Mengapa Tambang Pasir Laut di Takalar Harus Dihentikan? Begini Argumentasinya!

oleh -616 kali dilihat
Mengapa Tambang Pasir Laut di Takalar Harus Dihentikan? Begini Argumentasinya!
Aksi menolak tambang pasir di DPRD Prov. Sulsel/foto-ASP
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Penambangan pasir laut di Wilayah pesisir Kabupaten Takalar terus menuai protes keras dari masyarakat. Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP), salah satu kelompok kritis yang melakukan aksi penolakan tambang yang disinyalir berpotensi menimbulkan dampak serius bagi lingkungan baru-baru ini membeberkan empat dampak serius akibat penambangan tersebut.

Aksi penolakan ASP bersama masyarakat pesisir dan nelayan Galesong Raya telah dilakukan sejak tahun 2017.

Seperti diketahui, wilayah Kabupaten Takalar khususnya Galesong Raya menjadi lokasi tambang pasir laut untuk kebutuhan 22 juta kubik pasir dalam reklamasi Center Point of Indonesia (CPI) di Makassar.

Aktivis ASP, Ferdy menegaskan, kehadiran tambang pasir laut membuat nelayan merasa dirugikan. Pasalnya, pasca adanya proyek penambangan tersebut, hasil tangkap nelayan drastis berkurang.

“Selain pendapatan nelayan yang berkurang, ekosistem pesisir di sekitar area penambangan mengalami kerusakan. Tidak ada jalan lain, ini harus segera dihentikan!” Tegas Ferdy.

KLIK INI:  Menyandarkan Harapan pada Potensi Karbon Biru di Indonesia

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulsel seperti dilansir Tribunnews.com akhir tahun 2018 lalu juga telah menegaskan protes keras atas tambang pasir di Galesong Raya.

Muh Al-Amin, Direktur Walhi Sulsel menuturkan, pihaknya akan terus menggalang solidaritas penolakan massa terhadap penambangan tersebut.

Berikut ini, empat dampak negatif yang ditimbulkan dari tambang pasir laut di Takalar versi ASP:

• Kerusakan Ekosistem

Keruhnya air laut menyebabkan kurangnya sinar matahari yang masuk ke dalam laut, hingga menyebabkan terumbu karang, lamun, fitoplankton tidak dapat berfotosintesis yang mengakibatkan hilangnya wilayah pemijahan dan asuhan biota laut.

KLIK INI:  Studi: Sejak 1950-an Kapasitas Terumbu Karang Menurun 50 Persen
• Lingkungan

14 rumah di Desa Bontosunggu, 3 rumah di Desa Tamasaju, dan 2 rumah di Desa Galesong Baru. Tidak hanya itu, kuburan pesisir di Desa Mangindara hilang hilang seluruhnya, dan beberapa kuburan hilang di Desa Sampulungan.

Tidak hanya itu, banyak pemecah ombak di pesisir Galesong Raya yang semakin tenggelam. Abrasi yang terlihat cukup signifikan berada di Desa Sampulungan, dimana sekitar 10 Meter pesisir sepanjang 20 meter hilang.

• Ekonomi

Pada saat penambangan pasir laut, pendapatan nelayan berkurang sangat drastis sampai dengan 80 %, bahkan lebih sering tidak memperoleh penghasilan karena hilangnya ikan di daerah tangkapan.

• Sosial

Penambangan pasir laut membuat setidaknya 20 nelayan beralih profesi menjadi kuli bangunan atau penjual ikan.

Selain itu, ada sekitar 50 nelayan yang meninggalkan anak dan istrinya untuk mencari ikan di pulau lain, karena merasa wilayah tangkapnya sudah tidak mampu menghidupi keluarganya.

KLIK INI:  Pohon Mati Bisa Mengeluarkan Metana, Benarkah?