Klikhijau.com – Pohon gaharu pernah masif ditanam warga Desa Kindang, Bulukumba. Banyak yang rela membeli bibitnya dengan harga yang cukup tinggi.
Pohon ini termasuk mudah tumbuh dan bisa berdamai dengan tanaman lain. Warga banyak yang menanamnya di sela pohon cengkih dan kopinya.
Iming-iming harga jual yang tinggi, membuatnya diburu untuk dibudidayakan. Namun, begitu tumbuh dan layak “panen” tak ada yang meliriknya. Jadinya, banyak yang menebangnya begitu saja.
Padahal menurut Datu Bandar Praman dkk (2012), gaharu adalah salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup dapat diandalkan. Terutama bila ditinjau dari segi harga. Karena harganya sangat istimewa bila dibandingkan dengan HHBK lainnya.
Misalnya di Kalimantan Timur (Kaltim) pada awal tahun 2001 nilai jual cukup tinggi yakni mencapai Rp. 600.000 perkilogram.
Gaharu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kayu yang harum baunya, biasanya dari pohon tengkaras.
Namun, dalam buku 100 Spesies Pohon Nusantara, Target Konservasi Ex Situ Taman Keanekaragaman Hayati yang ditulis Hendra Gunawan, Sugiarti, Marfuah Wardani, Nina Mindawati tahun 2019. Ada satu bagian yang membahas khusus tentang pohon gaharu.
Manfaat pohon gaharu
Pohon dari kingdom Plantae ini telah lama diperdagangkan sebagai obat, khususnya bagi negara India dan Cina. Pohon gaharu juga dimanfaatkan sebagai bahan parfum dan dupa di Jepang, negara-negara Arab dan negara Timur Tengah.
Selain itu pohon dari genus Gyrinops biasa pula digunakan di berbagai negara sebagai anti serangga. Di Indonesia kulit atau pepagan pohon dari divisi Magnoliophyta dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak sebagai tali temali.
Hasil olahannya digunakan sebagai cawat dan ikat kepala. Sedangkan untuk masyarakat Kubu, mereka memanfaatkan kulit dari kayu ini bagian dalamnya sebagai tikar atau lapis dasar tikar pandan.
Merfologi pohon gaharu
Pohon dari kelas Magnoliopsida ini bisa tumbuh menjulang tinggi mencapai 40 meter. Batangnya memiliki diameter sekitar 60 cm. Ia memiliki ciri berdaun tunggal, kedudukan berseling. Daunnya berbentuk lonjong memanjang. Ukurannya 6-8 x 3-4 cm.
Pada permukaan helai daunnya mengkilap. Sementara tepi daunnya agak bergelombang dan pertulangannya sekunder berjumlah 12 hingga16 pasang.
Pohon gaharu memiliki bunga yang muncul di ujung ranting dan bagian bawah ketiak daun.
Sementara pada mahkota bunganya berbentuk lancip. Panjangnya bisa mencapai 5 mm. Warna bunganya terlihat cerah dengan kombinasi hijau dan kuning atau kekuningan atau putih. Bunganya ini memiliki bau yang harum.
Sedangkan buahnya berbentuk bulat telur atau agak lonjong. Panjang buanya panjang sekitar 4 cm dengan lebar sekitar 2 cm,
Ketika buahnya masak akan berwarna kuning orange. Pada buah pohon famili Thymelaeaceaen memiliki biji yang berbentuk bulat telur. Warnanya cokelat kehitaman. Buahnya ini tertutup rapat oleh rambut cokelat berwarna kemerahan.
Persebaran
Pohon gaharu Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ini bisa ditemukan di India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Burma.
Khusus di Indonesia pohon yang bisa tumbuh di dataran rendah, lereng-lereng bukit hingga daerah yang memiliki ketinggian 900 mdpl ini tersebar di wilayah timur, yaitu Papua, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Pohon gaharu bisa tumbuh dengan suhu rata-rata 32 derajat Celcius dan pada kelembaban sekitar 70 persen.
Pohon ini bisa diperbanyaka melalui biji dan vegetatif melalui cangkok atau okulasi. Selain itu, juga bisa melalui stek pucuk dan kultur.
Jika ingin memanfaatkan buahnya, upayakan memanennya di bulan Agustus- Desember, karena pada bulan tersebut buahnya akan masak.