Siklus Air Berputar Lebih Cepat di Tangan Perubahan Iklim

oleh -274 kali dilihat
Hari Air Sedunia 2022, Sejarah dan Link Twibbon yang Bisa Disimak
Ilustrasi air - Foto: Pixabay

Klikhijau.com – Siklus air adalah istilah untuk bagaimana air pertama kali menguap dari Bumi. Kemudian naik ke atmosfer untuk membentuk awan dan kemudian jatuh lagi sebagai hujan atau salju.

Namun, datangnya krisis iklim secara alami mempercepat proses ini. Itu dikarenakan suhu yang lebih hangat menyebabkan air menguap lebih cepat.

Bulan lalu Scientific Reports  menerbitkan sebuah penelitian baru  yang mengungkapkan bukti melalui sateliti bahwa  siklus air semakin cepat. Dikarena air laut yang segar menjadi lebih segar dan air laut yang asin menjadi lebih asin.

“Percepatan siklus air memiliki implikasi baik di lautan dan di benua. Di mana badai bisa menjadi semakin intens,” kata Estrella Olmedo, penulis utama studi dari Institute of Marine Sciences (ICM) di Barcelona dalam siaran persnya.

KLIK INI:  Potensi Baru Tempat Pembuangan Sampah, Bisa Jadi Sumber Energi Surya

Sebenarnya sangat mungkin untuk mengetahui apakah proses ini dipercepat dengan mengukur salinitas air laut permukaan.

Hal ini karena beberapa air laut menjadi lebih asin saat air tawar menguap. Sementara air yang sudah lebih segar semakin diencerkan oleh hujan deras.

Hanya saja,  masih sulit untuk mengukurnya dengan pelampung laut. Hal itu dikarenakan mereka cenderung mengukur air sedikit di bawah permukaan.

Biar bagaimanapun satelit hanya mengukur di permukaan dan dapat memberikan aliran data yang stabil dari semua bagian lautan terlepas dari lokasi atau kondisi.

“Hasil ini menyoroti pentingnya penggunaan satelit untuk mengungkap perubahan kritis pada fluks atmosfer laut,” tulis para penulis penelitian.

ScienceAlert mengungkapkan model iklim telah memperkirakan bahwa siklus air dapat meningkat sebanyak tujuh persen untuk setiap derajat Celcius dari pemanasan global. Itu berarti bahwa daerah basah akan menjadi tujuh persen lebih basah dan daerah kering tujuh persen lebih kering.

KLIK INI:  4 Jenis Ikan Hias Paling Diminati Pasar Internasional
Tingkatkan risiko peristiwa cuaca ekstrem

Selain meningkatkan risiko peristiwa cuaca ekstrem seperti badai hujan lebat dan kekeringan. Siklus air yang lebih cepat dapat berkontribusi pada pencairan es kutub.

“Jumlah air yang lebih tinggi yang beredar di atmosfer ini juga dapat menjelaskan peningkatan curah hujan yang terdeteksi di beberapa daerah kutub, di mana fakta bahwa hujan bukannya turun salju mempercepat pencairan,” kata Olmedo dalam siaran persnya.

Penurunan angin di beberapa bagian lautan, juga dapat mempengaruhi perubahan siklus air

Antonio Turiel yang merupakan rekan penulis yang juga dari ICM dalam siaran persnya mengatakan, di mana angin tidak lagi begitu kuat, maka air permukaan memanas. Tetapi tidak bertukar panas dengan air di bawah. Hal itu memungkinkan permukaan menjadi lebih asin daripada lapisan bawah dan juga memungkinkan efek penguapan diamati dengan pengukuran satelit.

Hasil penelitian itu memberikan fakta baru tentang krisis iklim yang semakin mengancam.

KLIK INI:  Ngeri, 99% Dunia Telah Terdampak Polusi Udara

Sumber: Ecowatch