Membatasi Pasar Basah Berpotensi Tingkatkan Perdagangan Ilegal Hewan

oleh -328 kali dilihat
Membatasi Pasar Basah Berpotensi Tingkatkan Perdagangan Ilegal Hewan
Trenggiling masih marak diperdagangkan secara ilegal/foto-KLHK
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Perdagangan ilegal hewan dikhawatirkan akan meningkat jika pasar hewan dibatasi. Isu pembatasan pasar hewan berawal dari penyebaran Covid-19 terjadi di pasar basah Wuhan, China.

Penyebaran Covid-19 yang diduga dari kelelawar itu menggelinding cukup kencang meski belakangan banyak yang membantahnya.

Namun, karena telah tersiar sehingg beredar pula isu pasar hewan atau pasar basah Wuhan yang menjual hewan liar akan tutup.

Menutup pasar hewan Wuhan bukan hal mudah, banyak orang menggantungkan hidupnya di pasar tersebut. Maka yang paling mungkin dilakukan pemerintah adalah membatasi penjualan.

KLIK INI:  Sudah Adakah Drop Box untuk Masker dan APD di Area Publik?

Solusi itu dianggap paling tepat, meski juga menimbulkan keresahan. Banyak yang menganggap pembatasan pasar hewan berpotensi meningkatkan perdagangan ilegal hewan di China

Jika pasar hewan benar-benar dibatasi, para pegiat binatang China khawatir perdagangan hewan liar akan susah dipantau.

Mereka lebih berharap, warga China akan menentang dengan keras kebiasaan makan daging binatang liar bisa berhenti dengan adanya pandemi Covid-19.

Apalagi ada bukti mencemaskan, ketika wabah corona merebak, 41 orang pertama yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia, yang telah diidentifikasi memiliki infeksi Covid-19 berasal dari Pasar Makanan Laut Huanan. Dan dua pertiga pasien yang masuk ke rumah sakit di Wuhan. Rata-rata dari mereka pernah berhubungan dengan tersebut.

Pasar Makanan Laut Huanan

Pasar Makanan Laut Huanan merupakan pasar hewan dan makanan laut hidup di Distrik Jianghan, Wuhan, Hubei, Tiongkok. Pasar Huanan mendapat perhatian media setelah diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019 tentang pandemi koronavirus di Wuhan.

Di Pasar Huanan setidaknya ada satu orang pedagang yang menjual berbagai binatang liar termasuk serangga, burung merak, dan landak.

Salah seorang pegiat binatang bernama Xu Yuexin sudah lama menjadi aktivis yang menentang penjualan bintang liar di Guangdong, salah satu provinsi yang paling padat penduduknya di China.

“Saat ini, para penjual binatang liar sangat berhat-hati. Mereka hanya mau menjual dengan orang yang mereka kenal. Mereka tidak mau menjual kepada orang asing,” katanya.

Usaha Xu terbilang cukup berisiko. Ia bertaruh nyawa, berada dalam pintu teror yang mengancam hidupnya. Namun, ia tidak berhenti, terus bergerak untuk “melawan”.

“Ada beberapa pedagang burung dan belasan keluarga mereka datang ke rumah dan memecahkan jendela kaca. Banyak yang mengancam saya,” ungkapnya seperi dikutip dari ABC.

Sejak wabah SARS meneror tahun 2003 lalu, sejak saat itulah Xu memulai perjuangannya menghentikan penjualan hewan liar. Ia rela menghabiskan waktunya untuk mencari dan melaporkan para penjual binatang terancam punah yang berjualan di pasar basah atau restoran di Guandong.

KLIK INI:  Di Masa Pandemi Covid-19, TN Taka Bonerate Gagalkan Rencana "destructive fishing"

Sebagaimana diketahui jika SARS berasal dari hewan liar, yakni berasal dari musang pohon. Musang pohon yang suka memanjat pohon kelapa ditemukan dijual di pasar Guangdong saat itu.

Dan SARS memiliki gejala yang sama dengan Covid-19, yang juga bagian dari virus corona. Dari gejala inilah sehingga banyak yang beranggapan jika virus corona berasal dari hewan liar. Dan pasar basah Wuhan jadi “tersangka” utama penyebaran awal.

Bagian dari budaya

Ketika wabah virus corona merebak, pemerintah China telah mengeluarkan sejumlah larangan, seperti larangan menangkap, menjual, dan menyantap binatang liar. Larangan ini membuat para pegiat  merasa senang sekaligus khawatir.

Mereka khawatir karena pelarangan itu juga bisa berdampak pada perdagangan hewan liar secara gelap atau ilegal. Apalagai jika hukum tidak cukup kuat, ada kemungkinan mereka yang masih suka menyantap binatang liar atau menjualnya, meski risikonya akan menghadapi kemarahan publik.

Masih banyak binatang liar, yang meski telah dilarang masih tetap diperdagangkan, seperti tenggiling yang sudah hampir punah sekarang sudah masuk dalam daftar binatang terlarang untuk dimakan di China, namun kulitnya masih banyak dicari, karena dianggap berkhasiat tinggi dalam pengobatan China.

Selain itu, hukum yang ada sekarang masih memperbolehkan penggunaan binatang liar untuk “penelitian ilmiah, obat-obatan, dan pajangan”, namun sepertinya hal itu hanyalah berupa kedok saja, sebab banyak yang melihat binatang itu diperdagangkan untuk dimakan.

Salah seorang dari kelompok penyayang bintang ACTAsia, Isobel Zhang mengatakan ada beberapa alasan mengapa orang memilihi menyantap binatang liar.

“Saya kira mereka yang menyantap binatang liar merasa menemukan sesuatu. Ini bagian dari budaya,” kata Zhang seperti dilansir dari ABC.

Namun ia juga beranggapan setelah adanya wabah permintaan bintang liar akan menurun tajam karena warga menyadari bahwa virus itu bisa masuk ke manusia lewat kontak yang dekat dengan binatang.

Mengenai hukum perdagangan binatang liar. Pada sidang Sidang Parlemen Tahunan China yang akan diselenggarakan di bulan Mei ini, besar kemungkinan hukum tersebut akan disahkan.

KLIK INI:  Gakkum KLHK Gagalkan Perdagangan Ilegal Gading Gajah dan Opsetan Harimau