Krisis Iklim Berpotensi Tingkatkan Lebih Banyak Kanker Kulit

oleh -103 kali dilihat
Mitigasi Iklim demi Generasi Mendatang tetap Bertahan Hidup
Ilustrasi - Foto/cocoparisienne - Pixabay

Klikhijau.com – The Skin Cancer Foundation (SCF) mengklaim jika kanker kulit merupakan jenis kanker yang paling umum di dunia.

Kanker kulit telah dikaitkan dengan paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari, paparan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko semua jenis kanker kulit bagi manusia.

Saat ini, dengan adanya krisis iklim, maka risiko terkena kanker kulit akan semakin besar. Karena, krisis iklim akan menyebabkan suhu yang lebih tinggi di musim panas.

Para ahli meyakini peristiwa itu akan menyebabkan peningkatan kanker kulit, termasuk melanoma, jenis kanker kulit yang paling serius.

The Guardian melaporkan, jika peningkatan suhu kemungkinan akan sering terjadi. Semisal gelombang panas Inggris, yang telah menjadi salah satu contoh pemanasan global. Parahnya  para ilmuwan iklim mengatakan itu bukan kejadian satu kali saja, tapi akan terus terulang.

Peningkatan suhu karena krisis iklim membuat para dokter sekarang khawatir. Apalagi jika banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan di bawah sinar matahari. Karena paparan sinar UV dan risiko kanker kulit akan mengalami meningkat.

Menurut Profesor Dann Mitchell kata pakar ilmu iklim di University of Bristol bahwa salah satu sinyal paling jelas dari perubahan iklim adalah suhu yang lebih panas, tidak hanya di musim panas, tetapi sepanjang tahun.

“Pergeseran suhu ini juga mengubah pola perilaku, dan orang-orang di Inggris cenderung lebih sering keluar rumah saat suhu hangat. Hal ini menyebabkan lebih banyak paparan sinar matahari sepanjang tahun, dan yang terpenting lebih banyak paparan bagian UV dari sinar matahari itu, yang merupakan faktor risiko yang diketahui untuk kanker kulit,” ungkap Mitchell sebagaimana dilansir dari Ecowatch.

Sementara itu, pemimpin kelompok penelitian melanoma di University of Leeds, Julia Newton-Bishop menyatakan keprihatinan bahwa, melanoma pada dasarnya disebabkan oleh sengatan matahari. Panas yang ekstrem akan menyebabkan lebih banyak kulit terbakar dan peningkatan kasus melanoma.

 Tentang melanoma

Melanoma pada dasarnya disebabkan oleh sengatan matahari. Sebuah penelitian di Inggris menemukan. Paparan UV juga dikaitkan dengan sekitar 90 persen jenis kanker kulit nonmelanoma. Sedangkan menurut SCF, paparan sinar matahari dikaitkan dengan sekitar 86 persen kasus melanoma.

Menurut data dari World Cancer Research Fund International Pada tahun 2020, kasus melanoma terbanyak di dunia ditemukan di Australia.

Sedangkan di Inggris, sejak awal 1990-an, kejadian kanker kulit di Inggris telah meningkat 140 persen.

Laporan lain dari The Guradian mengungkapkan kematian akibat kanker kulit di Inggris telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1970-an yang didominasi oleh pria. Meski begitu ada juga peningkatan yang dilaporkan di kalangan wanita.

Sedangkan Michelle Mitchell, Chief Executive Cancer Research UK mengatakan, sengatan matahari satu kali setiap dua tahun. Dapat mengakibatkan risiko kanker kulit tiga kali lipat.

Profesor Mitchell juga mengatakan bahwa krisis iklim menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang yang tidak cukup dibicarakan.

“Ini karena kita tidak bisa mengatakan gelombang panas tertentu menyebabkan kanker tertentu. Sebaliknya, kami menghubungkan peningkatan risiko kanker dengan integrasi banyak hari yang lebih hangat. Dengan hari-hari yang lebih hangat ini lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia,” kata Mitchell, seperti yang dilaporkan The Guardian.

Sedangkan Sarah Danson, Profesor Onkologi Medis di Universitas Sheffield mengatakan langkah-langkah dasar untuk mengurangi paparan sinar matahari termasuk mengenakan topi dan kemeja.

Selain itu, juga menghindari sinar matahari sepenuhnya dari jam 11 pagi sampai jam 3 sore. Juga memakai tabir surya dan duduk di tempat teduh.

Danson juga mengatakan bahwa saran dokter harus dicari segera apabila ada tahi lalat baru atau tahi lalat yang berubah, karena bisa jadi itu diagnosis dini sebagai kanker kulit.

KLIK INI:  Demi Bumi yang Bebas Polusi, Produksi Plastik Harus Dihentikan