- Perihal Buncis dan Pengalaman Pertama Memanennya - 28/03/2024
- Bongo’, Meski Dibenci Tetap Memberi Banyak Manfaat - 26/03/2024
- Mikroplastik di Dada Ibu - 10/03/2024
Klikhijau.com – Keresahan dan rasa miris kadang lahirkan ide tak biasa. Seperti yang dialami Sitti Tasniah dan suaminya, Muhammad Rusli. Keduanya adalah pembina Pramuka Sekolah Menengah Atas Negeri 3 (SMAN 3) Bantaeng.
Ketika keduanya baru ditempatkan di sekolah tersebut, mereka resah dan miris melihat sampah plastik berserakan di area sekolah, baik di dalam maupun di luar sekolah
Karenanya, mereka berinisiatif menelurkan ide yang telah menggumpal di kepalanya. Caranya “sederhana”, keduanya mencanangkan Gerakan Pramuka Cinta Lingkungan.
Dari gerakan itu, lahirlah kesadaran siswa, khususnya yang tergabung dalam anggota pramuka untuk membebaskan sekolah mereka dari jeratan sampah, khususnya sampah plastik.
Setiap pagi, istirahat, atau pulang sekolah, dewan pembina Pramuka SMAN 3 Bantaeng akan mengumpul sampah-sampah dari semua anggota pramuka di sekolah tersebut.
Sampah yang terkumpul kemudian disusun rapi agar tak berserakan, setelah terkumpul mereka lalu menjualnya. Untuk penjualannya sendiri, Pramuka SMA 3 Bantaeng bekerja sama dengan pembeli gelas plastik bekas.
Hasil penjualan sampah plastik itulah yang membawa Pramuka SMAN 3 Bantaeng bisa mengikuti berbagai event kegiatan tanpa meminta dana dari sekolah.
“September 2018 lalu kami pernah mengikuti lomba musikalisasi di Bogor, sebagian dananya dari hasil sampah,” ujar Tasniah bangga.
Menumbuhkan cinta kebersihan dan Lingkungan
Kebanggaan Tasniah terhadap anggota pramuka yang ia bina memang wajar, sebab dengan adanya kesadaran mengumpulkan sampah, ada dua hal yang mereka dapatkan, kebersihan lingkungan dan tak membebani sekolah masalah biaya kegiatan yang mereka ikuti.
Tasniah mengaku, tak mudah menyadarkan orang lain untuk cinta kebersihan dan lingkungan, khususnya memungut sampah, sebab ada saja yang “membully”
“Banyak rintangannya, termasuk dibully, dianggap anggota pramuka adalah generasi payabo. Tapi tekad kami sudah bulat untuk berkontribusi terhadap lingkungan, sekecil apa pun itu” tegas Tasniah.
Rintangan itu menjadikan Pramuka SMAN 3 Bantaeng tak patah asa. Buktinya beberapa event mereka taklukkan tanpa dana dari sekolah, sebab dana yang mereka gunakan murni dari “nyampah”
Ide yang lahir dari keresahan dan rasa miris seperti yang dialami Sitti Tasniah, kiranya mampu menular ke sekolah yang lain, agar banyak sekolah merasakan “nikmatnya” sampah plastik
Jika hal itu terjadi, bukan hanya bisa membebaskan sekolah dari sampah, tapi juga bisa memakmurkan sekolah, termasuk guru honor. Sebab dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tak lagi keluar untuk membiayai kegiatan, jadi bisa dialihkan untuk “menggaji” honorer dengan layak.