Konservasi Tetap Beradaptasi di Masa Pandemi Covid-19

oleh -257 kali dilihat
Konservasi Tetap Beradaptasi di Masa Pandemi Covid-19
Foto kegiatan ekspos hasil-hasil kegiatan BBKSDA Sulsel 2020 - Foto/Ist

Klikhijau.com – Pandemi Covid-19 telah berdampak nyata pada segala dimensi kehidupan, termasuk di bidang konservasi. Meski begitu, aktivitas penguatan konservasi di Sulawesi Selatan tetap berjalan dengan tetap berakselerasi dengan era kenormalan baru.

Hal ini menjadi topik utama pada kegiatan ekspos hasil-hasil kegiatan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan tahun 2020, yang digelar di Makassar, 14 Januari 2020.

Kegiatan ini mengambil tema “Bersinergi membangun komitmen dan inovasi konservasi menuju ekonomi kreatif yang berdaya saing di era pandemi”.

Tema ini relevan dengan masa pandemi covid-19 di tahun 2020 berdampak sangat nyata terhadap semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam penyelenggaraan kegiatan konservasi yang meliputi antara lain pengelolaan wisata alam dan pengendalian peredaran satwa liar yang merupakan peran dan fungsi BBKSDA Sulsel.

Kinerja sektor LH dan Kehutanan khususnya bidang konservasi tetap beradaptasi di era pandemi global ini dengan melakukan inovasi dan cara cara baru sehingga tetap mendukung capaian target kinerja ekonomi nasional regional dan lokal.

KLIK INI:  Indonesia Bahas Lingkungan Hidup dan Energi pada Pertemuan G20 di Jepang

BBKSDA Sulsel memangku 2 wilayah provinsi (Sulsel dan Sulbar), 3 Kota dan 32 Kabupaten dengan luas kawasan konservasi mencapai hampir 400 ribu hektar dan kawasan ekosistem esensial yang berada di luar kawasan hutan terus berupaya beradaptasi di era kenormalan baru.

Salah satu kebijakan yang diambil di era pandemi adalah reaktivasi obyek wisata alam yang dikelola oleh Ditjen KSDAE bersama mitra untuk tetap mendukung berjalannya ekonomi kreatif sektor wisata di Indonesia.

Kolaborasi multipihak

Untuk Sulawesi Selatan, BBKSDA Sulsel bersama Pemda Kabupaten Soppeng dan Perusda Soppeng melaksanakan instruksi membuka obyek wisata alam Lejja yang merupakan “water spring healing resort” dengan pembatasan jumlah pengunjung (kuota sebanyak hanya 350 orang pengunjung) dan tetap menerapkan protokol pencegahan penularan covid 19 yaitu dengan memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan atau 3M.

Tugas lain yang dilakukan BBKSDA Sulsel adalah pengendalian dan peredaran tumbuhan satwa liar (TSL) antara lain dengan melakukan patroli rutin ditingkat tapak, diperkotaan dan dipelabuhan serta bandara serta titik kumpul publik lainnya.

KLIK INI:  Menteri LHK Akui akan Lebih Cerewet di Periode Keduanya

Secara bersamaan BBKSDA Sulsel juga melakukan street campaign (secara virtual) untuk peningkatan penyadartahuan tentang pentingnya pelestarian dan konservasi TSL. Terdapat 146 laporan yang masuk ke Call Center BBKSDA Sulsel atau rata-rata 10 laporan per bulan selama tahun 2020.

Di tahun 2020, BBKSDA juga melakukan penyerahan satwa sebanyak 25 kali dan pelepasliaran satwa kembali ke habitatnya sebanyak 8 kali dengan jumlah 294 individu meliputi jenis burung, mammalia dan reptil serta biota air. Proses pelepasliaran satwa liar endemik ini dilakukan dengan tetap menerapkan protokol covid-19.

Selama tahun 2020, BBKSDA Sulsel bersama dengan mitra-mitra konservasi telah memfasilitasi 10 desa calon pelaksanaan kemitraan konservasi di blok tradisional untuk peningkatan ekonomi produktif masyarakat di masa pandemi.

Penjajakan kerjasama dengan para mitra juga dilakukan untuk pengembangan sarana prasarana wisata alam dengan Pemda Luwu Timur, Pemda Takalar dan Pemda Soppeng.

KLIK INI:  Sambut Hari KEHATI 2020, BBKSDA Sulsel Lepasliarkan Satwa ke Alam

Termasuk kerjasama dengan mitra penangkar koral dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dan dengan ekspedisi pengiriman (JNE) di 200 titik di Sulselbar untuk pencegahan perdagangan illegal tumbuhan dan satwa liar.

Kerjasama dan koordinasi pengendalian dan peredaran TSL juga dilakukan bersama dengan instansi terkait antara lain Balai Besar Karantina, POLDA Sulsel, TNI, Balai Gakkum, Balai Litbang LHK, Otoritas Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Otoritas Pelabuhan Laut Soekarno Hatta Makassar, Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspedisi, Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan, dan mitra pemilik ijin edar TSL.

Catatan menarik

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan konservasi adalah masih terjadinya perdagangan illegal TSL, konflik kawasan konservasi, konflik antara satwa dan manusia serta belum mantapnya prakondisi untuk kemitraan konservasi yang meliputi pemberdayaan masyarakat, pemulihan ekosistem dan wisata alam terbatas yang merupakan skema baru dalam kelola kawasan konservasi.

Masalah lain adalah pengelolaan database konservasi TSL dan pengelolaan wisata yang belum mantap dan terintegrasi. Sedang tantangan yang dihadapi saat ini dan ke depan adalah belum terintegrasinya komunikasi dan koordinasi lintas sektor serta sinergi program dan urun daya (keahlian, fasilitas, teknologi, pendanaan) yang belum mantap.

Tantangan dan permasalahan khususnya di masa pandemi adalah kepatuhan dalam penerapan protokol pencegahan penularan covid yang harus didukung dengan adanya tingkat kesadaran publik dan pemangku kepentingan serta penguasaan teknologi informasi.

Kepala BBKSDA Sulsel, Ir. Thomas Nifinlury, M.Sc., mengatakan, selama pandemi, tren wisata alam tetap mengalami peningkatan signifikan.

“Penerimaan devisa negara justru meningkat di era pandemi. Ini menunjukkan bahwa ada potensi besar di bidang konservasi kaitannya dengan ekonomi kreatif di bidang konservasi,” pungkasnya.

KLIK INI:  Ketika Siti Nurbaya Bertemu Menteri Cilik KLHK