Miris, 4 Tanaman Endemik Indonesia Masuk Zona Degradasi

oleh -229 kali dilihat
Miris, 4 Tanaman Endemik Indonesia Masuk Zona Degradasi
anaman anggrek hitam merupakan flora khas Kalimantan Timur. Meskipun memiliki nama anggrek hitam, tidak semua bagian tanaman ini berwarna hitam karena hanya bagian lidah bunganya saja yang berwarna hitam-foto/Ist

Klikhijau.com – Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia memang melimpah. Banyak di antaranya yang bersifat endemik.

Sayangnya populasi tanaman endemik itu semakin tergerus. Beragam faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, di antaranya kebakaran hutan, alih fungsi lahan hingga pengambilan yang tak terkendali.

Akibatnya, semakin berkurangnya tanaman endemik itu, membuatnya masuk ke lingkaran tanaman terancam punah.

Jika kepunahan tanaman endemik itu benar-benar terjadi, tentu menjadi kerugian besar bagi Indonesia bahkan dunia.

KLIK INI:  Mengenal Indigofera, Tanaman Pewarna Alami dan 5 Fakta Lainnya

Berikut ini, 4 tanaman endemik Indonesia yang masuk ke zona degradasi alias terancam punah:

  • Kantong Semar

Nepenthes dengan bentuk seperti kantong lebih dikenal dengan kantong semar. Tumbuhan ini hanya terdapat di daerah tertentu di Kalimantan Barat sehingga menjadikannya tumbuhan endemik.

Dengan bentuknya yang unik, kantong semar berpotensi menjadi tanaman hias yang cantik. Nepenthes, di sisi lain, tumbuh relatif lambat.

Dengan adanya perburuan dan perusakan habitat alam yang salah satunya disebabkan oleh kebakaran hutan, Hal ini membuat kantong semar semakin menipis dan terancam keberadaannya.

Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), cara terbaik untuk melestarikan kantong semar adalah melalui konservasi ex situ atau kultur jaringan di luar habitat aslinya.

  • Anggrek Hitam

Anggrek Hitam atau Coelogyne Pandurata L merupakan tumbuhan endemik atau unik yang hanya tumbuh di daerah tertentu di Kalimantan, termasuk Kalimantan Timur.

Pada dasarnya, anggrek ini tidak sepenuhnya berwarna hitam. Hanya bibir atau lidahnya saja yang berwarna hitam, sedangkan kelopaknya berwarna kuning kehijauan.

Dengan bunga yang menyerupai batang, anggrek ini memiliki daya tarik tersendiri, terutama aromanya yang khas.

Tumbuhan ini hidup berkelompok, membentuk rumpun, tumbuh dan berbunga dengan rajin di habitat yang relatif lembap.

Dengan keindahan dan keunikan anggrek hitam, Kalimantan Timur menjadikannya sebagai maskot flora yang dikenal masyarakat sekitar sebagai Kersik Luai.

KLIK INI:  Bagaimana Hubungan dan Interaksi Antara Serangga dengan Tumbuhan?

Sebagai perusahaan yang berdedikasi dalam menjaga lingkungan dan ekosistem, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) turut berkontribusi dalam pelestarian tanaman langka khas Kalimantan Timur ini.

Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Kaltim, mengatakan sebagai perusahaan dengan basis produksi di Kaltim, pihaknya memiliki tanggung jawab untuk turut menjaga kekayaan keragaman lingkungan di sekitar perusahaan.

Operasi penyelamatan anggrek hitam telah dilakukan sejak 2011 dan tercermin dalam berbagai kampanye dan inovasi.

Dengan dukungan peneliti teknis dan terapan milik PKT dan bekerjasama dengan pusat-pusat konservasi di wilayah Kalimantan, telah berhasil mengembalikan 1.314 anggrek hitam ke habitat aslinya sejak 2018.

Upaya PKT untuk meningkatkan populasi anggrek hitam antara lain memperbanyak jumlah bibit anggrek hitam dan mengembalikan anggrek hitam ke habitat aslinya (reintroduksi) di kawasan Sankima dan Taman Nasional Kutai.

Sebanyak 5.218 bibit anggrek hitam telah berhasil diproduksi sejak 2016, rata-rata 1.043 per tahun.

“Kami yakin inisiatif yang kami lakukan dapat meningkatkan jumlah anggrek hitam di habitat aslinya, yaitu hutan tropis Kalimantan,” tutup Rahmad.

KLIK INI:  Kendalikan Sampah Plastik, Yayasan KEHATI Bentuk Toko Cura di Pulau Harapan
  • Acung Jangkung

Amorphophallus decus-silvae Backer & Alderw atau lebih dikenal dengan acung jangkung merupakan tumbuhan endemik bangkai yang hanya dapat ditemukan di Jawa Tengah bagian Barat dan Barat.

Batang dapat mencapai tinggi 2-3,5 meter, warna tangkai daun abu-abu, bintik coklat tua tidak beraturan.

Sama seperti bunga bangkai biasa, saat mekar, ageratum tinggi mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Meski begitu, tanaman ini memiliki umbi tanaman yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat.

Namun, sayangnya jumlah tanaman ini   semakin berkurang, dan menurut catatan Lipi, diperkirakan ada kurang dari 10.000 tanaman di alam.

Selain kurangnya pengolahan tanah, pergeseran fungsi kawasan yang ekstensif juga bertanggung jawab atas ancaman arachnoid yang tinggi terhadap habitatnya.

KLIK INI:  Babadotan, Gulma yang Tumbuh di Gerbang Antara
  • Pohon Parahlar

Pohon bernamalatin Dipterocarpus littoralis Blume ini merupakan tumbuhan endemik dari Pulau Nusakambangan. Tingginya mencapai 35 meter dan berpotensi menjadi penghasil kayu komersial berkualitas tinggi dan bernilai jual tinggi.

Selain itu, pohon palahlar juga digunakan sebagai tanaman obat, terutama pada kulit kayu dan daunnya yang memiliki sifat antibakteri.

Penebangan liar merupakan salah satu penghambat penurunan jumlah dan persebaran pohon ini. Untuk melindungi pohon palahlar dapat dilakukan dengan menyemai dan mencabut tanaman muda di alam.

KLIK INI:  5 Bunga Penghasil Minyak Atsiri yang Wangi dan Bikin Rileks