Perkotaan Rentan Dampak Perubahan Iklim, Dibutuhkan Rencana Kota Hijau

oleh -139 kali dilihat
Perkotaan Rentan Dampak Perubahan Iklim, Dibutuhkan Rencana Kota Hijau Berketahanan
Suasana kota yang disesaki mobil/foto-Ist

Klikhijau.com – Perkotaan menjadi daerah yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim yang berpotensi meningkatkan bencana. Hal ini menjadi topik diskusi pada Webinar Pekan Diplomasi Iklim, Selasa 27 Oktober 2020.

Webinar bertajuk “Integrasi Ketahanan Iklim dalam Perencanaan dan Pembangunan Perkotaan” menghadirkan Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi.

Bernadia mengatakan, perubahan iklim di skala perkotaan saat ini tengah terancam. Karena itu ia sangat mengapresiasi komitmen pemerintah Indonesia yang telah memasukkan isu perubahan iklim sebagai salah satu prioritas di RPJMN 2020-2024 termasuk juga meratifikasi Paris Agreement dan Nationally Determined Contribution.

Sementara itu Vincent Piket Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia mengatakan bahwa Uni Eropa tetap memprioritaskan upaya-upaya dalam mengatasi ancaman perubahan iklim.

KLIK INI:  Dampak Perubahan Iklim Berpotensi Memicu Terjadinya Iklim Kuno di Samudera Hindia

“Melalui Climate Resilient Inclusive Cities (CRIC), Uni Eropa dan Indonesia bekerja sama membangun kota untuk masa depan yang tangguh dan inklusif, bermitra dengan pemerintah, bisnis, komunitas lokal, dan lembaga peneliti di Eropa, Asia Selatan dan Asia Tenggara,” katanya.

Sementara itu UCLK ASPAC seperti yang disampaikan Nyoto Suwignya, Direktur Perencanaan, Evaluasi dan Informasi Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri telah memilih 10 kota percontohan dalam menerapkan strategi membangun perkotaan yang tangguh dan berketahanan iklim yaitu Pangkalpinang, Pekanbaru, Bandar Lampung, Cirebon, Samarinda, Banjarmasin, Mataram, Kupang, Gorontalo dan Ternate.

Perubahan iklim juga berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dr. Ruandha Agung Sugardiman Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan.

“Penurunan PDB Indonesia diperkirakan mencapai 3,5 persen pada tahun 2100 atau turun sekitar 0,66 persen hingga 3,45 persen pada 2030,” katanya.

KLIK INI:  Menteri LHK: Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tidak Hanya Menanam

Mia Amalia Plt. Direktur Pembangunan Daerah Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mengatakan,  Bappenas telah mengidentifikasi isu strategis dalam perwujudan kota berketahanan yakni amanat RTH 30 persen, rendahnya proporsi EBT energi baru dan terbarukan, ketergantungan dan linear ekonomi, penurunan IKLH, tingginya emisi karbon, dan kerentanan bencana serta dampak perubahan iklim.

Strategi perwujudan kota berketahanan

Oleh sebab itu, diperlukan adanya implementasi konsep HIJAU dalam penyusunan strategi kota berketahanan, yaitu kota yang memanfaatkan sumber daya air, pangan, energi, dan ruang secara berkelanjutan dengan meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan perkotaan termasuk mengurangi polusi.

Selain itu juga TANGGUH yakni kota yang mampu beradaptasi dengan memitigasi risiko bencana dan perubahan iklim, termasuk dengan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat.

Untuk itu perlu adanya penerapan visi kebijakan pembangunan perkotaan nasional melalui pendekatan Smart Green Resilient

KLIK INI:  Menstabilkan Populasi Satwa Liar dengan Perburuan yang Diatur