Petani Bawang Merah di Pati Mulai Menerapkan Budidaya Ramah Lingkungan

oleh -792 kali dilihat
Petani Bawang Merah di Pati Mulai Menerapkan Budidaya Ramah Lingkungan
Hamparan lahan pertanian bawang merah di Pati Jawa Tengah - Foto/OnlineMetro
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Petani bawang merah di Pati, Jawa Tengah mulai menerapkan budidaya yang ramah lingkungan. Ini tentu terobosan positif, sebab tak sedikit budidaya bawang merah seolah sangat bergantung dengan pupuk kimia dan pestisida.

Seperti diketahui, Pati merupakan sentra bawang merah terbesar di Pantura Jawa Tengah. Hamaparan lahan pertanian umumnya ditanami bawang merah sebagai satu komoditas andalan.

Pada Mei 2020 saja, tercatat sedikitnya 604 hektar pertanaman bawang merah. Varietas andalan yang banyak dikembangkan petani setempat dikenal dengan nama Tajuk. Namun saat kemarau tiba, sebagian petani beralih menanam varietas Bauji karena lebih tahan kekeringan.

Saat ini semakin banyak petani di Pati yang berinisiatif menerapkan system budidaya ramah lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan dan produktivitas. Paling penting tentu saja adalah tetap menjaga kelestarian lingkungan.

KLIK INI:  Agar Lamanti (Leunca) Tumbuh Subur, Berikut Cara Budidayanya!

Alhasil, produktivitas panen di sentra utama seperti Kecamatan Jaken dan Wedarijaksa saat ini mampu mencapai 12 ton/hektar.

Seperti halnya yang dilakukan para petani bawang merah di Desa Tegalurung, Kecamatan Jaken, Pati. Sepanjang hamparan lahan bawang merah di daerah tersebut terlihat banyak dipasangi perangkap likat kuning.

Tujuannya tak lain untuk mengendalikan populasi hama serangga sekaligus efisiensi biaya usaha tani bawang merah.

Perlu komitmen dan pendampingan intensif

Dikutip di Laman Kementerian Pertanian, Suhardi, ketua kelompok tani “Joko Tani”, Desa Tegalurung mengaku, para petani anggotanya kini sudah semakin sadar dan paham pentingnya budidaya ramah lingkungan.

KLIK INI:  Kisah Si Bawang Merah yang Jahat Ternyata Kaya Akan Manfaat

“Awalnya memang masih pada ragu. Alhamdulillah sekarang sudah banyak yang mau memasang perangkap likat. Gunanya selain untuk memantau serangga hama, sekaligus untuk mengendalikan populasinya. Lumayan efektif kok,” ujarnya.

Menurut pengalamannya, likat warna kuning efektif menekan populasi ngengat atau imago ulat bawang. Sementara perangkap likat biru atau putih, bagus untuk mengendalikan hama thrips.

Jika tidak dikendalikan, larva dari hama tersebut disebut-sebut bisa mengancam penurunan produksi umbi bawang merah hingga 60% untuk kategori serangan berat.

“Selain likat, kami juga telah memasang perangkap lampu dan feromon untuk mengendalikan hama ngengat yang biasanya aktif di malam hari,” imbuh Suhardi.

KLIK INI:  Apa itu Pati pada Tanaman dan Bagaimana Proses Pembentukannya?

Selain terbukti efektif, penggunaan pengendali hama ramah lingkungan tersebut juga bisa menghemat pengeluaran pestisida.

Suhardi menandaskan saat ini anggotanya juga sudah mulai beralih ke penggunaan pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.

Namun proses menuju budidaya yang 100% bebas pestisida dan pupuk kimia sintetik, jelas bukan perkara instan.

Kortikab POPT-PHP Kabupaten Pati, Sujiyanto berharap pendampingan budidaya ramah lingkungan kepada petani bawang merah terus dilanjutkan.

“Petani bawang merah di Pati rata-rata sudah mengaplikasikan perangkap likat, feromon, agens hayati, dan bahan pengendali OPT ramah lingkungan lainnya. Supaya tetap berkelanjutan perlu pendampingan, pelatihan, serta tentunya komitmen dari petani sendiri”, jelas Sujiyanto.

KLIK INI:  Jantung Pisang Bisa Diolah Jadi Pupuk Cair Organik, Ini Caranya!
Budidaya ramah lingkungan, solusi terbaik

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat melakukan kunjungan lapang ke sentra bawang merah Jaken baru-baru ini, mengapresiasi pilihan petani setempat menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu ramah lingkungan.

Pihaknya berharap langkah tersebut bisa ditiru sentra-sentra lain di Indonesia. Ini sejalan dengan Gerakan Mendorong Peningkatan Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan atau Gedorhorti yang selama ini menjadi tagline Ditjen Hortikultura.

“Kami yakin budidaya ramah lingkungan ini akan jadi trend ke depannya,” ujar Prihasto yang juga dikenal sebagai pakar lingkungan tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf meminta para penyuluh dan pengawas OPT agar semakin intensif mendampingi petani di wilayah binaannya guna menerapkan budidaya ramah lingkungan.

“Mengubah pilihan dan orientasi petani untuk mau berbudidaya ramah lingkungan itu memang  ngga mudah. Apalagi untuk bawang merah yang punya karakter padat modal dan rentan terserang OPT. Tapi nyatanya para petani di Pati bisa kok,” ungkap wanita yang akrab dipanggil Yanti.

Dirinya optimis apabila petani bawang merah mampu menjaga komitmen berbudidaya ramah lingkungan, maka produktivitas dan kualitas bawang merah akan meningkat.

“Ujung-ujungnya petani juga yang diuntungkan karena produknya lebih berkualitas dan bisa bersaing di pasar lokal bahkan luar negeri,” tutup Yanti.

Semoga aksi baik ini menginspirasi petani bawang merah lainnya di Indonesia!

KLIK INI:  Wow, Bunga Sakura Mekar di Karanganyar