Ternyata Sedotan Besi tak Ramah Lingkungan, Lho Kenapa?

oleh -610 kali dilihat
Ternyata Sedotan Besi tak Ramah Lingkungan, Lho Kenapa?
Ilustrasi sedotan metal atau sedotan besi - Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com Saat semakin banyak orang tersadar tentang bahaya penggunaan massal sedotan plastik, sedotan besi alias sedotan metal seolah datang jadi solusinya.

Sedotan metal dianggap lebih ramah lingkungan karena bisa digunakan berkali-kali. Tak sedikit orang dan para pegiat ecolife mulai menggunakan sedotan metal sebagai satu cara menekan sedotan sekali pakai.

Di pasaran, sedotan metal pun mulai ramai dijual dengan berbagai merek dan bentuk. Anak-anak muda, khususnya Generasi Z adalah klaster yang paling minat. Ini adalah respons dari ancaman sedotan plastik yang kini benar-benar mengepung lautan.

Jenis sampah sedotan bahkan termasuk sepuluh besar yang mencemari laut. Total ada 8 juta ton sampah plastik setiap tahun di lautan dan 2 ribu ton diantaranya bersumber dari sedotan plastik.

Faktanya, 91 persen plastik tersebut sulit terurai bahkan boleh dikatakan sampah abadi. Lalu, apakah sedotan metal benar-benar dapat menekan penggunaan sedotan plastik?

Secara teknis sebenarnya, iya! Karena sedotan metal dapat digunakan berkali-kali. Karenanya, sedotan metal semakin populer pasca kampanye global #NoPlastickStawMovement atau gerakan tanpa sedotan plastik.

Penggunaan sedotan metal atau sedotan bambu jelas suatu solusi untuk menekan tumpukan sampah plastik yang berbahaya bagi lingkungan. Namun, apakah ini benar-benar aman bagi lingkungan?

KLIK INI:  Gurita Sampah di Laut, Penyelam Berpotensi Menyelam Sambil Minum Sampah?
Begini faktanya

Dilansir dari Nationalgeographic, sedotan besi ternyata bukanlah solusi bijak dalam agenda pengurangan angka sampah sedotan plastik.

Berita ini tentu mengagetkan banyak orang yang sejauh ini telah beralih ke sedotan metal. Umumnya mereka telah merasa nyaman memakainya karena menganggap telah memenuhi standar ramah lingkungan.

“Sejauh ini saya pakai sedotan metal dan lumayan membantu saya tidak pakai sedotan plastik lagi. Saya juga cukup aktif kampanyekan penggunaan sedotan metal sebagai solusi praktis menekan sampah sedotan,” kata Mila seorang mahasiswa di Makassar.

“Lalu dimana masalahnya?” Demikian Mila bertanya-tanya penasaran. Ternyata masalahnya ada pada proses produksi dari sedotan besi ini yang ditengarai berdampak buruk pada lingkungan.

Yah, sedotan besi diproduksi dari campuran besi, karbon, dan kromium yang dalam proses membuatnya melibatkan penebangan pohon dan penggalian tanah.

Proses ini melewati suatu reaksi kimia agar besi dan kromium dapat dimurnikan dari mineral lainnya.

KLIK INI:  Ketika Perut Paus Sperma Berubah jadi Mall

Lalu, saat logam-logam diproses di pabrik, pengolahannya akan menyisakan limbah yang pada akhirnya terbuang ke alam dan akan menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya.

Sebuah riset oleh Megan Tolbert dan Katie Koscielak dari Humboldt State University, mengungkap, energi yang diperlukan untuk membuat sedotan besi tidaklah sedikit. Memerlukan energi sebesar 2.420 kJ/sedotan, atau 23.7 kJ/sedotan untuk sedotan plastik.

Bukan itu saja, untuk produksi satu sedotan besi menghasilkan 217 gCO2, sedangkan setiap sedotan plastik menghasilkan 1,46 gCO2 untuk setiap satu sedotan.

Jadi, pengalihan penggunaan sedotan dari plastik yang single use menjadi sedotan besi, ternyata bukanlah solusi bijak. Namun, menimbulkan masalah yang buruk pada planet kita.

Dari riset tersebut pun kemudian disimpulkan, bahwa sedotan metal lebih berbahaya dari jenis sedotan plastik. Pendeknya, pemakaian sedotan besi bukanlah solusi terbaik untuk sedotan plastik.

Lalu, bagaimana solusinya? Untuk mengatasi masalah lingkungan, sebaiknya berhenti memakai sedotan. Entah plastik maupun besi dan mulailah minum tanpa sedotan.

Beberapa pegiat lingkungan juga menyarankan sedotan yang lebih ramah lingkungan seperti sedotan bambu.

Namun, sebuah perusahaan bernama The Happy Turtle Straw, mengklaim punya produk sedotan yang bisa jadi solusi. Mereka berinovasi membuat sedotan dari kentang dan tapioka yang tidak mengandung bahan kimia.

Kabarnya, sedotan ini bisa dipakai hingga dua sampai tiga jam saja. Sedotan ini bahkan bisa digoreng setelah digunakan.

Sedangkan bila harus dibuang, sedotan ini akan mudah terurai di alam. Bahkan bila dibuang ke sungai atau laut, sedotan ini bisa dimakan oleh ikan. Bila tak dimakan, sedotan ini sepenuhnya dapat terurai dalam 3 bulan

“Wah, inovasi ini bisa jadi solusi masa depan. Jadi, penasaran menunggunya dan segera beralih ke sedotan jenis ini,” kata Mila saat merespons kabar baik ini.

Kita tunggu saja, pastinya inovasi memang terus diperlukan untuk keberlanjutan.

KLIK INI:  Pengaruh Suhu terhadap Ekosistem Plankton di Perairan