- Perihal Buncis dan Pengalaman Pertama Memanennya - 28/03/2024
- Bongo’, Meski Dibenci Tetap Memberi Banyak Manfaat - 26/03/2024
- Mikroplastik di Dada Ibu - 10/03/2024
Klikhijau.com – Saatnya toko-toko di Indonesia meniru Eks Pemain Manchester United Ini. Namanya Richard Jon Eckersley.
Pada menit ke 71 ia berlari memasuki lapangan untuk menggantikan posisi Gary Neville. Di bagian belakang bajunya tertulis Eckersley.
Saat itu tanggal 27 Januari 2009, tanggal yang yang tidak mungkin ia lupa, sebab itu hari bersejarah baginya. Memulai debutnya di Primier League bersama tim senior Manchester United (MU)
Apalagi saat itu MU menang 5-0 melawan West Bromwich Albion. Kemenangan itu melengkapi cerita debutnya dengan manis. Bagi pemain sepak bola, debut dan menang adalah impian yang besar, semua pemain menginginkannya.
Meski memulai debutnya dengan manis di kasta tertinggi sepak bola Inggris, tapi kisah perjalanan karier lelaki yang lahir 12 maret 1989 di Salford, Britania Raya tersebut tidak berjalan mulus. Selanjutnya ia tidak dapat menit bermain yang cukup dari sang pelatih, Sir Alex Ferguson.
Inspirasi dari eks MU
Ia beberapa kali berganti klub demi mengejar mimpinya menjadi pesepakbola yang akan dikenang sepanjang waktu.
Mimpi itu pula yang membawanya ke liga Amarika Serikat atau Major League Soccer (MLS) dengan bermain di Toronto FC sebagai pemain pinjaman tahun 2011 silam.
Cerita baru dalam hidupnya pun di mulai di MLS tersebut. Ia menemukan bahwa sepak bola tidak lebih dari sekadar olahraga saja, tidak lebih. Ia pun merasa antusiasmenya terhadap sepak perlahan bola mati. Ia merasa sepak bola mulai menjadi gangguan baginya.
“Di sana, saya mulai membaca buku dan menonton banyak dokumenter sehingga pandangan saya semakin terbuka,” ucapnya “Saya siap meninggalkan sepak bola ketika sudah berikrar 100 persen,” tambahnya.
Richard Jon Eckersley memutuskan pensiun dari dunia sepak bola tahun 2016 lalu di usia yang masih muda. Ia pensiun sebab menyadari bahwa sepak bola tidak berarti apa-apa jika lingkungan rusak.
“Sepak bola sungguh luar biasa karena ada hubungan antarmanusia. Ada begitu banyak penggemar di seluruh dunia. Namun, jika kita tidak memiliki planet (bumi) untuk ditinggali, sepak bola tidak penting lagi. Itulah perbedaannya,” tutur Eckersley
Kekhawatiran akan kerusakan lingkungan yang bisa mengancam bumi ini membuatnya rela meninggalkan sepak bola dan membuka tokoh klonton, yang terletak di barat daya Inggris, yang butuh 4,5 jam dari Manchester United. Tempatnya dulu merajut mimpi sebagai pesepakbola.
Suami dari Nicola itu tetap merasa beruntung bisa bermain bersama pemain besar seperti Cristiano Ronaldo dan Roony itu.
Namun hal tersebut tidak cukup membuatnya betah di dunia sepakbola. Ia dan istrinya kini hanya fokus mengurusi tokonya yang berbeda dari yang lain.
Di tokohnya tersebut pelanggan diharuskan membawa keranjang sendiri dan membeli bahan baku atau makanan tanpa kemasan. Hal itu dilakukan Eckersley dan istrinya sebagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan.
Kesadaran Richard Jon Eckersley akan pentingnya toko yang ramah lingkungan memang patut dicontoh, khususnya toko-toko di Indonesia.
Sudah saatnya “mereka” mengharuskan pelanggannya membawa keranjang sendiri. Tidak membungkus belanjaan pelanggan dengan kemasan berupa kantong plastik atau semacamnya yang tidak ramah lingkungan.