Sinar, Bayi Orangutan Penghuni Baru TN Gunung Palung

oleh -174 kali dilihat
Welcome Sinar! Bayi Orangutan Penghuni Baru TN Gunung Palung
Sinar dan Ibunya, orangtan di TN Gunung Palung-Foto/KLHK
Anis Kurniawan

Klikhijau.com –  Taman Nasional (TN) Gunung Palung kedatangan tamu baru. Namanya Sinar. Si mungil ini merupakan bayi orangutan yang terlahir dari hasil rehabilitasi bernama Susi yang melahirkan bayi orangutan dengan selamat pada awal bulan Maret tahun 2020.

Nama Sinar disematkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya.

Sinar berjenis kelamin betina dan merupakan bayi orangutan kedua yang lahir di Gunung Tarak. Kawasan ini merupakan hutan penyangga yang berbatasan langsung dengan wilayah TN Gunung Palung.

Kelahiran bayi orangutan Susi pertama kali diketahui oleh tim monitoring International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang telah memantau perkembangan Susi di habitat alaminya selama empat tahun terakhir.

KLIK INI:  Nadya Hutagalung, Brand PANGAIA, dan T-shirt untuk Konversi Satwa Liar

Berdasarkan pantauan dokter hewan di lapangan, Sinar menunjukkan kondisi yang sehat dan aktif dengan menyusu pada induknya. Susi juga menunjukan afeksi dan perhatiannya dengan menyusui anaknya dengan baik.

Orangutan Susi sebelumnya merupakan orangutan peliharaan yang berhasil diselamatkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama IAR Indonesia di Pontianak pada tanggal 30 Juli 2011.

Kondisi Susi cukup memperihatinkan pada saat diselamatkan, rantai yang terpasang di leher selama bertahun-tahun oleh pemiliknya telah menyebabkan luka infeksi terbuka, bernanah dan mengeluarkan bau tak sedap.

Bahkan setelah diperiksa terdapat karet yang tertanam di kulit lehernya. Setelah melalui masa rehabilitasi yang cukup panjang, Susi dilepasliarkan di hutan lindung Gunung Tarak pada tanggal 20 Mei 2016, lokasi yang berbatasan langsung dengan area TN Gunung Palung.

KLIK INI:  Tiga Jenis Biawak Ini Hanya Bisa Ditemukan di Raja Ampat
Orangutan sebagai spesies “payung”

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian LHK, Wiratno dalam keterangan tertulisnya 21 April 2020,  menyatakan, keberhasilan pelepasliaran orangutan hasil rehabilitasi ini merupakan salah satu bukti kekuatan kerjasama antar stakeholder konservasi orangutan yang ada di Kalimantan Barat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Masyarakat juga LSM.

Wiratno menerangkan juga bahwa orangutan merupakan spesies “payung” dalam sebuah ekosistem, yang memiliki peran besar dalam menjaga ekosistem secara luas. Hal tersebut dikarenakan daya jelajah orangutan luas dan berdampak positif terhadap kelestarian ekologi yang ada di lokasi tempat hidupnya dengan menyebar biji ke wilayah hutan.

“Tidak hanya itu, masyarakat sekitar lokasi rehabilitasi juga telah banyak terlibat dalam kegiatan ini, mulai dari merawat satwa, melepasliarkan hingga memantau satwa di habitat alaminya. Semoga kesadaran masyarakat untuk melestarikan orangutan semakin tinggi”, terang Wiratno.

Direktur Program IAR Indonesia, drh. Karmele l. Sanchez menceritakan bahwa dirinya tidak pernah akan lupa ketika dia harus membuka rantai dari leher Susi.

“Kami sangat sedih melihatnya, namun sekarang rasanya sangat menggembirakan melihat orangutan yang dulunya hidup terkekang dan menderita kini bisa hidup dengan bebas dan bahkan mampu berkembangbiak di habitat aslinya”, ungkap Karmele.

Karmele menambahkan bahwa, selama menjalani perawatan dan rehabilitasi, kondisi Susi makin membaik, tidak hanya fisik tapi juga mental. Susi juga terbukti mampu beradaptasi dan menjadi orangutan sejati di rumah barunya di Gunung Tarak.

KLIK INI:  Lahir di Momen Lebaran, Bayi Orangutan di TSI Cisarua Diberi Nama Fitri