Komodo dan 8 Pelajaran Filosofis dari Siklus Hidupnya

oleh -5,030 kali dilihat
Komodo dan 10 Hewan Langka Indonesia yang Terancam Tiada
Komodo
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Biawak komodo merupakan jenis kadal terbesar di dunia dan hanya terdapat di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Bobotnya memang mencengankan yakni mencapai lebih dari 80 kilogram. Perawakannya yang raksasa itulah membuatnya jadi perhatian dunia saat ini.

Keberadaan biawak komodo ditemukan pertama kali tahun 1910 oleh J.K.H. Van Steyn. Selanjutnya diperkuat oleh P.A Ouwens tahun 1920, seorang kurator dari Museum Zoologi Bogor yang kemudian menyematkan nama ilmiah pada komodo yakni Varanus komodoensis.

Nama ilmiah tersebut mengacu pada nama tempat ditemukannya satwa terbesar yaitu Pulau Komodo. Masyarakat setempat biasa menyebut komodo dengan ora. Di kawasan lain, disebut mbou/mbau, rugu atau buaya darat. Dalam bahasa Inggris satwa ini dikenal dengan sebutan komondo monitor atau komodo dragon.

Begitulah, sejarah singkat Komodo di Indonesia yang dikagumi wisatawan asing. Di balik keberadaannya, komodo memiliki siklus hidup yang menarik dan jarang diketahui.

KLIK INI:  Komodo dan 10 Hewan Langka Indonesia yang Terancam Tiada

Siklus hidup komodo terdiri dari fase telur, tetesan, anakan hingga dewasa. Dalam tiap fasenya, komodo memiliki karakter yang berbeda-beda, termasuk morfologi, tingkah laku hingga jenis makanannya.

Populasinya yang terkendali oleh mekanisme alami

Komodo betina meletakkan telurnya dalam sarang pada bulan Agustus atau September dan menetas sekitar bulan Februari hingga April. Dalam sekali bertelur, seekor komodo betina dapat menghasilkan 24 butir telur atau maksimal 38 butir.

Faktanya, hanya sekitar 15 persen saja dari jumlah telurnya yang akan bertahan hidup hingga dewasa. Rendahnya harapan hidup menjadi mekanisme alamiah yang dapat mengontrol jumlah populasi komodo dalam ekosistem.

Saat baru menetas langsung memanjat pohon

Saat baru menetas, komodo berwarna relatif cerah dengan kombinasi hitam bercampur aksen kuning dan jingga. Panjang tubuh tetesan komodo sekitar 40 cm dengan berat rata-rata 100 gram.

Segera setelah menetas, tetesan akan memanjat pohon terdekat yang ada di sekitar sarangnya untuk menghindari pemangsa, termasuk komodo lain yang lebih besar.

Merayap ke tanah setelah bobot tubuhnya memadai

Sampai usia setahun, tetesan komodo hidup di pohon dengan memakan serangga, kadal kecil dan telur burung. Setelahnya, mereka akan mulai turun untuk menjelajah permukaan tanah dan mulai mencari makanan yang lebih besar seperti telur ayam, telur burung gosong, ular dan mamalia kecil.

Terkadang masih memanjat pohon demi menghindari pemangsa. Saat bobotnya sudah mencapai 20 kg, mereka mulai hidup di tanah sepenuhnya dan menggunakan strategi “menunggu dan menyergap” dalam mencari mangsanya.

Komodo dan sikapnya yang penyendiri

Komodo merupakan hewan soliter (penyendiri), jarang sekali mereka ditemukan hidup berkelompok.

Komodo dewasa yang berat badannya setidaknya 20 kg dan kondisi siap kawin biasanya tinggal di daerah lembah tanpa berinteraksi satu sama lain, kecuali saat memburu mangsa serta saat masuk musim kawin.

KLIK INI:  Dilematis, Menutup Taman Nasional Komodo Berarti Memutus Rantai Ekonomi
Tubuh yang besar adalah penentu bagi komodo

Komodo adalah predator puncak dalam rantai makanan, sehingga ukuran tubuh yang besar akan menjadi hal yang penting.

Mereka adalah satwa pemakan daging yang bisa memakan mangsa dengan berbagai ukuran, mulai dari serangga, telur, reptil, burung, babi hutan, rusa, kuda hingga kerbau. Bahkan terkadang memangsa sesama komodo.

Strategi memangsa dan racunnya yang mematikan

Komodo dewasa berburu dengan strategi menunggu di balik semak dan menyergap saat mangsa lewat.

Meski seringkali gagal, mangsa yang berhasil tergigit komodo dalam hitungan hari akan mati akibat luka dan infeksi dari bakteri yang terkandung di air liur komodo.

Buruan besar seperti kerbau biasanya dimakan oleh beberapa ekor komodo hingga habis tak tersisa.

Musim kawinnya yang teratur

Musim kawin komodo berlangsung pada bulan Juni-Agustus. Selama musim kawin ini, komodo jantan dewasa dapat menjelajah hingga tiga kali lebih jauh dari jarak biasanya demi mencari betina.

Setelah lewat musim kawin, komodo betina akan menggali sarang untuk bertelur yang umumnya dilakukan pada bulan Agustus.

Fase membuat sarang adalah pertaruhan bagi komodo betina

Saat menyiapkan sarang adalah fase paling unik dimana terjadi kompetisi antar komodo betina. Hal ini menyebabkan tidak setiap tahun komodo betina dapat bersarang.

Komodo betina yang berhasil membuat sarang akan selalu terlindung dari pemangsa. Bertelur serta menyiapkan dan menjaga sarang bukanlah tugas yang mudah.

Selama melakukan tugas ini, komodo betina seringkali kesulitan untuk pergi berburu sehingga mengakibatkan ia menjadi sangat kurus setelah aktivitas reproduksinya.

KLIK INI:  Air Mata Buaya Nyata Adanya, Bukan Hanya Kiasan, Ini Penjelasannya