Klikhijau.com – Wilayah pesisir dunia secara ekologis tidak berada dalam keadaan baik-baik saja. Aktivitas manusia seperti pertambangan, pertanian, dan perikanan menyeretnya ke ujung tanduk. Ketiga aktivitas itu pun membuat laju deforestasi terus menanjak.
Dan belum lama ini, sebuah studi yang didanai oleh Dewan Riset Lingkungan Alam (NERC). Dan dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Studi itu mengungkapkan bahwa deforestasi membawa dampak paling parah wilayah yang terletak di pesisir.
Para ahli menganalisa tiga dekade data satelit di Afrika Barat untuk menyelidiki bagaimana deforestasi mungkin telah mengubah pola cuaca.
Hasil analisis yang mereka dapatkan menunjukkan bahwa penebangan kawasan hutan yang luas telah sangat meningkatkan pemanasan global dan aktivitas badai di sepanjang wilayah pesisir, di antaranya Guinea, Sierra Leone, Liberia, Pantai Gading, Ghana, dan Nigeria.
Profesor Chris Taylor dari Pusat Ekologi Inggris dan Hidrologi berpendapat bahwa deforestasi memperburuk dampak perubahan iklim, khususnya di beberapa kota atau daerah yang paling tidak tahan banting di Bumi. Itu membuat daerah tersebut lebih sulit untuk mengatasi peristiwa cuaca ekstrem.
“Tingkat peningkatan aktivitas badai pesisir kemungkinan akan bervariasi di berbagai wilayah, tergantung pada iklim lokal, tetapi kami memperkirakan deforestasi memiliki efek yang sama di wilayah deforestasi pesisir lainnya,” katanya.
Hanya 15,5 persen yang utuh
Tidak berhenti di situ saja, dilansir dari Inhabitat, ada sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan hal yang lebih miris—yang diterbitkan dalam “Conservation Biology”.
Studi tersebut dipimpin oleh para peneliti di University of Queensland, penelitian ini meninjau data satelit dari hingga 2013. Mereka memeriksa sejauh mana aktivitas manusia telah mempengaruhi garis pantai .
Mereka mengungkapkan bahwa hanya 15,5 persen wilayah pesisir dunia yang masih utuh secara ekologis. Sebagian besar wilayah pesisir telah rusak oleh aktivitas manusia.
Para peneliti menemukan bahwa bahkan beberapa daerah pesisir yang paling terpencil pun terkena dampaknya.
Daerah-daerah itu di antaranya, wilayah Kimberley, bagian terpencil Australia Barat, ditemukan terpengaruh oleh aktivitas pertambangan dan penangkapan ikan.
Beberapa daerah pantai dalam kondisi murni terutama ditemukan di Greenland, Rusia, Amerika Serikat, Chili, Kanada, dan Australia
Negara-negara seperti Vietnam, India dan Singapura serta daerah pulau, dan pantai Eropa menunjukkan degradasi pantai paling besar.
Para peneliti juga mencatat bahwa negara-negara dengan sumber daya pesisir adalah yang paling terpengaruh. Misalnya, wilayah pesisir yang mengandung terumbu karang , sabana atau mineral memiliki tingkat tekanan manusia yang paling tinggi.
Populasi besar di dekat pantai
Tekanan terhadap wilayah pesisir berasal dari kenyataan bahwa populasi besar menetap di dekat pantai. Selanjutnya, sebagian besar mineral dan sumber daya lainnya terjadi di dekat daerah pesisir.
Menurut Brooke Williams, penulis utama studi dan ahli ekologi konservasi di University of Queensland, dunia harus mengambil tindakan untuk menyelamatkan pantai.
“Makalah kami benar-benar mengadvokasi restorasi wilayah pesisir dengan sangat mendesak. Bahwa proporsi yang begitu rendah berada pada spektrum skala keutuhan yang lebih tinggi itu mengkhawatirkan. Itu bukan kabar baik,” tegasnya.
Studi ini menggunakan dua kumpulan data: indeks jejak kaki manusia dan indeks tekanan manusia kumulatif. Indeks jejak kaki memeriksa ekosistem berbasis darat, sedangkan indeks tekanan manusia kumulatif memeriksa tekanan pada ekosistem laut .
Para peneliti memetakan tekanan hingga 50 km di sisi garis pantai. Temuan mereka menunjukkan bahwa proyek restorasi sangat penting untuk melestarikan pantai dunia.
Jika aktivitas manusia terus berlanjut pada pertambangan, pertanian, dan perikanan yang tidak berkelanjutan, serta tak puasa menebangi hutan bisa saja wilayah-wilayah pesisir hanya tinggal sejarah