Klikhijau.com – Shaifuddin Bahrum yang memberi pengantar buku Nyanyian Alam karya M. Anis Kaba mengutarakan, membaca puisi dari seorang penyair adalah membaca pengalaman pengembaraan sang penyair, baik secara horizontal dalam dunia yang terkotak- kotak oleh ruang dan terpenggal-penggal oleh waktu, maupun pengalaman pengembaraan secara vertikal pada ketarterbatasan ilahi.
Anis Kaba menurut Shaifuddin telah berupaya merambah kotak-kotak ruang dan waktu, dan memanjati jeruji-jeruji kuasa ilahi yang tanpa batas.
Lelaki kelahiran Limbung, Kabupaten Gowa, 12 April 1942 itu, telah melahirkan sejumlah puisi. satu di antaranya terkumpul dalam buku Nyanyian Alam.
Beberapa puisi dalam buku yang diterbitkan oleh Saji Sastra Indonesia tahun 2000 silam itu, memuat puisi yang berkisah tentang alam. Berikut 5 di antaranya:
Kebimbangan
angin pegunungan, menyapa
di ujung malam, aku bimbang
berpacu dengan gelisah
ke pulau mana berlabuh, bila malam tiba
malam yang dingin
kudekap dikau, hatiku jua menanti
dalam gerimis pada rindu yang selalu menagih
gelisah dan keraguan
pada satu pusaran
membenamkan keputusan di akhir malam
kesunyian berembus di sela ranting-ranting pohon
di tengah belukar perhitungan tiada akhir
belum berjumpa kesejukan desiran semilir
mengelus hati jadi berbunga-bunga.
Manado, 1985
Puisi Pohon Jati
mengintiplah cahaya senja
di balik ranting-ranting pohon tua
di lingkaran batang-batang jati
membilang usia bermusim-musim
dari hutan yang sepi, sendiri
gesekan daun-daunmu bernyanyi
nyanyian yang tiada henti mengukir masa, takkan pernah kembali
menjadi batang jati, sejati.
Kendari, 1987
Di Manakah Kemerdekaan
merdeka,
burung-burung di hutan
tapi kehilangan dahan
ditebang peladang kemarin petang
merdeka,
kijang-kijang di rimba
namun diburu orang dibawa pulang
merdeka,
ikan-ikan di lautan
dijaring nelayan seberang tadi malam
merdeka, merdeka,
di manakah kemerdekaan?
Makassar, 2000
Nyanyian Alam
semilir di kaki gunung,
mengalun runduk pucuk ilalang
teduh berkabut bening, ketika awal senja tiba
tiada lagi nestapa, tak kutahu bisikan apa
belaian angin di rambut jagung
beberapa helai bermain di dahi
pipi yang putih, seranum langsat
mengusik kabut, tiada lagi bercanda
kularut dalam hening, tiada terbaca
terlindung di balik punggung gunung
pada kesepian hutan-hutan jati,
di tanah gersang yang kering,
dan ilalang juga yang menghadang,
rimbunnya bunga-bunga di kebun hati
o, dengan kalam segalanya kutulis jadi nyanyian
dan bila kutinggal, semua jadi kelam.
Makassar, 2000
Menolog
– sebuah renungan
hijau daun, hijau lumut
teduh di dalam sujud
hijau tanahku, rimbun hutanku
luas lautku, beribu pulauku
hatiku jauh dari kemilau
sujudku terbenam di laut biru.
Makassar, 2000
Tentang M. Anis Kaba
Anis Kaba lahir di Limbung, Gowa. Ia pernah kuliah pada Fakultas Sospol, Jurusan Publisistik, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ia Meraih gelar sarjana muda pada Fakultas Sospol, jurusan limu Komunikasi di Universitas Sam Ratulangi, Manado, talhun 1978.
Ia pertama kali terjun dalam dunia seni tahun 1959 dan mendirikan Organisasi Seniman Muda (ORSENIM) cabangMakassar.
Sajak-aknya pernah dimuat pada beberapa media antara lain: Mingguan Express Minggu, Mingguan Pos Makassar, Mingguan Patria, Majalah Bawakaraeng, Harian Fajur, Harian Pedoman Rakyat, Jurnal Galeri Puisi Makassar) dan pada Harian Cenderawasih Pos (Jayapura). Karya-karyanya juga telah dibukukan dalam Antalogi Puisi Ombak Makassar.