Miris, Ban Motor Pindah ke Leher Buaya, Sayembara pun Digelar

oleh -325 kali dilihat
Miris, Ban Motor Pindah ke Leher Buaya, Sayembara pun Digelar
Ban motor melilit leher seekor buaya di Sungai Palu/Foto-Liputan6- Heri Susanto
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Tak ada dampak baiknya membuang sampah sembarangan, tak ada. Sampah yang dibuang sembarangan mengancam banyak hal. Tak hanya mengancam nyawa manusia, tapi juga binatang dan tumbuhan.

Ada berbagai jenis sampah yang dibuang seenaknya oleh orang yang tak menyayangi kesehatan, lingkungan, dan satwa. Ban bekas adalah salah satu jenis sampah yang biasa dibuang sembarangan.

Nah, dampak dari membuang ban bekas ini membuat seekor buaya di di Sungai Palu tersiksa. Ban itu menjadi kalung di badan buaya tersebut.

Buaya berkalung ban di Sungai Palu pertama kali menampakkan diri pada 2016, dan langsung menjadi perhatian banyak pihak. Jerat ban motor itu semakin.

KLIK INI:  8 Juni Hari Laut Sedunia, Sahabat Pesisir Sulbar Rilis Tukik ke Laut

Semakin hari buaya tersebut semakin menderita karena ukuran tubuhnya terus tumbuh, bahkan kini diperkirakan telah mencapai panjang lima meter.

Tentu tak mudah melepaskan jeratan dari ban motor bekas tersebut. Dibutuhkan keberanian untuk melepasnya. Apalagi buaya dikenal sebagai binatang buas yang bisa memangsa manusia tanpa pandang jabatan.

Karena itu, menurut berita yang disiarkan Liputan6, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng membuka sayembara melepas ban yang melilit leher buaya tersebut. BKSDA Sulsel akan memberikan hadiah berupa uang bagi yang berhasil melepaskan ban di leher buaya tersebut.

Sayembara digelar karena telah berbagai upaya dilakukan untuk melepas jeratan ban di leher buaya itu tak berhasil.

Upaya selalu gagal

Upaya penyelamatan penyelamatan bahkan pernah pernah dilakukan pencinta hewan liar ternama, mulai dari Panji serta beberapa organisasi dari Australia, namun tetap gagal.

BKSDA sendiri bukannya tanpa upaya. Kepala BKSDA Sulteng Hasmuni Hasmar, mengungkapkan upaya yang dilakukan pihaknya selalu gagal, terutama karena pertimbangan keamanan, baik bagi hewan tersebut maupun petugas penyelamat.

“Buaya itu sering berpindah-pindah, penggunaan bius dengan cara ditembakkan juga batal kami lakukan karena kami takut saat dibius buaya itu masuk ke dalam sungai, itu malah membahayakan si hewan dan petugas karena ada lebih dari satu ekor buaya di Sungai Palu,” ungkap Hasmuni, Rabu, 29 Januari 2020 seperti yang dimuat Liputan6.

KLIK INI:  Energi Penyelamat Bumi itu Bernama Mangrove, Teruslah Menjaganya!

Hasmuni mengakui upaya melepaskan jeratan ban di leher buaya yang diperkirakan berusia 9 tahun itu, selama ini belum menjadi prioritas pihaknya karena habitatnya (Sungai Palu) tidak masuk dalam kawasan konservasi BKSDA Sulteng. Upaya yang lebih serius baru akan dilakukan di tahun ini setelah mendapat perintah langsung Gubernur Sulteng, Longki Djanggola.

“Perintah Gubernur itu juga membuat Sungai Palu menjadi kawasan Esensial atau penting, yang membuat kami bisa melakukan penyelamatan, meski tidak masuk kawasan konservasi,” katanya.

Sayembara melepas ban dari leher buaya Sungai Palu itu disebut Hasmuni menjadi langkah awal penanganan. Selain hadiah uang, pihak BKSDA Sulteng juga akan memberikan penghargaan kepada mereka yang berhasil melepas ban yang sudah 3 tahun lebih berada di leher buaya tersebut.

“Kami pastikan jumlah uangnya setara dengan risikonya, ada penghargaan juga dari kami,” ungkap Hasmuni.

Sebenarnya, bukan hanya buaya di Sungai Palu yang menderita karena sampah yang dibuang sembarangan, tetapi telah banyak hewan lain yang merasakan dampak buruknya. Bahkan tak sedikit hewan atau satwa yang kehilangan napasnya karena sampah.

Maka hal paling bijak yang bisa dilakukan adalah setop membuang sampah sembarangan.

KLIK INI:  Harusnya Para Caleg Tahu, Ini Dampak Buruk Memaku Pohon