Tolak Modernisasi, Ini 5 Suku yang Tetap Ramah Lingkungan di Indonesia

oleh -1,504 kali dilihat
Filosofi dari Kesederhanaan Hidup Masyarakat Adat Ammatoa Kajang
Gerbang suku Kajang, Ammatoa

Klikhijau.com – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis. Suku etnis yang ada di Indonesia sendiri sebanyak 1.340 suku bangsa. Beberapa suku sendiri sangat menjaga kelestarian alam dan lingkungannya.

Suku-suku itu tetap masih menjaga kelestarian alam dan lingkungan dengan tidak menerima modernisasi yang masuk ke daerah mereka.

Nah, ada beberapa suku yang masih menjaga kelestarian lingkungan untuk mereka tinggali. Berikut beberapa suku di Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Baduy, Banten

Suku Baduy sendiri berdiam di desa Kanekes, di kecamatan Luwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Suku ini terkenal dengan tidak menerima bentuk modernisasi dari luar. Itu terlihat dari tidak menggunakan produk-produk dari pabrik dan zat-zat kimia.

Dikutip dari Hipwee, Ada beberapa kebijakan adat yang diberlakukan di Baduy dalam, yang pertama adalah larangan panen setahun dua atau tiga kali karena masyarakat Baduy khawatir tubuh mereka akan terlalu kelelahan jika bekerja terlalu keras.

Lalu yang kedua adalah larangan menggunakan barang-barang hasil produksi pabrik, seperti sabun, shampoo dan pasta gigi. Bahkan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida buatan pabrik juga dilarang di daerah ini.

Untuk mengakalinya, masyarakat Baduy menggunakan daun cicaang atau daun honje untuk keperluan mandi dan menerapkan pertanian organik. Baduy memiliki rumah adat bernama Sulah Nyanda.

KLIK INI:  Dayak Iban, Penjaga Hutan Terdepan di Kapuas Hulu Kalimantan Barat
2. Boti, Nusa Tenggara Timur

Suku Boti ini adalah suku asli pulau timor. Mereka juga tertutup dari peradaban modern dari luar. Dengan begitu suku boti tetap menjaga eksistensi kearifan lokal dan menjaga hubungan harmonis antara suku Boti dan alam.

Dipublish oleh Mongabay, bahwa ada peraturan adat yang melarang warganya untuk menebang pohon, jika tidak ada kebutuhan yang mendesak.

Melihat hal ini, maka tidak heran, apabila di dalam perkampungan Boti terlihat sangat teduh dan rindang. Ini berbeda sekali dengan daerah Nusa Tenggara Timur kebanyakan, yang kering dan gersang. Tidak hanya itu, kebersihan sangat dijaga di daerah ini.

Di dalam perkampungan Boti, terutama di dalam area kerajaannya, tidak ada tercecer sampah di jalanan. Hampir setiap saat, para perempuan Boti membersihkan tanah perkampungan dari sampah.

Suku Boti juga melarang untuk berburu hewan di kawasan perkampungan Boti. Ini untuk tetap menjaga kelestarian hewan dan tetap menjaga agar hewan tidak punah.

3. Korowai, Papua

Suku yang satu ini hidup di pedalaman Papua. Mendiami Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Suku Korowai juga dikenal dengan sebutan ‘suku orang pohon’.

Sama dengan sebutannya, mereka berdiam dan membuat rumah di atas pohon dengan ketinggian 50 hingga 60 meter.

Dikutip dari Travel.detik.com, bahwa rumah suku Karowai dibuat tinggi, karena selain untuk menghindari binatang buas, juga untuk menghindar nyamuk. Tentu saja juga untuk memantau musuh.

Selain rumah tinggi, di sana juga terdapat rumah panjang atau jew yang berfungsi untuk tempat berkumpul atau melakukan berbagai kegiatan bersama.

KLIK INI:  Perihal Suku Boti dan Cara Hidupnya yang Otentik di Tengah Kepungan Modernitas
4. Sasak, Nusa Tenggara Barat

Suku ini suku asli pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang juga masih menjaga kearifan lokal yang ada.

Dengan konsep rumah yang dikutip dari Bobo.grid.id, bahwa rumah-rumah Suku Sasak di Desa Sade terbuat dari bambu dan kayu, serta atap dari bahan ijuk dan jerami.

Bentuk rumah-rumah ini juga sangat unik dengan struktur atap yang tinggi. Setiap rumah di Desa Sade hanya terdiri dari 2 bagian. Bagian depan untuk menerima tamu dan bagian belakang sebagai dapur yang posisinya lebih tinggi 2 anak tangga dari ruang depan.

5. Kajang, Sulawesi Selatan

Kajang adalah suku asli dari Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dikutip dari Goodnewsfromindonesia.id, Suku Ammatoa atau Suku Kajang ini adalah suku yang mencintai alam.

Kecintaan terhadap lingkungan dikarenakan Suku Kajang yang menganggap hutan selayaknya ibu sendiri, karena ibu adalah sosok yang dihormati dan dilindungi.

Ciri khas yang ada pada Suku Kajang ini adalah pakaian yang dikenakannya. Suku Kajang selalu menggunakan pakaian berwarna hitam dan tidak memakai alas kaki.

Jika ada wisatawan yang ingin berkunjung maka pakaian yang diwajibkan memakai pakaian berwarna hitam.

Menurut Suku Kajang warna hitam memiliki makna persamaan, persatuan dalam segala hal, dan kesederhanaan. Kesamaan yang terkandung dalam warna ini juga dalam menyikapi tentang kondisi lingkungan, terutama kelestarian hutan yang wajib dijaga karena merupakan sumber dari kehidupan.

Itulah 5 suku-suku di Indonesia yang tetap menjaga alam dan tempat mereka tinggal.

KLIK INI:  Bahkan Sampah Plastik Telah Sampai ke Kawasan Adat Ammatoa Kajang