Sederet Tips Sederhana Mendaur Ulang Media Tanam Bekas

oleh -1,414 kali dilihat
Panduan Fermentasi Sekam Padi untuk Media Tanam Berkualitas
Ilustrasi sekam padi - Foto/Kampustani.com

Klikhijau.com – Media tanam telah menjadi bagian terpenting dari aktvitas tanam menanam. Tak ada aktvitas menanam tanpanya.

Media tanam yang digunakan pun tidak bisa sembarangan. Harus yang tetap bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal itu bertujuan agar produktivitasnya dapat menjadi lebih baik dan melimpah.

Media tanam ini bukan hanya tanah, tapi juga bisa air atau bagian tanaman tertentu. Ada yang alami ada pula yang memang dibuat khusus.

Media tanam yang dibuat khusus biasanya digunakan untuk pot. Itu agar tumbuhan pada pot bisa bertumbuh dengan subur.

Penggunaannya pun memiliki fungsi yang penting, karena  menjadi  tempat melekatnya akar dan juga berperan sebagai penyedia hara bagi tanaman.

Mencampurkan  beberapa bahan untuk membuat  media yang bisa ditanami harus menghasilkan struktur yang sesuai. Itu dikarenakan setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi pertumbuhan tanaman, baik tanaman sayur maupun tanaman hias.

Karena biar bagaimana pun tanaman yang berada dalam pot atau polybag memiliki keterbatasan ruang untuk bergerak.

Karenanya dibutuhkan media tanam yang  bisa mendukung pertumbuhannya agar sesuai harapan. Nah, media tanam, khususnya pada pot atau polybag. Umumnya dibuang begitu saja setelah tanamannya dipindahkan atau mati.

Cara itu, selain membuat lebih boros, juga membutuhkan tenaga dan waktu untuk membuat media tanam baru, padahal masih bisa dimanfaatkan untuk ditanami kembali, berikut tips sederhananya.

  • Keluarkan dari pot atau polybag

Cara pertama yang bisa dilakukan, terlebih dahulu media yang telah tanami (media bekas) harus dikeluarkan dari pot atau polybag.  Kumpulkan pada satu wadah.

Pengumpulan tersebut bertujuan agar tidak terhambur ke mana-mana. Sehingga lebih mudah untuk diolah.

Selain itu, pot atau polybag bekas juga bisa kembali digunakan, jadi tak usah lagi membeli. Cara ini bisa mengemat pengeluaran.

  • Jemur

Setelah dikeluarkan, selanjutnya adalah menjemurnya. Cara menjemur media tanam bekas berbeda dengan yang lain. Setelah diratakan, usahakanlah jemur tiga hingga lima hari.

Penjemuran ini bertujuan untuk kembali menggemburkannya dan menyatukannya kembali.

  • Siram

Berikutnya adalah proses penyiraman, setelah dijemur dan kering, selanjutnya adalah penyiraman. Air yang digunakan untuk menyiram bukan air sembarangan, tapi yang mengandung  fungisida. Fungisida  sendiri merupakan pestisida, fungsinya secara spesifik  dapat membunuh atau menghambat cendawan yang menyebabkan penyakit.

Fungisida ini memiliki beragam bentuk, ada yang berbentuk cair, serbuk, gas, dan butiran. Pun demikian dengan sifatnya, ada yang bersifat kimiawi ada pula yang organik.

Sebaiknya pilihlah fungisida organik, yang terbuat  terbuat dari bahan alami seperti tumbuhan dan organisme tertentu.

Selain fungisida, yang perlu disiramkan juga adalah bakterisida. Bahan ini sering pula disebut bakteriosida atau disingkat bside.

Bahan ini merupakan bahan atau substansi, ia dapat membunuh bakteri. Bakterisida yang umum dikenal berupa, antiseptik, disinfektan, dan antibiotik.

Agar lebih sehat dan ramah lingkungan, pilihlah bakterisida yang alami, misalnya yang terbuat dari daun mimba.

  • Tambahkan bahan lain

Bagaimana pun, media tanam bekas telah banyak kehilangan zat penyuburnya. Karena itu, perlu tambahan bahan lain untuk mendapatkan kembali daya magisnya dalam menumbuhkan dan menyuburkan tanaman.

Bahan lain yang dianjurkan untuk ditambahkan agar media tanam bekas bisa kembali digunakan, yakni arang atau sekam mentah.

  • Masukkan kembali

Langkah terakhir yang bisa dilakukan adalah, setelah  memasukkan kembali media tanam bekas yang telah di jemur, disiram, dan dicampur dengan sekam bekas dan arang ke dalam polybag atau pot.

Selanjutnya silakan tanami kembali sesuai jenis tumbuhan yang kamu inginkan. Jadi, selamat mencoba!

KLIK INI:  Bagaimana Ciri-ciri Tanaman yang Kekurangan Unsur Hara Esensial?