Seharusnya Kampus Jadi Pelopor Mengurangi Penggunaan Kertas

oleh -700 kali dilihat
Seharusnya Kampus Jadi Pelopor Mengurangi Penggunaan Kertas
Ilustrasi makalah/foto- geotimes.co.id
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Teknologi terus berkembang dengan gilang gemilang. Hadir satu per satu menjadi solusi pelbagai masalah manusia yang kian kompleks.

Salah satu produk teknologi yang nyaris telah menjelma menjadi kebutuhan primer yang setara makanan pokok adalah internet, terutama dalam dunia akademik.

Berbagai aplikasi diciptakan, dikembangkan dan didayakan untuk menunjang tuntutan akademik. Penggunaan email dan sosial media untuk korespondensasi misalnya dan seterusnya.

Sayang, tak semua di antara para dosen memanfaatkan kemajuan ini, kalau tak mau disebut ketinggalan. Spesies dosen kudet (kurang up date) masih ada yang justru menjauhi teknologi, yang juga berarti menghindari kemudahan.

KLIK INI:  10 Tips Hemat Kertas di Tempat Kerja

Dalam banyak kasus misalnya, teknologi tak menjadi bagian solusi tetapi masalah tanpa menyadari cara mereka sendiri adalah masalah.

Kita masih akan dengan mudah menjumpai mahasiswa yang menenteng mesin ketik manual berkilo-kilo, bergerombol di sudut-sudut ruangan mengetik dengan kertas karbon laporan-laporan mereka yang bertumpuk-tumpuk.

Mengetik dengan mesin ketik bukanlah perkara mudah. Kesalahan tidak dapat dengan mudah dihapus dengan tombol-tombol tertentu sebab prinsip pengetikan manual adalah dapat diulang tetapi tidak dapat diperbaiki.

Kesalahan pengetikan barang satu dua huruf saja sudah cukup memaksa mahasiswa kembali mengulangnya dengan kertas baru. Sebab jika tidak, para asisten dosen yang sering kali tampak lebih mengerikan dari preman itu dengan seenak perut mencorat-coretnya. Tak jarang pula disobek-sobek tanpa ampun. Bukan sekali, tapi bisa dua tiga kali bahkan berkali-kali.

KLIK INI:  Tiffanie, Perempuan Bunga Kertas
Berakhir di mana tugas mahasiswa

Seumpama seorang mahasiswa menghabiskan 5 rim kertas per semester, maka akan habis 100 rim kertas untuk 20 mahasiswa satu kelas atau sekira ada 5.000 lembar kertas. Jika terdapat 3 kelas maka 300 rim atau 15.000 lembar per kelas.

Sekiranya harga per rim adalah Rp25.000 maka satu jurusan dapat mencapai pengeluaran Rp7.500.000. Fantastis! Sebuah nominal yang sudah cukup menafkahi hidup seorang mahasiswa selama satu semester.

Jumlah tersebut belum termasuk dengan makalah, draf proposal, laporan KKN, dan skripsi yang harus diprint beberapa rangkap. Ribuan pohon bahkan jutaan harus ditebang untuk memenuhi kebutuhan kertas tersebut.

KLIK INI:  Perahu Kertas Lepas

Dan ke manakah laporan, makalah, laporan KKN atau skripsi tersebut? Ditumpuk sampai berdebu atau berakhir di tempat sampah. Beruntung jika dosen masih sempat membaca seluruhnya. Atau sekadar formalitas dikumpulkan lalu dilopakkan karena hanya menyumpekkan ruangan saja.

Mengapa laporan-laporan, biasanya dari jurusan eksakta atau teknik seperti biologi dan teknik pertambangan, mesti diketik dengan mesin ketik manual dengan beratus-ratus lembar? Atau mengapa tugas-tugas mesti ditulis tangan? Jawabannya karena agar mahasiswa tak mengcopy paste.

Maka apakah dengan begitu, ada jaminan jika mahasiswa tak sekadar menyalin jawaban temannya yang lain? Alasan yang lain sebab dosen lebih senang dan lebih terbiasa dengan laporan terketik atau terprint. Jadi, alasannya soal perasaan lebih senang atau tidak, lebih terbiasa atau tidak.

Saat ini, di mana bumi kita semakin terancam, terutama karena hutan-hutan kita yang kian berkurang, besar harapan agar institusi pendidikan apalagi setingkat universitas dapat turut serta dan kalau perlu menjadi pelopor mengurangi penggunaan kertas.

KLIK INI:  Masuk Musim Pancaroba, Saatnya Mewaspadai Cuaca Ekstrem