Memelihara Harapan Pencegahan Stunting di Pundak Gammara’na

oleh -802 kali dilihat
Memelihara Harapan Pencegahan Stunting di Pundak Gammara'na
Ilustrasi/foto-id.theasianparent.
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Gammara’na, bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki arti khusus. Gammara’na jika dibahasa Indonesiakan, bisa memiliki arti, bagusnya.

Namun, bagi Dinkes Prov. Sulsel, Gammara’na memiliki kepanjangan Gerakan Masyarakat Mencegah dan Memberantas Stunting.

Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Di Asia Tenggara menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Fatimah Hidayati, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak. Pada tahun 2018, walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih ada 3 dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting.

KLIK INI:  Berduka Atas Kerusakan Lingkungan, Warga Upacara Bendera di Sungai Bila

Di Sulsel sendiri berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, angka stuntng di Sulsel pada 2018 berada di angka 35,6 persen. Sedangkan, pada 2019, berdasarkan data dari Kementeian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, angka Sulsel menjadi 30,5 persen.

Pada peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) dan Rakorda TP PKK Prov. Sulsel Tahun 2019. Ketua PKK Sulsel, Liestiaty F Nurdin mengungkapkan, PKK Sulsel telah siap dengan program-program untuk pengurangan angka stunting di Sulsel.

Program itu yakni, bantuan keuangan sebesar 100 juta rupiah untuk masing-masing Kabupaten/Kota, program pembinaan usia nikah dan edukasi gizi ibu hamil, pemberian susu berkualitas untuk para ibu hamil yang memeriksakan diri ke puskesmas dan tambahan makanan yang bergizi untuk anak-anak PAUD di sulsel.

Untuk Gammara’na yang diprakarsai oleh Dinkes Prov Sulsel akan fokus menurunkan angka stunting di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Bone dengan menurunkan 70 pendamping gizi.

Turunkan 70 pendamping

Berdasarkan Riskesdas 2018 seperti yang dimuat di Antara, angka stunting di Kabupaten Enrekang mencapai 42,7 persen.

KLIK INI:  Kasus Penyelundupan 7000 Ekor Belangkas Ditangani Tim Terpadu

Sementara di Kabupaten Bone menurut Bupati Bone, Dr A Fahsar M Padjalangi bahwa berdasarkan data statistik pada tahun 2018 lalu, Bone memiliki 40, 36 persen angka stunting seperti yang dimuat media lokal Bone 2019 lalu.

Gammara’na, menurut Plt Kepala Dinkes Sulsel, dr. Ihsan adalah program kolaborasi dan inovasi dalam mengubah perilaku sehingga mampu menurunkan angka stunting di Sulsel.

“Ini inovasi yang bagus sekali untuk mengubah perilaku masyarakat mencegah stunting,” kata dr. Ihsan, Jum’at, 31 Januari 2020.

Sementara itu, Kabid Kesmas Dinkes Sulsel, Husni Thamrin mengatakan program tersebut akan menurunkan 70 pendamping yang ditempatkan setiap desa di Kabupaten Enrekang dan Bone. Pendamping gizi diberi nama dengan Pappadeceng Gizi yang bertugas selama setahun.

“70 tenaga pendamping akan ditempatkan di desa lokus, di Kabupaten Bone 40 pendamping dan Enrekang 30 pendamping selama satu tahun, dan pendamping gizi diberi nama pappadeceng Gizi berarti orang yang datang memperbaiki gizi,” jelasnya.

Ia mengatakan Pemprov Sulsel akan terus bekerja dalam mencegah dan memberantas stunting.

KLIK INI:  Begini Respon Para Cawapres Perihal Stunting dan Masalah Kematian Ibu Hamil

“Ini adalah komitmen pemerintah dalam mencegah stunting dan berharap pendamping mampu bersetuhan langsung di desa,” tutupnya.

Ciri-Ciri anak alami stunting

Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2 tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama. Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus. Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Tetapi perlu diingat, tidak semua anak yang pendek itu disebut stunting, yah.

Selain mengalami gangguan pertumbuhan, stunting pada anak juga memengaruhi perkembangannya. Anak dengan stunting akan mengalami penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar. Akibatnya, prestasi anak di sekolah akan buruk. Dampak lebih jauh dari stunting adalah pada masa depan anak, di mana ia akan sulit mendapatkan pekerjaan ketika dewasa.

Anak dengan stunting juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit. Stunting juga memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Setelah dewasa, anak akan rentan mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas.

Kehadiran Gammara’na, memelihara harapan kita agar stunting di Sulsel bisa dicegah.

KLIK INI:  Mengenal Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui dan Tidak Dapat Diperbaharui