Seringnya Bencana Terjadi di Indonesia Akibat Perubahan Iklim

oleh -237 kali dilihat
Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan terkait Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Ilustrasi bencana/Foto-pixabay

Klikhijau.com – Pergantian tahun 2019 ke 2020 ini disambut dengan kabar tentang bencana di sejumlah wilayah Indonesia. Itu terjadi di berbagai daerah seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Kabupaten Lebak, dan Provinsi Banten.

Beberapa daerah di Sulawesi juga terkena musibah. Bencana angin puting beliung yang terjadi di Bantaeng misalnya, sejumlah bangunan mengalami kerusakan.

Daerah lain seperti Sukabumi, Bandung, Bogor, Cirebon, Aceh, dan Jawa Tengah juga mengalami bencana ini.

Puluhan orang meregang nyawa dan puluhan ribu lainnya terpaksa mengungsi akibat banjir dan angin puting beliung.

KLIK INI:  Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang Disertai Emotikon Ketawa

Belum lagi bencana tanah longsor yang terjadi di banyak wilayah. Begitupun dengan kebakaran hutan dan lahan (kerhutla), serta abrasi dan gelombang pasang.

Menurut data dari BNPB, terjadi 203 bencana di Indonesia selama periode 1 Januari hingga 20 Januari 2020. Bencana terbanyak terjadi di Pulau Jawa.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, curah hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm/hari dengan durasi panjang selama pergantian tahun. Hujan ini turun cukup merata di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, hujan akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 ini merupakan curah hujan tertinggi sejak tahun 1900.

Menurutnya, hal itu menunjukkan tren naiknya curah hujan yang intensitasnya makin lama makin tinggi.

Frekuensi intensitas tinggi itu makin sering selama 30 tahun terakhir. Sementara kenaikan suhu udara juga sama. Dari tahun 1960 sampai 30 tahun setelah itu, sampai di tahun 2015, ada kenaikan sekitar 1 derajat celsius.

Menurut ilmu iklim, kenaikan itu berkorelasi dengan terjadinya perubahan iklim global. Para pakar mengatakan bahwa kondisi sekarang ini indikasi perubahan iklim global itu terjadi.

Adanya suhu yang meningkat dan menyebabkan adanya hujan ekstrem sering terjadi dengan intensitas tinggi. Begitu kata Dwikorita dikutip dari VIVAnews.

Dwikorita menyebut, jika kerusakan lingkungan terus terjadi maka trennya akan naik terus. Kita akan sering menghadapi peristiwa bencana itu ke depan.

Karena itu ia berpesan agar peduli terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Jika tidak berubah dan tidak melakukan mitigasi, banjir akibat cuaca ekstrem akan semakin sering terjadi.

Menteri KLHK menunjukkan peta perubahan lahan di wilayah hulu Jakarta juga sangat signifikan. Dulu lahan warna hijau tertutup dan berubah dari tahun ke tahun semakin merah.

KLIK INI:  Bagaimana Ekosistem Mangrove Berperan Mengatasi Perubahan Iklim?
Jika tidak berubah, bencana akan semakin sering terjadi

Tahun 2019, badan riset YouGov dan Departemen POLIS Universitas Cambridge yang melakukan suervei menemukan, hanya 18% penduduk Indonesia yang percaya, kaitan antara kehidupan manusia dan perubahan iklim.

Sementara akademisi LIPI, Gusti Ayu Surtiari menilai, perubahan iklim bukan cuma tak dianggap nyata. Hal tersebut belum menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan kebijakan publik.

Proyek adaptasi perubahan iklim yang dibuat pemerintah disebut Gusti, gagal menghindarkan masyarakat dari bencana alam.

Pemerintah tidak berani mengambil risiko atas dampaknya tidak terukur dan waktu terjadinya yang tidak tentu. Begitu yang diungkapkan Gusti dikutip dari BBC.

Gusti berkata, kepala daerah dan pejabat publik yang berani merupakan kunci menghadapi perubahan iklim dan potensi bencana alam yang menyertainya.

Fakhrudin, peneliti di Pusat Penelitian Limnologi LIPI, menyebut perubahan iklim menyebabkan curah hujan makin ekstrem pada musim penghujan. Sebaliknya, kekeringan ekstrem juga muncul saat musim kering.

Kecenderungan hujan deras yang akan terus meningkat di kawasan Jabodetabek juga membuat banjir sering terjadi di wilayah tersebut.

Pembaruan kebijakan yang menyesuaikan perubahan iklim sangat vital mencegah banjir di Jakarta dan sekitarnya.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, menyebut fenomena iklim terjadi juga di berbagai wilayah lain di Indonesia.

Curah hujan ekstrem juga sebabkan banjir bandang di Sumatera Barat Desember lalu.

Pekan pertama 2020, seperti halnya Jabodetabek, beberapa kota di Sulawesi Utara juga diterjang banjir dan menyebabkan korban jiwa.

Hujan dan banjir hampir merata di mana-mana. Puting beliung semakin sering terjadi. Jika tidak berubah, bencana akan semakin sering terjadi.

KLIK INI:  FOTO: Jangan Ditiru, Pemandangan Salah Satu Tempat Sampah "Jadi-Jadian" di Makassar