Nasi Kuning, Kuliner Pelengkap Ritual yang Semakin Merakyat

oleh -257 kali dilihat
Nasi Kuning, Kuliner Pelengkap Ritual yang Semakin Merakyat
Nasi Kuning-foto/Pixabay

Klikhijau.com – Nasi kuning hanyalah satu dari sekian banyak kuliner khas Indonesia. Dinamai demikian karena memiliki warna kuning.

Menariknya, pewarna yang digunakan merupakan warna yang dihasilkan dari kunyit. Jadi, bahan pewarnanya bebas dari bahan kimia dan sangat ramah lingkungan.

Bagi masyarakat Indonesia, jenis kuliner ini memang tidak asing bahkan boleh dibilang cukup merakyat.

Keberadaannya bisa ditemukan di mana saja. Harganya pun terjangkau. Pada umumnya nasi jenis ini, khususnya di daerah perkotaan kerap dijadikan sebagai sarapan pagi yang banyak dijual di pinggir jalan.

Satu bungkus nasi kuning memang mampu mengenyangkan, sebab konsumen atau pembeli akan mendapat beragam lauk yang menyertainya, di antaranya sayur, ayam, telur, abon, tempe, tahu, mie dan sebagainya. Tergantung selera konsumen dan yang disiapkan para penjualnya.

Karena biasanya setiap penjual berbeda menu yang disiapkan. Nasi kuning ini bisa pula jadi penyelamat tengah malam ketika lapar.

Selain ramai dijual pada pagi hari, nasi ini telah jadi “andalan” bagi yang beraktivitas malam. Sebab banyak penjual yang buka ketika malam telah menua.

Nasi kuning bukan sekadar makanan sarapan pagi atau tengah malam. Namun, memiliki peran yang jauh lebih besar dari sekadar pengisi perut. Sebab nasi jenis ini telah menjadi pelengkap ritual dalam upacara adat di beberapa daerah di Indonesia.

Warna penuh filosofi

Bahkan warna kuningnya tidak sekadar diciptakan begitu saja. Namun, penh pula dengan filosofi. Warna kuning diidentikkan atau dilambangkan dengan emas.

Warna emas itu disisipi berbagai harapan, di antaranya  membawa banyak berkah dan diberi kemakmuran hidup karena harta yang melimpah.

Dalam kebudayaan Jawa, nasi kuning tidak bisa lepas dari rasa syukur. Biasanya nasi ini akan dibentuk seperti gunung, yang kita kenal dengan nama tumpeng.

Tumpeng ini memang berbahan dasar nasi kuning yang dikeliling dengan beragam lauk. Dibentuk seperti gunung pun bukan tanpa alasan, sebab hal melambangkan gunung emas, yang bisa diartikan sebagaikemakmuran hidup atau kekayaan serta moral yang luhur (liputan6.com)

Perihal asal usulnya, dominan pendapat sepakat bahwa nasi ini berasal dari Jawa, namun saat ini telah menyebar ke seluruh Indonesia. Ia bisa ditemukan di mana saja, bahkan di pelosok desa sekalipun.

Pada perkembangannya pula, kuliner ini tidak hanya disajikan sebagai pelengkap ritual adat, tapi telah menjadi makanan umum yang bisa dinikmati kapan saja. Tidak perlu menunggu ritual tertentu dalam penyajiannya.

Khusus untuk sajian sakralnya, biasanya disajikan pada  pada acara syukuran, atau moment tertentu yang menandakan kebahagian, seperti ulang tahun, kelahiran, pertunangan, pernikahan, syukuran masuk rumah, dan lain sebagainya.

Pemaknaan berbeda

Sepertinya, nasi kuning dalam hal nilai ritual berbeda pemaknaannya di setiap daerah, misalnya antara Jawa dan Bali memiliki pemaknaan yang berbeda.

Dalam tradisi Bali, nasi ini acap disajikan saat Upacara Kuningan, meski bentuknya tetap sama, yakni kerucut seperti gunung.

Penggunaan nasi kuning pada upacara kuningan, sesungguhnya tidak lepas dari kepercayaan umat Hindu yang meyakini empat warna keramat, yakni putih, hitam, merah dan kuning.

Nah, untuk warna kuning ini, pada saat upacara biasanya menggunakan nasi kuning.

Nasi kuning sesungguhnya tidak jauh beda dengan nasi pada umumnya. Hanya warna dan bahan yang digunakan serta cara memasaknya saja yang berbeda. Nasi kuning juga berbahan dasar beras. Beras ini dimasak dengan kunyit, santan dan bumbu rempah yang dibutuhkan.

Hal itulah yang membuat aroma dan rasanya gurih dan wangi dibandingkan dengan jenis nasi lainnya, semisal nasi putih.

Hal lain yang membedakan nasi jenis ini dengan jenis lainnya adalah cara penyajiannya. Nasih kuning biasanya disajikan dalam satu wadah dengan lauknya sekaligus. Lauk yang setia menemaninya di antaranya telur bulat atau dadar, abon, sambal tempe kering, bihun goreng, ayam dan lain sebagainya sesuai dengan selera.

  Cara membuatnya

Cara membuatnya tentu berbeda dengan nasi putih, nasi ini dimasak bersama kunyit bubuk atau cair yang dimasak dalam air santan bersama rempah lainnya, yang bisa disesuaikan dengan selera atau bahan yang ada, misalnya lengkuas, daun salam, serai, daun salam, bawang merah halus, dan garam.

Santan dan rempah yang telah disiapkan bisa dimasak hingga mendidih baru memasukkan beras yang telah dicuci bersih, bisa pula langsung dimasak bersama berasnya.

Setelah beras menyatu dengan santan dan rempah lainnya dan dengan kondisi yang telah sedikit mengering. Nasi selanjutnya dipindahkan ke wadah lain untuk dikukus hingga matang.

Setelah matang, nasi kuning siap disajikan beserta dengan lauknya