efek menguntungkan pada peradangan, diuretik, dan TBC (Chopra dalam Marchella, 2014).
Selain itu, menurur Ghani (2003) buah tumbuhan dari ordo Solanales ini dapat digunakan untuk mengobati, diare, penyakit jantung, demam, penyakit mata, edema anasarka atau bengkak seluruh tubuh), penyakit anjing gila, ambeyen, pembesaran hati kronis, blood-spitting (batuk berdarah), dan disentri.
Sementara menurut penelitian Gogoi dan Islam (2012) menunjukkan buah tumbuhan ini mengandung metabolit sekunder, yaitu flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin. Tidak hanya itu, juga terdapat, glikosida, gula pereduksi, gum, dan steroid pada buahnya.
Metabolit-metabolit sekunder tersebutlah yang diduga berkhasiat sebagai obat. Jenis alkaloid yang dikandungnya adalah solanin, solamargin, dan solasonin.
Sementara alkaloid pada daunnya mengandung solasonin dan solamargin, sedangkan pada buah terdapat solanin, solamargin, solasonin, α dan β-solanigrin, dan solasodin, serta solanin pada biji tanamannya (Karmakar, 2010).
Tumbuhan ini termasuk terna atau perdu semusim atau tahunan yang tergantung tempat hidupnya. Tingginya bisa 120 cm, batangnya cenderung tidak berkayu, ditutupi rambut halus. Tumbuhan ini menyukai kawasan ladang atau kebun yang terang.
Untuk daunnya bisa mencapai panjang 7 cm dengan lebar 5 cm, bercangap di tepinya, yang permukaannya dapat ditutupi rambut.
Bunganya tersusun dalam rangkaian, memiliki mahkota berwarna putih kehijauan, dengan kepala sari kuning tegak, menutupi putiknya.
Lamanti memilki buah yang kecil kurang dari 1 cm diameternya. Ketika masih muda akan berwarna hijau yang berangsur jadi ungu pekat yang terlihat seperti hitam jika telah masak.
Untuk mengonsumsi buahnya yang masih mengkal dan matang sebaiknya hati-hati karena bisa saja dapat mengandung racun. Namun, itu tergantung pada galurnya. Beracun atau tidaknya tergantung pula pada berasal dari kultivar mana. Jadi, sebaiknya jangan mengonsumsi buahnya di sembarang tempat.
Taksonomi lamanti:
- Divisi : Tracheophyta
- Upadivisi: Spermatophytina
- Klad : Angiosperms, Mesangiosperms, Eudicots, Core eudicots, Asterids, dan Lamiids
- Ordo : Solanales
- Famili : Solanaceae
- Upafamili : Solanoideae
- Tribus : Solaneae
- Genus : Solanum
- Spesies : Solanum nigrum