Penutupan Taman Nasional, Cara Bijak Lindungi Kera Besar dari Covid-19

oleh -837 kali dilihat
Penutupan Taman Nasional, Langkah Bijak Lindungi Kera Besar dari Covid-19
Gorilla, salah satu kera besar yang diduga rentan terkena covid-19/Foto-WWF
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Suasana mencekam masih menerjang. Entah kapan akan usai. Manusia dikepung cemas dan takut. Untungnya, dunia satwa masih bebas dari serbuan Covid-19. Jika saja terjadi, betapa merepotkannya. Maka penutupan Taman Nasional (TN) adalah salah satu langkah yang dianggap bijak. Apalagi ada beberapa satwa atau primata, khususnya kera besar dianggap rentan terpapar virus corona.

Meski belum ada satwa yang diidentifikasi terpapar virus corona atau Covid-19. Namun, langkah antisipasi telah di lakukan dibeberapa taman nasional di Afrika. Mereka menutup untuk sementara sebagai langkah pencegahan untuk melindungi kera besar dari wabah virus corona, termasuk gorilla

Sebagaimana diketahui bahwa gorila dan anggota lain dari keluarga kera besar dapat terkena demam dan penyakit pernapasan lainnya yang ditularkan dari manusia. Karenanya para ahli konservasi alam menyerukan tindakan mendesak untuk melindungi kerabat terdekat manusia, kera besar seperti orang utan, gorilla hingga simpanse dari ancaman virus corona.

KLIK INI:  Covid-19, Persatuan, dan 'Public Trust'

Maka menutup taman nasional yang menjadi rumah bagi kera besar dianggap sebagai langkah pencegahan yang baik. Apalagi mereka merupakan spesies langka dan terancam punah.

Selain langka, para ilmuwan juga menganggap primata, termasuk gorilla gunung kemungkinan rentan terhadap komplikasi yang timbul dari virus corona. Para ilmuwan mengatakan wabah yang sedang melanda dunia telah mengirimkan peringatan besar. Penyakit menular kini masuk tiga teratas dalam daftar ancaman terhadap beberapa kelompok kera besar.

“Kita tidak tahu apa efek virus ini terhadap mereka dan ini berarti kita harus mengambil langkah waspada. Ini untuk mengurangi risiko kera-kera besar terpapar virus corona,” kata Profesor Serge Wich dari Liverpool John Moores University, Inggris, seperti yang dimuat Viva.

Wich juga menyarankan agar menghentikan kegiatan wisata sudah dilakukan di banyak negara, termasuk mengurangi riset dan sangat berhati-hati dalam menerapkan program pengembalian kera besar ke habitatnya.

“Juga secara potensial menghentikan kegiatan penjelajahan di habitat kera besar yang membuat manusia berdatangan ke sana, dan berpeluang membuat kera-kera ini terpapar virus, terinfeksi dan memungkinkan terjadinya penularan sesama mereka,” sarannya.

Taman nasional Afrika tutup

Peringatan para ilmuwan tersebut direspons baik oleh Taman Nasional Virunga di Republik Demokratik Kongo yang menjadi rumah bagi beberapa gorila gunung terakhir di dunia. Mereka telah mengumumkan penutupan setelah wabah virus corona ssemakin menyebar.

Hal serupa dilakukan pula oleh Taman Nasional di Gabon, yang menjadi rumah bagi ribuan gorila dataran rendah bagian barat. Mereka juga menutup taman nasional tersebut.

Langkah-langkah itu dilakukan sebagai pencegahan penyebaran virus corona, mereka mengatakan bahwa virus yang memengaruhi manusia ini juga mudah ditularkan ke kera besar.

Tidak hanya dua taman nasiolan di atas yang melakukan penutupan sementara, tapi juga Rwanda, mereka mengakhiri kegiatan penelitian di tiga taman nasional yang merupakan rumah bagi gorila dan simpanse.

KLIK INI:  Jika Tak Mengusik Fungsi, Masyakarak Boleh ke Taman Nasional

Ada sebuah studi tahun 2008 menemukan bukti langsung penularan virus dari manusia ke kera liar. Mereka menyimpulkan bahwa penularan penyakit ini bisa memicu penurunan populasi. Pada studi tersebut, infeksi bukan disebabkan oleh COVID-19, tetapi keluarga virus

Nationalgeographic mengabarkan, jika saat ini, para ilmuwan telah menginfeksi monyet dengan virus corona baru (SARS-CoV-2) untuk mendapatkan pemahaman lebih tentang virus tersebut. Para peneliti dari Chinese Academy of Sciences Wuhan Institute of Virology menginfeksi monyet rhesus dengan SAR-CoV-2. Mereka menemukan bahwa mereka mengembangkan penyakit pernapasan yang ringan.

Meskipun tidak mengalami demam atau gejala serius, tapi paru-paru kera menunjukkan tanda-tanda pneumonia, sebanding dengan beberapa infeksi COVID-19 pada manusia. Gorila gunung, salah satu dari dua subspesies gorila timur dinilai sangat rentan

Meski beberapa beberapa virus, bakteri dan parasit beredar di antara kera besar tanpa menimbulkan masalah. Namun, beberapa di antaranya diketahui menimbulkan penyakit.

Banyak penelitian yang telah memperlihatkan bahwa simpanse bisa terinfeksi virus flu. Sedangkan virus ebola diduga telah membunuh ribuan simpanse dan gorilla di Afrika.

Selain penutupan tempat wisata, Wich juga menyarankan, perlu melakukan penelitian secara rinci. Tujuannya untuk mengetahui dan memastikan risiko-risiko apa saja yang dihadapi kera-kera besar yang semakin langka.

KLIK INI:  Kisah Seekor Monyet yang Membuang Uang ke Lautan