Pupuk Anorganik Selain Mengancam Kesuburan Tanah, Juga Menjadi Pemicu Perubahan Iklim

oleh -1,038 kali dilihat
Pupuk Anorganik Selain Mengancam Kesuburan Tanah, Juga Menjadi Pemicu Perubahan Iklim
Ilustrasi petani menggunakan pupuk anorganik/foto-cgmarkfed.in
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Ke depannya petani akan berhadapan dengan kegersangan tanah, sebab kesuburan tanah semakin menurun. Penyebabnya bukan karena perubahan cuaca, tapi ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik.

Selama ini petani lebih tertarik menggunakan jenis pupuk anorganik daripada pupuk organik, padahal dampaknya kepada lingkungan.

Khususnya kesuburan tanah sangat buruk. Salah satu cara menyembuhkan tanah agar kembali subur adalah petani harus beralih ke pupuk organik.

Penggunaan pupuk anorganik memang tinggi, pada Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, petani yang menggunakan pupuk anorganik mencapai 86,41%.

Sementara, penggunaan pupuk berimbang (organik dan anorganik) hanya 13,5% dan organik 0,07%.

KLIK INI:  Karena Sampah, Ribuan Wisatawan Mancanegara Batal ke Lombok

Meski sudah diketahui dampak buruknya terhadap kesuburan tanah, penggunaan pupuk anorganik tetap tinggi.

Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kendala dalam pengembangan pupuk organik, baik di tingkat produsen maupun pengguna.

Direktur Pupuk dan Pestisida, Muhrizal Sarwani mengakui hal tersebut. Menurutnya dalam pengembangan pupuk organik, baik di tingkat produsen maupun pengguna terdapat banyak kendala.

Misalnya, mutunya yang masih kurang baik, bahan bakunya juga terbatas, kualitas yang dihasilkan tidak konsisten, banyak mengandung logam berat (terutama yang dari kota).

“Dosis penggunaan pupuk ornagik relative tinggi, sehingga  sehingga sulit dalam transportasinya,” katanya.

Permentan tentang pupuk organik

Untuk melindungi konsumen terhadap kualitas pupuk organik, pemerintah merevisi Permentan No. 70 Tahun 2011 dengan dikeluarkannya Permentan No. 01 Tahun 2019 tentang Pendaftaran Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah.

Menurut Muhrizal, tujuan diaturnya standar pupuk organik, hayati dan pembenah tanah tersebut untuk melindungi masyarakat dan lingkungan hidup.

KLIK INI:  Benarkah Industri Hotel di Indonesia telah Ramah Lingkungan?

Diharapkan juga akan meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk organik dan memberikan kepastian usaha dan kepastian formula pupuk yang beredar.

Sementara itu, menurut Direktur Teknik dan Pengembangan PT Petrokimia Gresik, Arif Fauzan, persoalannya bukan hanya masalah kesuburan tanah, penggunaan pupuk anorganik terutama N (Nitrogen) yang berlebihan juga menyebabkan perubahan iklim.

Pada dasarnya N yang diserap tanah hanya 50%, sisanya menguap ke udara.

“Sudah terbukti bahwa penggunaan pupuk anorganik terus-menerus dan berlebihan, kesuburan tanah menjadi berkurang karena C-Organik di dalam tanah rendah,” katanya.

Arif juga menilai, penggunaan pupuk anorganik hanya bermanfaat jangka pendek. Apalagi bahan baku pupuk tersebut berasal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui.

Jika petani Indonesia tidak segera beralih menggunakan pupuk organik, ancaman kesuburan tanah akan semakin nyata.

Bukan hanya itu, petani juga akan menjadi penyebab perubahan iklim seperti yang dikatakan Arif.

KLIK INI:  Deh, Puntung Rokok Ternyata Lebih Merusak Lingkungan Daripada Sedotan Plastik