- Atasi Triple Planetary Krisis, KLHK Gelar Penanam Mangrove Serentak di 24 Titik - 24/04/2024
- Babak Baru Kasus Makelar Kayu Ilegal Asal Lutim, Berkas Dilimpahkan ke Kejari Tana Toraja - 24/04/2024
- Hari Bumi 2024: Ford Foundation Dukung BRWA Kelola Registrasi Wilayah Adat di Tapanuli Utara dan Lutra - 23/04/2024
Klikhijau.com – Pohon Sikkam (Bischofia javanica Blume), tanaman yang memiliki banyak nama di Indonesia. Penamaannya tergantung di daerah mana ia tumbuh. Di Batak tanaman ini bernama singkam, cingkam, tingkem (Gayo, Aceh), dan gadog, ginting keranjing, gintung (Jawa).
Pohon sikkam tersebar di Sumatra hingga Papua. Sementara di luar Indonesia, terdapat di India, China hingga Polynesia dengan nama yang berbeda pula. Di Malaysia dinamai jintang dan di Vietnam bernama nhoi.
Pohon ini memiliki karakteristik pertumbuhan yang dapat menjulang tinggi—bisa mencapai 40 meter.
Batang yang menjulang tinggi itu disertai pula dengan diameter batang cukup besar mencapai 95 hingga 150 cm.
Spesifikasi pohon sikkam
Pohon ini lebih banyak ditulis oleh para peneliti dengan nama sikkam. Seperti umumnya semua pohon, sikkam juga memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Magnoliopsida
- Ordo : Malpighiales
- Famili : Phyllanthaceae
- Genus : Bischofia
- Spesies : Bischofia javanica Blume
Sikkam termasuk pohon yang besar, berbatang lurus atau agak bengkok. Ia memiliki cabang pendek dan kadang berbanir.
Untuk kayunya atau pepagan memiliki warna cokelat kemerahan hingga kelabu. Karakteristik pepagannya pecah-pecah, bersisik, dan bergetah merah bening.
Daunnya penumpu berbentuk segitiga melonjong, panjang 0,7 hingga 2 cm. Tanaman ini berdaun majemuk berwarna hijau menjari tiga, tersebar spiral, anak daun bundar telur atau jorong, 5 hingga 15 cm x 3 hingga 10 cm.
Ujung daunnya melancip, berpangkal tumpul. Pada tepi anak daunnya bergerigi. Untuk perbungaannya berbentuk malai, kecil, terdapat di ujung ranting dengan tangkai bunga yang panjang (Hendra Gunawan, dkk (2019)
Sedangkan untuk buahnya merupakan buah batu. Bentuknya bulat dengan ukuran 1,2 hingga 1,5 cm.
Ketika buah telah masak akan tampak berwarna hitam kebiruan. Di dalam buahnya terdapat 1 hingga 2 biji. Buahnya ini berbiji lonjong dengan panjang 5 mm. Warnanya cokelat.
Novrianty Nainggolan, (2019) menegaskan bahwa pohon sikkam bisa tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian kurang lebih 1500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pohon ini banyak dijumpai tumbuh liar di hutan rawa dan di hutan jati.
Namun, secara alami pohon ini ditemukan di dataran rendah hingga pegunungan. Ia biasa pula tumbuh di tepi sungai.
Cara memperbanyak atau melestarikannya bisa dengan generatif melalui biji, stek batang, stek pucuk bahkan dengan stek akar.
Ia biasanya berbunga pada bulan Februari hingga Mei. Lalu, bunganya itu akan berubah menjadi buah pada bulan Agustus hingga Oktober.
Manfaat pohon sikkam
Sikkam merupakan tumbuhan dari ordo Malpighiales. Ia tidak tumbuh begitu saja, tapi membawa manfaat bagi manusia. Karena hampir seluruh bagian dari pohon ini memiliki manfaat mulai dari bagian akar hingga daun.
Dalam dunia perdagangan kayu, sikkam lebih dikenal dengan nama Bischop wood atau Java cedar.
Pohon ini adalah salah satu jenis komersial. Ia dapat dipergunakan sebagai bahan rumah tangga seperti pembuatan jembatan, mebel, tiang, interior, alat pertanian, dan ukiran.
Namun, ada satu hal yang harus diperhatikan jika memanfaatkan kayu ini, yakni harus terlindung dari sinar matahari secara langsung. Tidak hanya itu, kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan kertas.
Bachheri, et. Al (2013) membeberkan jika manfaat penting lainnya dari pohon ini adalah bisa dijadikan sebagai salah satu zat pewarna alami. Perihal manfaat yang satu ini, telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat secara turun temurun.
Sebelum manusia mengenal zat pewarna sintesis untuk mewarnai pakaian, anyaman bambu, rotan dan jala, manusia telah menggunakan pohon sikkam sebagai pewarna.
Menurut beberapa penelitian, sikkam memiliki beragam manfaat sebagai tanaman obat, di antaranya sebagai anti leukemia, anti inflamasi (Sutarson, et. al. 2004).
Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai anti mikroba anti alergi, mengobati luka bakar dan merangsang pertumbuhan rambut (Pradan dan Badola, 2008).
Untuk daunnya, dapat dimanfaatkan menghalau hama penyakit pada tanaman jagung dan padi.
Dalam masyarakat Sumatera Utara, kulit kayu pohon ini telah digunakan secara turun-temurun sebagai ramuan untuk memasak daging.
Bahkan daunnya dipercaya pula dapat mengobati luka, diare, mag dan asam lambung, dan juga digunakan sebagai obat kumur.
Menurut Harmida, dkk., (2011) bahwa masyarakat Desa Lawang Agung Kabupaten Lahat Sumatra Selatan telah menggunakan ekstrak daun sikkam untuk mengobati diare.
Hal itu karena tanaman ini memiliki kandungan tanin yang bersifat sebagai antibakteri dan menciutkan dinding usus. Sementara senyawa flavanoid dan terpenoid yang dikandungnya juga dapat berkhasiat sebagai anti diare.
Kandungan zat kimia
Adapun kandungan kimia yang terdapat dalam pohon sikkam adalah protein, karbohidrat, tanin, flavonoid, lenersetin, sitosterol, dan asam steara.
Tidak hanya itu, kandungan lainnya adalah asam limolenat, asam palminat, serat, bahkan terdapat pula kalsium, kalium dan magnesium serta vitamin C dan asam elagit.
Itulah pembahasan singkat mengenai pohon sikkam, pewarna alami warisan leluhur yang patut dilestarikan. Semoga bermanfaat!