- Atasi Triple Planetary Krisis, KLHK Gelar Penanam Mangrove Serentak di 24 Titik - 24/04/2024
- Babak Baru Kasus Makelar Kayu Ilegal Asal Lutim, Berkas Dilimpahkan ke Kejari Tana Toraja - 24/04/2024
- Hari Bumi 2024: Ford Foundation Dukung BRWA Kelola Registrasi Wilayah Adat di Tapanuli Utara dan Lutra - 23/04/2024
Klikhijau.com – Metode biokonversi, diyakini bisa jadi sulosi tepat, ramah lingkungan dan meriah meriah dalam daur ulang sampah organik. Dan maggot BSF adalah salah satu yang bisa digunakan untuk melakukannya.
Biokonversi merupakan satu metode perombakan sampah organik menjadi sumber energi metan. Caranya dengan melalui proses fermentasi dengan keterlibatan makhluk hidup.
Proses seperti itu dikenal sebagai penguraian secara anaerob. Bakteri, jamur, dan larva serangga umumnya menjadi organisme yang berperan dalam proses biokonversi.
Maggot atau belatung ini berasal dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Lalat jenis ini berbeda dengan lalat pada umumnya yang membawa penyakit, lalat ini cengderung lebih “suci”.
Kamu bisa bayangkan, ia mampu mengurai sekitar 2 ton sampah organik hanya dalam dua sampai tiga minggu dengan menggunakan manggot sekitar 750 kg.
Ajaibnya, maggot BSF tidak hanya bermanfaat sebagai pengurai sampah organik saja, tapi juga bisa dijadikan pakan ikan dan ternak lainnya, selain itu juga bisa dibudidayakan dengan potensi ekonomi yang cerah.
Dilansir dari jatengprov.go.id, harga maggot basah bisa mencapai Rp10 ribu per kilogram. Manggot BSF juga bisa diolah menjadi kering, minyak hingga pupuk.
Untuk maggot kering dan pupuk, biasanya dijual dalam kemasan lebih kecil. Harganya di kisaran Rp5.000 hingga Rp50.000 per kemasan.
Sementara yang diolah menjadi minyak, harganya bisa lebih melangit, mencapai Rp1,5 juta per 100 mililiter.
Yeka Johar, yang membudidayakan larva jenis BSF ini mengungkapkan, minyak maggot dijual ke Jepang untuk bahan produk kecantikan. Sedangkan di Belanda digunakan untuk sereal dan di Thailand dijadikan tumis fresh. Harganya Rp175 ribu satu piring kecil
Cepat panen
Cara membudidayakannya tidak sulit dan tidak butuh teknologi yang canggih, pun panennya sangat cepat, hanya sekitar 15 hari
Maggot merupakan salah satu larva lalat fenomenal karena memiliki kandungan protein hewani yanga sangat tinggi, sekitar 30-45 persen. Sedangkan kandungan lemaknya mencapai 24 – 30 persen. Hal inilah yang menyebabkannya menjadi pilihan sebagai sumber pakan bernutrisi tinggi.
Kandungan protein yang tinggi dari makluk satu ini sangat potensial sebagai pakan tambahan untuk perbesaran ikan.
Indarmawan, (2014) membeberkan bahwa maggot memiliki kandungan anti jamur dan antimikroba. Kandungan tersebut bila dikonsumsi dikonsumsi ikan, akan membuatnya mampu bertahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Hewan bernama latin Hermetia illucens ini juga merupakan salah satu insekta. Saat ini mulai banyak dipelajari karakteristiknya dan juga kandungan nutriennya.
Insekta ini memiliki nilai konversi pakan yang tinggi. Ia dapat diproduksi secara massal. Budidaya insekta juga dapat mengurangi ancaman limbah organik yang berpotensi besar mencemari lingkungan.
Fase hidup maggot
Menurut Yongki Putra1 dan Ade Ariesmayana, (2020) fase hidup lalat BSF adalah sebuah siklus metamorfosis sempurna, yakni empat fase, telur, larva, pupa, dan BSF dewasa
-
Fase telur
Dalam satu kali bertelur lalat betina BSF mengeluarkan sekitar 300-500 butir telur. Ia meletakan telurnya di tempat gelap, berupa lubang atau celah yang berada di atas atau di sekitar material yang sudah membusuk seperti kotoran, sampah, ataupun sayuran busuk.
Telurnya berukuran mini, hanya sekitar 0,04 inci atau kurang dari 1 mm dengan berat 1-2 kilo gram. Berbentuk oval dengan warna kekuningan.
Telur dari lalat ini akan matang dengan sempurna pada kondisi lembab dan hangat. Kelembaban yang diperlukan sekitar 30-40 persen. Pada kelembaban 60-80 persen telur akan menetas dengan baik.
-
Fase arva
Setelah telur menetas, akan berubah menjadi larva. Ukurannya sangat kecil sekitar 0,07 inci atau 1,8 mm dan hampir tidak kasat mata dengan mata telanjang.
Larvanya berbeda dari lalat dewasa yang menyukai sinar matahari. Pada suhu 28-35ºC dengan kelembaban sekitar 60- 70 persen larva yang baru menetas optimum hidup.
Seiring dengan bertambahnya usia–pada umur satu minggu, larva dari lalat BSF memiliki toleransi yang jauh lebih baik terhadap suhu yang lebih rendah.
Ketika cadangan makanan tersedia cukup banyak, larva muda bisa beradptasi pada suhu kurang dari 20 derajat celcius dan lebih tinggi dari 45 derajat celcius.
-
Fase pupa
Setelah berganti kulit hingga instar keenam. Ia akan memiliki kulit lebih keras daripada kulit sebelumnya. Itulah disebut puparium. Di mana pupa mulai memasuki fase prepupa.
Pada tahap prepupa, akan mulai berimigrasi mencari tempat lebih kering dan gelap, sebelum menjelma menjadi kepompong.
-
Lalat dewasa
jika telah beranjak dewasa, panjang tubuhnya antara 12 hingga 20 mm. Memiliki rentang sayap 8-14 mm lebarnya.
Antara jantan dan betina memiliki penampilan yang tidak berbeda jauh. Ukuran tubuh si betina lebih besar dan ukuran ruas ruas kedua pada perutnya yang lebih kecil disbanding dengan yangjantan. BSF dewasa berumur relatif pendek, yaitu empat sampai delapan hari.
Jika telah beranjak dewasa, ia tidak memerlukan makanan. Ia hanya akan memanfaatkan cadangan energi dari lemak yang tersimpan selama fase larva.
Inilah yang menyebabkan lalat jenis ini tidak digolongkan sebagai vektor penyakit. Lalat dewasa hanya berperan untuk proses reproduksi. BSF dewasa sudah bisa kawin ketika berusia dua hari
Untuk lebih jelasnya berikut klasifikasi lalat dari Amerika ini, yang telah tersebar ke wilayah subtropis dan tropis di seluruh dunia:
- Kingdom: Animalia
- Filum: Arthropoda
- Kelas: Serangga
- Ordo : Diptera
- Familia: Stratiomyidae
- Subfamili: Hermatiinae
- Genus: Hermatia
- Spesies: Hermatia illucens
Semoga maggot BSF bisa mengatasi persoalan sampah organik di Indonesia yang telah menggurita.