Mencegah Karhutla Berarti Menyelamatkan Jutaan Nyawa

oleh -221 kali dilihat
Diperlukan Penegakan Hukum Lebih Ketat untuk Atasi Karhutla
Ilustrasi kebakaran hutan/foto-ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Saya sedang membayangkan api  menjilati hutan dan lahan. Di mana banyak makhluk hidup yang berusaha menyelamatkan nyawanya.

Ada yang merangkak, ada berlari kencang, ada yang terbang, dan ada yang diam saja tak bergerak. Namun, semua makhluk hidup yang sedang menghadapi ganasnya api berupaya keras menyelamatkan dirinya.

Makhluk-makhluk hidup itu adalah mereka selain manusia. Di tubuhnya juga terdapat nyawa yang tentu akan menderita lalu mati mendapat terjangan panas api.

Mereka adalah binatang dan tumbuhan. Kamu bisa bayangkan, berapa ratus cacing yang mati, semut dan berapa ribu serangga yang harus meregang nyawa karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

KLIK INI:  Studi: Krisis Iklim Harus Direspons seperti Pandemi Covid-19

Juga berapa banyak ekor burung, ular, dan binatang buas lainnya yang harus kehilangan nyawa karena karhutla.

Juga berapa ribu tumbuhan yang harus meranggas, kehilangan daya hidupnya karena diamuk si jago merah itu.

Maka mencegah karhutla terjadi, adalah upaya untuk menyelamatkan nyawa—tidak hanya menyelamatkan lingkungan.

Apa yang dilakukan Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) belum lama ini di Sumatera dan Jambi adalah upaya menyelamatkan nyawa makhluk hidup.

PKHL pada tanggal 2 Juni 2020 lalu, telah PKHL melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), sebagai upaya pencegahan karhutla.

Sebanyak 1,6 ton garam (NaCl) mulai di sebarkan di awan potensial yang terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin dan Musi Banyuasin

Upaya yang tentu patut diberi apresiasi dan dukungan agar berhasil. Upaya itu harusnya pula memberi inspirasi kepada kita semua untuk turut menjaga hutan dan lahan agar tidak terbakar.

Karena semakin banyak hutan dan lahan terbakar keseimbangan ekosistem akan goyah.

KLIK INI:  Tidak Mau Kecolongan, KLHK Perkuat Pengendalian Karhutla di Masa Pandemi

“Jika dilihat dari jumlah hotspot dan kejadian karhutla di Sumatera Selatan dan Jambi memang sedikit, namun sebagai upaya antisipasi musim kemarau yang akan tiba, kami memindahkan pesawat Cassa C 212 ke Palembang,” jelas Direktur PKHL, Basar Manullang.

Sebelum penaburan garam pada tanggal 2 Juni tersebut, telah dilakukan TMC, yakni panaburan garam sebanyak 12,8 ton dan berhasil menaikkan volume hujan sebanyak 44,1 juta m3.

Kenaikan volume hujan melalui TMC membuat gambut menjadi basah dan mengisi air di kanal-kanal, serta embung sehingga mengurangi potensi terjadinya karhutla.

Ratusan juta hewan mati

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) wilayah Sumatera, KLHK, Ferdian Krisnanto menyampaikan bahwa dalam melakukan pencegahan karhutla, koridornya tetap tergabung dalam Satgas karhutla Provinsi Sumatera Selatan.

Kemudian pada pelaksanaannya, operasi pencegahan juga dilakukan di darat yang dilaksanakan juga oleh pihak KLHK dengan personil Manggala Agni dan didukung pihak TNI, Polri, BPBD bersama instansi terkait lainnya.

“Potensi hujan masih ada, jadi kita lakukan TMC dengan melakukan penyemaian garam agar terjadi hujan dan lahan gambut tetap basah,” ujar Ferdian di Posko Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di lapangan Udara Sri Mulyono Herlambang.

Kembali ke masalah ancaman karhutla bagi makhluk hidup.  Dilansir dari nationalgeographic saat kebakaran hutan  mengamuk di Australia, para ilmuwan khawatir hewan-hewan khas wilayah tersebut akan terancam punah.

KLIK INI:  Australia, Padamkan Karhutla Tanpa Gunakan Air Lagi

Para peneliti dari University of Sydney memperkirakan, ada sekitar 480 juta hewan yang tewas terlalap api. Di antaranya 8.000 koala yang populasinya semakin menurun.

“Mungkin korbannya lebih banyak. Kami baru bisa mengetahuinya saat api benar-benar padam,” kata Sussan Ley, Menteri Lingkungan Australia kepada Australian Broadcasting Corporation.

Itu baru data satu negara saja yang mengalami karhutla, bagaimana dengan yang melanda hutan Amazon brasil, Indonesia dan negara lainnya.

Tentu setiap kejadian karhutla akan menghilangkan makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, yang sering dilaporkan mati hanyalah yang tampak besar, semisal koala, gajah, harimau dan sejenisnya.

Namun, bagaimana dengan serangga, semisal kupu-kupu, lebah dan makhluk penyerbuk lainnya. Belum lagi kita membincangkan, berapa ribu cacing tanah yang mati karena kepanasan dalam kepungan karhutla.

Karenanya, sekali untuk menyelamatkan makhluk hidup—penyangga ekosistem—selain manusia. Sangat perlu dilakukan pencegahan karhutla, salah satunya seperti yang dilakukan PKHL melalui TMC.

KLIK INI:  KLHK Bangun IPAL dan MCK di Pesantren Darul Hijrah Martapura Kalsel