Lepas sauh
perahu kembali dalam pelayaran
mencari cinta di luas samudera
Biduk mulai di rasa
gelombang menari makin erotis
laun hempasannya bagai gulungan naga
meliukluahkan hasrat
Perahu kertas warna emas
makin lepas
jauh
jauh
Pada senja matahari malu
ketika memandang perahu ragaku
mengulum senyum lambaikan bendera rindu
Kedipan matahari dengan sinar redup
lirih berkata “Dayunglah terus dayung, aku akan tidur sejenak, tanpaku kau pasti bisa berlayar, sebab sinarmu lebih bening dari dengus uapku,”
Perahu kertas berwarna pelangi
mempertahankan birahi jiwa terus berlayar
Tak perduli pada senja akan pergi
Gejolaknya terpacu kian menjadi
rumbai-rumbainya mulai berzikir
doa-doanya menghardik setan
untuk menyingkir
Saat malam sepi sunyi
perahu kertas perlahan mangkir jungkir
terombang ambing terbentur karang tebing
menjerit dahsyat
melengking
Karam pada remasan badai
samudera marah karang mengunyah
perahu kertas warna emas
gugur terhempas
Cepu 1-7-2019
RETNO RENGGANIS, Wanita tomboy ini lahir di kota Blora 21 Desember 1968, lima bersaudara.
Aktif sebagai aktivis, juga pengurus persilatan Merpati Putih Cabang Cepu. Suka menulis puisi sejak muda, karyanya termuat dalam antalogi: GUGUS WAKTU, MELIPAT KATA BERIBU MAKNA, OMBAK-OMBAK TEPI, RUMAH SERIBU JENDELA, 45 WANITA DALAM PUISI, SERIBU SISI NH DINI, dan lainnya.
Aktif di sastra maya, menjadi Admin, pula. Wanita ini suka dunia mistik, suka makan kuncup melati, dalam mottonya: Jadilah seperti lentera yang bisa menyinari tiap celah kegelapan. Dan ingat perasaan itu seperti laut, jika sudah tidak terkendali akan menghancurkan.