Mengapa Sampah APD Harus Terbuang ke Laut Selama Pandemi?

oleh -521 kali dilihat
Mengapa Sampah APD Harus Terbuang ke Laut Selama Pandemi?
Sampah masker perairan -Foto/Akurat.co

Klikhijau.com – Bagaimana membayangkan sampah Alat Pelindung Diri (APD) akhirnya terbuang ke sungai, lalu berkubang ke laut. Teluk Jakarta sudah jadi saksi bisu, jenis sampah ini merajalela selama pandemi.

Sebagaimana dibahas Klikhijau sebelumnya, ada perubahan pada komposisi sampah yang sebelumnya jenis sampah plastik, kini muncul pendatang baru yakni APD.

Selama pandemi, penggunaan APD seperti masker, hand sanitizer dan sarung tangan karet memang massif. Tetapi, penggunaan APD yang massif merupakan satu soal—dari soal yang lain yakni mengapa sampah APD itu harus terbuang sembarangan?

Faktanya, penanganan sampah selama pandemi tidak sepenuhnya jadi pusat perhatian. Meski, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pernah mengeluarkan surat edaran mengenai penanganan limbah medis dan sampah rumah tangga selama masa darurat.

KLIK INI:  Hari Bumi, Kapitalisme dan Tragedi di Negeri Makmur

Jauh hari sebelumnya, Klikhijau juga sudah mengangkat topik tentang pentingnya setiap kota memiliki drop box khusus APD di area publik. Ini penting agar APD tersebut tidak terbuang sembarangan. Tidak hanya di ruang publik, APD yang bersumber dari rumah tangga juga meningkat namun di banyak tempat masih dikelola sebagaimana sampah lainnya.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan studi terbarunya menemukan bahwa sampah APD mendominasi muara sungai Cilincing dan Marunda, Jakarta Utara. Ini fakta bahwa ada yang salah dengan penanganan sampah selama pandemi.

“Jadi, APD dulu tidak kami temukan, tapi sekarang masker baik plastik maupun kain, hazmat, face shield itu malah menjadi 16 persen dari sampah plastik yang kami temukan. Yang tadinya nol jadi 16 persen,” kata Intan Suci Nurhati (Peneliti LIPI), dikutip Klikhijau, 18 Juni 2020.

Fenomena di Eropa dan Amerika

Tak hanya di Indonesia, fenomena APD yang terbuang ke laut juga terjadi di Prancis.  Melansir dari IFL Science, sampah APD juga ditemukan di Prancis. Kelompok aktivis lingkungan Prancis menemukan sampah masker dan sarung tangan karet di perairan Mediterania.

KLIK INI:  Langkai, Pulau Mungil di Makassar dan Dinamika Kehidupan Nelayannya

“Ini berita yang sangat mengkhawatirkan. Kami menemukan sampah-sampah baru terkait pandemi, terutama sarung tangan lateks,” ungkap Operation Mer Popre dalam akun facebook mereka.

Kejadian serupa ternyata juga dijumpai di Amerika Serikat (AS). Di AS juga dilaporkan adanya selokan dan saluran air yang tersumbat akibat sampah masker dan sarung tangan yang diyakini terbuang melalui kloset.

Melansir dari National Geografic, Enviromental Protection Agency AS merilis pernyataan yang meminta masyarakat agar membuang APD secara benar.

Lembaga ini dengan tegas meminta agar masyarakat tidak memasukkan tisu desinfektan, sarung tangan, masker atau limbah medis ke lubang toilet. Warga AS juga diminta agar tidak membuangnya ke tempat daur ulang sampah karena adanya kontaminasi zat patogen yang berbahaya bagi kesehatan.

KLIK INI:  Plastik, Masalah Besar yang Menginvasi Laut Mediterania
Perlu upaya proteksi

Realitas ini, sekali lagi, menggambarkan bahwa pandemi akan menyisakan satu soal yang berpotensi terbengkalai yakni penanganan sampah khususnya APD. Pada saat semua pihak terfokus pada masalah pencegahan penularan dan penanganan kesehatan, akan ada masalah lain yakni beban sampah.

Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Indonesian Enviromental Scientists Association/IESA) sebelumnya sudah memprediksi akan adanya peningkatan limbah infeksius selama pandemi. Analisa ini berdasar pada pengalaman di China selama pandemi, dimana limbah medisnya naik tajam dari 4.902,8 menjadi 6.066 ton per hari.

Potensi ini tentu bisa pula terjadi di Indonesia. Khusus untuk penggunaan masker dan sarung tangan karet saja, setiap harinya sangat massif. Masker sekali pakai yang terbuang dan sarung tangan karet tentu dapat menjadi masalah serius karena jenis ini dapat dikategorikan limbah berbahaya.

Pada saat yang sama edukasi mengenai cara menangani masker sekali pakai misalnya sangatlah minim. Belum lagi, semua orang tampaknya lebih fokus pada kepentingan keamanan diri, ketimbang mengurusi sampah.

KLIK INI:  Menilik Permasalahan Lingkungan di Pulau Tikus yang Semakin Mencemaskan

Oleh sebab itu, para stakeholder semestinya dapat mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan masalah penanganan sampah selama pandemi.

Pertama, dengan sosialisasi  pada masyarakat luas mengenai cara penanganan sampah APD. Sosialisasi akan hal ini dapat dilakukan secara intens hingga ke lapisan masyarakat bawah agar semua kalangan menyadari pentingnya penanganan khusus pada APD.

Kedua, kebijakan membuat drop box di ruang publik sudah harus dilakukan. Apalagi di masa new normal ini, dimana ruang-ruang publik kembali kembali ramai. Drop box juga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi agar warga memberi perlakukan khusus pada sampah APD yang dihasilkannya.

Ketiga, diperlukan koordinasi lintas sektor agar tren sampah APD terbuang sembarangan khususnya ke selokan, sungai lalu ke lautan dapat dicegah. Sebab, bila ini meluas, dampak lingkungannya jauh lebih besar.

Di samping itu, kesadaran kolektif tentu diperlukan untuk saling mengingatkan agar tidak buang APD sembarangan.

KLIK INI:  Kisah Seekor Monyet yang Membuang Uang ke Lautan