Suara Rimba Selepas Pesta Rakyat

oleh -333 kali dilihat
Suara Rimba Selepas Pesta Rakyat
Irhyl R Makkatutu

Suara Rimba Selepas Pesta Rakyat

 

(1)

Akan kusampaikan suara rimba pada sang alam, suara kecewa yang membawa duka dan malapetaka,
segelintir pemimpin yang masih nyengir,
disambut dengan senang dan riang, atas kedatangan investor yang menyetor marabahaya,
yang akan berimbas sengsara.

Tak ada lagi suara kicau para burung yang murung.
Satwa-satwa akan berduka, yang katanya ia lindungi, lalu menangis sadis,
mengais sinis diatas puing-puing sisa pembangunan.

Sepakat telah menjerat, sedangkan tempat yang telah direncana akan dibabat, diangkat lalu disikat.
Melalui suara telah dilontarakan siasat para pujangga.
Yak tak seirama dengannya.

Waktu dipercepat, seakan semua dilangsungkan dalam jangka yang tak disangka.
Apa hendaknya, yang senyawa akan berduka yang sejiwa akan tertawa.
Meniikmati sarananya.

Aturan mainnya ada di otak mereka.
Yang membentak akan kecewa hingga akan merasa sengsara, secara bersama kita dalam masa merasa marabahaya.

Lombok Tengah, 31 Januari 2020

(II)

Langkah kaki itu begitu berat
Matakaki dibalut luka yang menaun
Kain rajutan yang menempel terlihat lusuh
Muka membentuk tertunduk

Diundang sampah plastik selepas pesta rakyat
Menunggu dipinggir gorong-gorong
Bengong tanpa tertolong
Jari jemarinya sedang menyemai gundukan sampah yang berisi berkah

Ada yang mencibir dengan seribu bibir
Ada yang hatinya membatin, mengusik tangan ingin menolong
Karung yang menjulang dipundak. Mendadak ringan beratnya rintangan

Lombok Timur 2020

(III)

Terpasung bingung
Dengan tanya yang terus jaya
Perempuanku terlihat melesu
Membius tubuhku dalam tatapan mata yang sayu

Bertubuh kecil
Ditumbuhi dedaunan perjuangan
Dikening yang terlihat penat
Memanjat dengan cepat pohon beringin yang ramai dengan tali temali penuh impian

Gersang, terlihat melayang
Dipundak tanah yang berdebu
Seribu rindu, terselip menyalip disaku tanpa namaku

Mukanya membusung
Tersandung dikeranjang sayang
Suara gemerlap malam, menyiram tanah yang membelah sesak. Menyeruak berpecah sampai dipinang dalam ruang
Sayang yang kerap tertuang

Tanyanya dalam senyumnya
Jawabnya dalam langkah pelannya
Berakhir dengan membelah lelah dengan serakahnya rinduku dalam senyumnya

Lombok Timur 2020

(IV)

Di ujung jalan. Ada tanya yang bergelantungan dedaunan yang hijau.
Serta jawaban keresahan yang bergeletak diatas dedaunan yang kering.
Ada kecewa yang menempel oleh getah perintah. Lalu mematah tunas ranting yang akan meluas.

Sejuknya udara telah tertimbun. Embun kesejukan telah menurun. Suasana disana kerap melahap kerinduan.
Kerap ditebas bebas sebelum umur. Lalu terjemur mengering yang hening.

Tanah hanya bisa pasrah, tanpa ada ranting yang akan melapuk untuk menjadi pupuk.
Menangisi dedaunan kering yang tak menutupi demi lembabnya. Akar hanya bisa melingkar.
Memberi batangnya ditebang tanpa ada tunas kecil yang akan disumbang.

Tanah yang gersang kini mulai tertawa. Suasana sudah tak seperti cerita. Merangkul dan memukul pundak para budak.
Hingga Debu menyerbu, mencumbu langkah kaki pedagang asongan dikota.

Kita dalam duka. Dibungkus tawa, mencetus duta, raja, dan dewa, yang telah membawa air kehancuran yang berhamburan dusegala jalur.
Berimbas keburukan untuk anak cucu kita.

Lombok Timur, 28 Januari 2020

Nama M. Azni Muhaini, lahir di Iwan, Desa Darmaji, Kec. Kopang Kabupaten Lombok Tengah,   15 Oktober 1995.  Aktif sebagai anggota resmi OASISTALA Lombok Timur dan saat ini sedang aktif juga sebagai pegiat literasi di Darmaji Lombok Tengah.