Suntuk dengan Rutinitasmu? Berkemaslah Menuju 7 Desa Wisata Ini!

oleh -285 kali dilihat
Suntuk dengan Rutinitasmu? Berkemaslah Menuju 7 Desa Wisata Ini!
Kete Kesu, Tana Toraja/foto-pesona.travel
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Bekerja di kota besar dan merasakan penatnya beban pekerjaan mungkin membuat kamu lelah dan bosan. Tidak ada salahnya jika di akhir pekan kamu memanjakan diri dengan mengunjungi desa-desa wisata yang menyajikan kesegaran alami.

Desa wisata sudah dikembangkan hampir di seluruh Indonesia. Jadi di kota mana pun kamu tinggal kamu pasti bisa menemukan desa wisata terdekat.

Indonesia ini negeri yang kaya, suku, budaya, ras, agama, sumber daya, hingga potensi alamnya melimpah ruah. Seolah takkan pernah ada habisnya jika membicarakan kekayaan dan keindahan yang dimiliki Indonesia.

Laut luasnya yang biru dan selalu jadi destinasi paling diburu, pegunungan tingginya yang selalu ingin didaki, semua berpadu sempurna membentuk nusantara yang tiada dua.

KLIK INI:  Memanen Pesona Matahari Pagi di Atas Gunung Pattaneteang

Pelancong dari mancanegara berbondong-bondong mengunjungi desa wisata yang tersebar di kawasan nusantara. Lalu bagaimana dengan anda? Jangan sampai ketinggalan, ini dia 7 desa wisata yang wajib dikunjungi untuk melepaskan penat setelah 1 pekan bekerja.

  • Desa Wae Rebo

Wae Rebo di Flores yang terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut ini layaknya sebuah surga yang  berada di atas awan. Perlu perjuangan untuk bisa mencapainya, namun apa yang didapat ketika sampai ke lokasi sebanding dengan perjalanan yang dilalui.

Tak hanya populer di Indonesia, Desa Wae Rebo di Kecamatan Satarmase, NTT ini justru sudah dikenal di seluruh dunia. Mengusung latar hijau yang asri dan hamparan gunung yang menyejukkan, desa ini selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Pemandangan alam berupa gunung-gunung berpadu dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut akan memberi kesan tersendiri bagi setiap pengunjung ynag pernah datang ke Desa Wae Rebo.

Rumah adari ini menjadi daya tarik tersendiri berkat bentuknya yang menyerupai kerucut dan tertata rapi secara melingkar. Setiap rumah bisa dihuni 68 keluarga. Tentu saja keberadaan rumah ini jadi sangat unik karena melihat tren rumah yang sedang berkembang adalah rumah bergaya modern minimalis.

Mempertahankan tradisi lama di tengah perkembangan teknologi tentu bukan perkara yang mudah. Oleh sebab itu, wajar bila akhirnya Desa Wae Rebo diberikan penghargaan sebagai desa terunik sebagai apresiasi dalam pelestarian budaya dan lingkungannya.

  • Desa Penglipuran

Pulau Dewata, Bali memang memiliki puluhan destinasi wisata yang sudah mendunia. Memiliki pantai dengan ombak besar yang selalu jadi buruan para wisatawan, Bali nyatanya juga menyimpan sejuta pesona yang lain, seperti contohnya Desa Penglipuran.

Sebuah desa yang dikenal berkat keasrian dan kebersihannya yang selalu dijaga. Bahkan desa ini pernah mendapatkan piala adipura.
Desa ini berada di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, Bali. Tepatnya sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar.

Keunikan dari Desa Panglipuran bisa dilihat dari jajaran rumah-rumah tradisional Bali yang tertata rapi dan simetris. Setiap pintu gerbang berhadapan satu sama lain, dipisahkan oleh jalan utama yang mengarah ke pura megah di ujung desa.

KLIK INI:  Berkah Bakau yang Memukau di Utara Makassar

Terletak di wilayah Bangli, desa seluas 112 hektar ini dipenuhi dengan pemukiman yang asri karena pepohonan yang berjajar di sepanjang jalan. Budaya Bali kental terasa di dalamnya, masyarakatnya yang masih menggunakan baju adat, juga upacara adat yang masih rutin diselenggarakan.

Tak ada asap kendaraan bermotor yang membuat polusi udara, berjalan di desa ini mutlak bisa menyegarkan jiwa dan raga. Jadi kalau ke Bali, jangan lupa mampir ke sini ya! Harga tiket masuknya murah kok, hanya Rp 7.500,00 setiap orang. Desa Panglipuran pernah mendapat penghargaan sebagai desa terbersih ketiga di dunia, bersanding dengan Desa Giethoorrn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India.

  • Desa Baduy

Suku Baduy adalah salah satu suku yang namanya sering disebut, baik di media massa maupun kehidupan nyata. suku yang menghuni wilayah Banten ini bahkan memiliki desa tempat tinggalnya sendiri. Desa Adat Baduy yang terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Desa Baduy terbagi ke dalam 2 bagian yang di dalamnya, yaitu bagian Baduy dalam dan luar. Kita pun tak akan serta merta memasuki Desa Baduy begitu tiba, karena terlebih dahulu harus melewati Desa Ciboleger yang jadi gerbang utama untuk memasuki pemukiman suku Baduy.

Namun ada perjuangan yang harus dilakukan guna mendapatkan keindahan alam dari Desa Baduy, karena kita harus melalui jalan menuju pemukiman kurang lebih selama 5 jam. Lamanya perjalanan yang harus ditempuh tentu saja seimbang dengan pesona alam yang ditawarkan di Desa Baduy.

Sepanjang perjalanan pun, kita tidak akan merasa lelah karena selalu ada pemandangan yang mempesona dan udara sejuk di sekitar.

KLIK INI:  Kampoeng Bambu, Sebuah Upaya Merawat Warisan Leluhur

Setibanya di Desa Baduy, pemandangan kuno yang sangat artistik, di sinilah tempat terbaik untuk menikmati pemandangan konvensional dengan rumah yang tersusun dari bambu. Udaranya masih segar, air sungainya masih terjaga kejernihannya, sungguh alam ini terlampau indah.

Di sinilah tempat terbaik untuk menyatu bersama alam, bercengkrama dengan manusia yang bersahabat dengan alam, jauh dari peradaban kota yang kadang membuat sesak.

  • Desa Pujon Kidul, Malang

Lokasi desa ini terletak di sisi barat Kota Batu, Jawa Timur. Atau sekitar 30 kilometer dari Kota Malang. Weekday, jumlah pengunjung di desa ini bisa mencapai hingga 500 orang. Sementara tiap akhir pekan bisa menembus angka 3 ribu. Desa Wisata Pujon Kidul, Malang ini mulai dikelola pada tahun 2015.

Para pengunjung yang merupakan wisatawan itu dimanjakan oleh desa wisata yang berkonsep agro. Salah satu andalannya adalah Cafe Sawah. Menariknya, saat ini, Cafe Pujon yang dikelola oleh BUMDes Sumber Sejahtera menjadi salah satu penyumbang pendapatan asli desa (PADes) terbanyak. Sekitar Rp 520 juta berhasil disumbang.

Banyak spot foto menarik yang instagramable. Ada kolam ikan dengan pulau berbentuk hati. Ada pula gazebo-gazebo yang cocok untuk melepas penat.

Selain pemandangannya yang indah, Selain Cafe Sawah, pengunjung juga bisa menikmati sejumlah wahana wisata di Desa Wisata Pujon Kidul. Mulai dari wisata petik sayur, outbound, ATV, camping, belajar membuat biogas, mengolah susu, beternak dan juga tersedia penginapan.

  • Desa Kete Kesu

Desa Wisata Kete Kesu berada di Bonaran, sekitar lima kilometer dari pusat kota Rantepao. Akses menuju desa ini cukup butuh perjuangan dengan jalan beraspal yang gak begitu luas. Sepanjang jalan menuju kawasan adat, kamu bakal disuguhkan pemandangan asri persawahan dan alang-alang.

Di desa ini diyakini menjadi salah satu tempat saksi sejarah awal mula keberadaan masyarakat Tana Toraja. Kete Kesu telah dihuni para leluhur yang terbukti dengan keberadaan pahatan, serta peninggalan jejak kearifan lokal sebagai bukti adanya peradaban ratusan tahun silam.

KLIK INI:  Padang Loang, Tempat Nostalgia dengan Pasukan Kahar Muzakkar

Serupa dengan Desa Trunyan, Desa Kete Kesu di Tana Toraja, provinsi Sulawesi Selatan ini juga memiliki daya tarik mistis di dalamnya. Mengamini kepercayaan bahwa jenazah manusia akan lebih baik jika dikuburkan di tebing batu, hingga menjadikan wilayah ini dipenuhi dengan berbagai tengkorak yang berserakan di pinggir tebing.

Namun tak semua dikuburkan dengan cara seperti itu, ada juga penguburan jenazah yang diletakkan di gua alam, gunung batu, hingga patane (sebutan untuk makam rumah).

Di temapt inilah kamu akan menyaksikan ragam budaya mistis seolah membawa magis dengan keberadaan erong atau peti mati yang ditandai dengan symbol berupa alat kelamin hingga kepala hewan.

Kete Kesu menghadirkan sisa-sisa peninggalan bersejarah yang berumur ratusan tahun, mulai dari rumah adat (Tongkonan), ukiran dinding, artefak hingga makam orang-orang penting di masa lalu. Terdapat 6 Tongkonan dengan 12 lumbung padi yang berusia 300 tahun, makam goa, dan makam tebing  berusia 500 tahun.

Pahatan dinding batu Kete Kesu begitu penuh makna. Jika kamu memerhatikan dindingnya, terdapat beberapa makam khusus yang diletakkan di posisi paling tinggi. Itu merupakan makam para bangsawan Tana Toraja. Foto beberapa tetua dan cendekiawan juga dapat dilihat di sepanjang jalan menuju makam goa.

Sebagai orang Indonesia, kita harus bangga bahwa dunia melalui UNESCO mengakui keberadaan Kete Kesu sebagai cagar budaya warisan dunia. Gak cuma orang Toraja atau Indonesia, penobatan UNESCO ini juga berarti masyarakat dunia memiliki peran dan tanggung jawab bersama.

  • Desa Madobak, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai

Terletak di hulu sungai Siberut Selatan, Desa Madobak berdekatan dengan desa-desa lain seperti Ugai dan Matotonan. Ketiga desa tersebut terkenal menjaga keunikan tradisional adat mereka.

Mengunjungi desa tersebut akan memberi sensasi kehidupa desa yang terbilang masih asli dan menjaga nilai tradisional yang ada. Di desa wisata terbaik nasional di Indonesia tahun 2017 itu, Anda dapat berinteraksi dengan nilai budaya tradisional yang masih dijaga dengan baik.

KLIK INI:  Panorama Hijau Tebing dan Pantai Marumasa di Selatan Sulsel

Jika beruntung, Anda bisa menjadi saksi pesta adat Sikkerei yang berbau mistis. Selain itu, desa ini juga memiliki budaya tato yang diyakini sebagai budaya tato tertua di dunia.

Yang tak kalah indah, Desa Madobak juga menawarkan air terjun Kulu Kubuk yang begitu indah dan asri. Letaknya di tengah hutan yang masih asri sekitar 3 kilometer dari permukiman Desa Madobak.

Desa Madobak merupakan salah satu desa di Mentawai yang masyarakatnya tetap mempertahankan adat dan budaya asli Mentawai yang hingga saat ini masih ada dan terpelihara dengan baik oleh masyarakat di desa itu, sehingga Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sekaligus Kementerian Pariwisata menganggap warga desa Madobak terbukti mampu mempertahankan potensi yang ada, terutama dibidang adat dan budaya, sehingga berdampak pada penguatan pariwisata Indonesia di mata dunia.

  • Desa Wisata Arborek, Papua Barat

Desa Arborek bangkit sebagai pelopor di antara 18 desa yang indah di Papua Barat yang telah memulai mengembangkan peraturan lokal  mengenai konservasi laut berbasis kemasyarakatan.

Desa Arborek telah mendapatkan reputasi yang luar biasa di antara otoritas lokal dan masyarakat internasional. Dengan bantuan dari pemerintah pusat dan daerah, dari pusat penelitian, dan organisasi non-pemerintah, masyarakat setempat telah berhasil merumuskan peraturan setempat.

Dikenal sebagai Desa Wisata Arborek, masyarakat di desa ini dikenal atas kerajinan dalam membuat topi dan tas string. Tidak seperti kebanyakan perempuan di desa-desa lain yang membantu suami mereka sebagai nelayan, hampir semua ibu-ibu di desa ini memproduksi kerajinan sebagai mata pencaharian.

Meskipun mereka yakin bahwa penangkapan lobster dan bekerja di usaha memproduksi mutiara jauh lebih menguntungkan, namun mereka merasa bahwa kerajinan adalah lebih terhormat dan bekerja lebih anggun untuk wanita. Ini adalah sebuah desa yang wajib dikunjungi jika Anda berpergian ke Raja Ampat. Hanya satu setengah jam dari Waisai, ibukota Raja Ampat, desa Arborek sedang menanti wisatawan dari seluruh dunia.

KLIK INI:  Karst dan Gua Purba di Maros-Pangkep serta 3 Hal Fenomenal di Baliknya