Tentang Negara G7 dan Cara Mengakhiri Penggunaan Energi Fosil

oleh -384 kali dilihat
2038 Jerman Bebas dari Batu Bara Demi Lingkungan, Indonesia Kapan?
Pembangkit listrik batu bara/foto-cbinstrument
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Energi baru terbarukan dianggap solusi mengatasi penggunaan energi fosil. Banyak negara menggaungkannya, termasuk Indonesia.

Sebagian negara, termasuk juga Indonesia terkesan masih setengah hati menanggalkan pengunaan bahan bakar dari fosil.

Namun, ada tujuh negara yang patut diacungi jempol atas komitmennya “meninggalkan” energi fosil.

Ketujuh negara itu tergabung dalam G7, yakni Jerman, Inggris, Jepang, Perancis, Kanada, Italia, dan Amerika Serikat.

KLIK INI:  Tetap Merawat Kewaspadaan! Puncak Hujan di Sulsel hingga Februari 2022

Negara-negara tersebut menurut Greenpeace telah sepakat undur diri alias menghentikan pendanaan internasional untuk proyek-proyek energi fosil, yakni minyak dan gas bumi (migas), serta batu bara.

Kesepakatan itu akan berlaku pada akhir tahun ini. Tujuannya untuk mengejar target pencegahan perubahan iklim.

Tentu ini merupakan komitmen yang layak mendapat apresiasi demi masa depan Bumi yang kita diami ini.

Cara mengakhiri penggunaan energi fosil

Jika komitmen negara yang tergabung dalam G7 terealisasi. Bagaimana mengatasi agar ketergantungan kita pada energi fosil bisa teratasi?

Untuk menjawab pertanyaan itu, setidaknya ada 6 cara agar kita bisa mengurangi penggunaan energi fosil seperti dilansir dari theconversation

  • Stop menghabiskan energi

Kita telah menggunakan energi fosil selama bertahun-tahun. Dan untuk mengubahnya pasti tidak mudah

Tidak mudah bukan berarti tidak bisa, bukan? Selama ini harus diakui banyak di antara kita yang boros menggunakan energi.

Mulai dari gedung-gedung, alat elektronik konvensional, dan sistem transportasi masih  setia menghamburkan banyak energi.

Bisa dibayangkan masih ada sekitar  70% dari konsumsi energi global belum memiliki standar efisiensi. Padahal ada peluang dan ruang untuk pengaturan efisiensi energi secara lebih efektif.

Hal yang perlu dilakukan, berhenti menghabiskan energi. Karena semakin banyak pengurangan konsumsi energi konvensional. Peluang sistem energi terbarukan bisa mengisi dengan cepat mengisi kekosongan itu

  • Menggratiskan transportasi umum

Penggunaan kendaraan pribadi telah membudaya. Sehingga penggunaan energi fosil pun semakin meningkat.

Karenanya kita  perlu mengubah pola penggunaan transportasi dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Caranya, pemerintah harus membuat kebijakan dan mengampanyekan transportasi umum yang bebas biaya bagi penumpang.

Frekuensi terbang juga perlu diturunkan. Karena penerbangan merupakan penyumbang emisi karbon yang besar.

Bisa dibayangkan, penerbangan dengan kelas bisnis dari London ke New York bisa menghasilkan emisi yang setara dengan pola makan seorang flexitarian, yakni diet seimbang antara nabati dan hewani dalam setahun.

  • Penerapan pajak emisi gas rumah kaca

Kenapa energi banyak terbuang? Itu karena masih dianggap murah. Semakin mahal suatu barang, maka pengguna akan berpikir untuk membuangnya secara percuma.

Karenanya diperlukan harga bahan bakar fosil yang dibayarkan oleh para produsen. Dengan adanya pembebanan pajak yang ditambah dengan penghapusan subsidi bahan bakar fosil, bisa menghemat triliunan dolar dan pemerintah dapat mengalokasikan ke kegiatan lainnya.

  • Meninggalkan perdagangan barang murah

Akuilah, banyak barang yang kita beli sebenarnya tidak kita butuhkan atau bahasa lainnya tidak terlalu penting.

Membeli produk yang tidak berkualitas akan membuang banyak energi dan menghasilkan karbon. Belum lagi ketika terbuang ke lingkungan akan menjadi penyebab pencemaran.

Saatnya kita mengontrol diri menjadi seseorang yang tidak konsumtif. Hanya membeli barang yang benar-benar kita butuhkan dan bisa bertahan lama.

KLIK INI:  Dihuni Sampah, Pasir Putih Pantai Mandala Ria Terancam Jorok
  • Diet planet, hijaukan kembali lahan

Industri peternakan mendapat sorotan yang cukup tajam. Itu karena sekitar 15 persen dari emisi global disumbangkan oleh Industri hewan ternak.

Selain boros energi, juga  sangat boros lahan. Sekitar 83 persen lahan peternakan di dunia dikuasai oleh industri telur, daging, akuakultur, dan produk susu.

Padahal lahan-lahan tersebut bisa dialihfungsikan menjadi lahan hijau. Jika kita belajar  mengubah pola makan menjadi kaya akan sayur. Sementara untuk serat dengan daging bisa jadi suguhan sesekali saja.

  • Menagih adanya sistem politik-ekonomi yang baru

Janji politik dan ekonomi dari pemerintah, kadang tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Semisal di Indonesia, penerapan energi baru terbarukan masih berjalan setengah hati. Padahal telah lama digaungkan.

Pemerintah harus didorong membuat terobosan baru mengurangi penggunaan energi fosil demi hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.

Sangat perlu adanya sistem politik dan ekonomi yang rendah emisi karbon. Dengan menyingkirkan penggunaan bahan bakar fosil dan beralih pada penggunaan energi baru terbarukan demi Bumi yang lebih sehat dan masa depan yang lebih baik.

KLIK INI:  Saatnya Agama Mengambil Peran Besar Mengendalikan Perubahan Iklim