Sebagai Hujan di Tubuhmu

oleh -115 kali dilihat
Apa Perbedaan El Nino dan La Nina?
Hujan - Foto/Eutah Mizushima on Unsplash
Irhyl R Makkatutu

Sebagai Hujan di Tubuhmu

 

aku ingin tiba di tubuhmu sebagai hujan
hujan tiba pada saat tak terduga, seperti kemarin itu
saat ibu sedang mengaduk cendol di dapur kayu
hujan tumpah
jemuran cengkeh di halaman pun kuyup

ibu meninggalkan adukan cendolnya
berlari ke halaman
mengangkat cengkeh ke dalam rumah
napasnya ngos-ngosan

dua orang semalam datang ke rumah
magrib baru saja pamit
mereka datang mempertanyakan hujan
kenapa datang saat kemarau?

tak ada jawaban
dari ibu atau ayah

ingin kujawab
sebab perubahan iklim

tapi, tak keluar
suara tertekan
kopi, rasanya semakin pahit saja

Oktober 2022

KLIK INI:  Pisang Goreng Hilang di Meja Tamu

Salep Gatal

 

guru pensiunan itu
kini membangun
pabrik penyulingan daun cengkeh
tepat di pinggir kali
yang mengalir ke sawah

air mulai menghitam
berbusa salju
anak-anak riang
di kampungnya, salju lahir di kali

petani memakai masker
dan kaos tangan membajak sawah
salep anti gatal diselipkan di kantong celana

seusai panen minyak daun cengkeh
pensiunan guru itu
akan berkeliling kampung
memakai mobil bututnya
yang berkabung kabut
pada knalpotnya

senja pada suatu hari di hari kamis
hujan tiba dengan manja
meluapkan kali
air hitam mengalir
ke halaman rumah pensiunan guru itu

besoknya pensiunan guru itu
alpa salat jumat
ia sibuk mengolesi salep anti gatal
ke seluruh badan cucunya

Oktober 2022

KLIK INI:  Sepasang Mata Hujan

Di Mata Air Mana Kita Minum Kelak?

 

sungai balantieng akan dibendung
sawah akan memaut
menggantung dirinya pada hujan
hujan datang sekali-kali saja
seperti pejabat
datang lima tahun sekali

kemarin saat senja pamit
dua lelaki mengetuk pintu
mereka meminta mata air kepada ayah

“sudah sebulan air tak mengalir ke rumah,” keluhnya

mata air itu ada di sawah ayah
dilema tumbuh di mata tuanya
memberikannya, sawah bakal pensiun dini
tak memberinya, nurani tak tega

“aturlah bagaimana bagusnya,” kata ayah

dua lelaki itu menyeruput kopinya
pelan, pelan sekali

air sungai balantieng akan mengalir ke jauh
dalam pipa di bawah tanah
melewati rumah dua orang lelaki itu
melewati sawah-sawah yang mulai berencana pensiun dini.

pelan sekali kedua lelaki itu menyeruput kopinya
tampaknya sangat pahit

“sisakan air untuk sawahku, burung-burung, cacing tanah, dan semua yang butuh air,” kata ayah

kedua lelaki itu lalu pamit
tenggorokannya tampak pahit
mengucapkan terima kasih

Oktober 2022

KLIK INI:  Tak Ada Pantai di Bira

Pepohonan di Depan Rumahmu

 

ada ranting pohon di tenggorokanku
berduri-duri

aku ingin memotongnya
ranting itu telah mengakar

ia merampas lidahku
mulutku, seluruhku

aku mematung saja
ranting pohon itu
paluti seluruh adaku

hilang aku
menjelma aku
pepohonan
di depan rumahmu

Kindang, 1 Oktober 2022

KLIK INI:  Kencani Rindu