Mengenai Tungau dan Dampak yang Ditimbulkan Setelah Menyingkirkannya

oleh -1,781 kali dilihat
Mengenai Tungau dan Dampak yang Ditimbulkan Setelah Menyingkirkannya
Tungau atau kutu busuk/foto-huffingtonpost.com
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Begitu masuk, gumpalan debu di teras rumah menyambut saya sore kemarin. Wajar saja begitu, sebab telah hitungan minggu tak dibersihkan karena ditinggal mudik lebaran. Ketika saya membuka pintu, suasana dalam rumah pun agak berantakan, khas rumah yang lama tak ada penghuni.

Saya bergerak ke kamar, meletakkan ransel lalu membaringkan tubuh sambil menelepon ke kampung mengabarkan jika saya telah sampai dengan selamat di tujuan.

Ambattuma,” ujar saya di telepon. Saya tahu satu kata itu bisa menghapus ke khawatiran ibu dan ayah akan keselamatan saya di perjalanan.

KLIK INI:  Begini Dampak Kafein Kopi Terhadap Tubuh, Harap Jangan Kaget!

Kata itu, artinya saya telah sampai. Laporan serupa itu adalah hal wajib saya lakukan jika melakukan suatu perjalanan, khususnya jika dari Bulukumba ke Gowa.

Sambil berbincang di telepon, sesuatu terasa “merayapi” kulit saya. Saya mengelusnya untuk mengusir geli dan sedikit rasa gatal yang ditimbulkan.

Telapak tangan saya terasa menyentuh sesuatu, awalnya saya kira semut, tapi bukan. Begitu saya memeriksanya, ternyata tungau atau kutu busuk. Saya kaget, sebab itu pertama kalinya saya menemukan tungau di tempat tidur yang selama ini saya tempati

Baunya sungguh busuk dan mengganggu, barangkali karena itulah dinamakan kutu busuk.  Ia merupakan  merupakan salah satu hama yang sering ada di rumah. Bahkan, hewan yang satu ini tak melulu ada di tempat yang kotor.

Meski  busuk dan mengganggu istirahat, rupanya keberadaan tungau menurut Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tak berbahaya dan tak menyebarkan penyakit.

Meski tak menimbulkan penyakit, tapi kehadirannya menyebabkan kualitas istirahat berkurang, sebab ia bisa menggigit dan mengisap darah yang bisa menyebabkan gatal dan ruam yang mengganggu,

KLIK INI:  Begini Dampak Buruk Macet Bagi Kesehatan

Bahkan dalam beberapa kasus  bisa menyebabkan  reaksi alergi serius. Karenanya, banyak orang yang mati-matian untuk menyingkirkannya dengan bahan kimia, termasuk saya.

Namun, rupanya setelah berhasil menyingkirkannya dari tempat tidur,  ia dapat memberi hadiah perpisahan yang tetap merugikan manusia.

Bahkan menurut penelitian terbaru, ternyata kotoran serangga tersebut mengandung sisa bahan kimia yang digunakan untuk memusnahkannya. Sisa bahan kimia ini membuat histamin atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi seperti ruam dan masalah pernapasan.

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di North Carolina State University, AS ini menyebut bahwa tingkat histamin dari kotoran tungau dapat tetap tinggi selama berbulan-bulan ada di rumah yang dibersihkan dengan baik.

“Kutu kasur biasanya hanya dianggap sebagai hama pengganggu, dengan kaliber medis terbatas karena hewan ini tak diketahui bisa menyebarkan penyakit,” ungkap Zachary DeVries, penulis penelitian ini dikutip dari Newsweek.

“Temuan kami menentang kepercayaan ini,” imbuh peneliti post-doctoral di North Carolina State University tersebut. Untuk mendapat temuan ini, DeVries dan koleganya mengumpulkan debu dari 140 apartemen yang berada di gedung yang sama.

KLIK INI:  Hentikan Kebiasaan Minum Sambil Berdiri, Ini Dampak Buruknya Bagi Tubuh

Gedung ini diketahui penuh dengan tungau meski sudah dilakukan pengendalian hama. Selanjutnya, para peneliti mengumpulkan sampel lain dari 5 rumah lain yang dianggap bebas hama. Rumah-rumah tersebut berjarak 8 kilometer dari gedung apartemen pertama.

Mereka juga mengukur tingkat debu baik sebelum dan sesudah perusahaan pengendali hama melakukan semprotan insektisida dan perawatan panas untuk membasmi serangga ini.  Dari hal tersebut, para peneliti menemukan berbagai zat di dalam debu, mulai dari serbuk sari, kulit manusia, hingga bakteri.

Selanjutnya, para ilmuwan secara khusus menganalisis tingkat histamin yang timbul. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS One ini menemukan bahwa tingkat histamin tertinggi terdapat di apartemen yang dipenuhi dengan tungau.

“Tingkat histamin di tempat tidur yang dipenuhi serangga setidaknya 20 kali lebih tinggi daripada rumah tanpa tungau,” ujar DeVries.

“Kita harus berhati-hati karena tidak diketahui bagaimana paparan histamin lingkungan mempengaruhi manusia,” imbuh DeVries.

DeVries mengakui bahwa temuannya mengubah cara pikir manusia tentang kutu busuk.

“Jika histamin memiliki efek medis, baik sendiri atau dikombinasikan dengan alergen lainnya, ini benar-benar bisa mengubah cara kita melihat tungau dan bagaimana kita mengendalikannya,” kata DeVries.

KLIK INI:  Perempuan Lebih Berisiko Terkena Dampak Buruk Jika Macet, Benarkah?