Kisah Pertama Menegur Pengguna Jalan yang Buang Sampah di Jalan Raya

oleh -403 kali dilihat
Keren, Mulai Januari 2023 Sampah Anorganik Warga Jogja Dilarang Dibuan
Ilustrasi membuang sampah saat berkendara-foto/Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Motor melaju pelan. Di depan ada mobil berwarna hitam.  Ada tulisan kece di kaca bagian belakang, Mabolong.

Narasi-narasi yang menghiasi mobil, acap jadi hiburan tersendiri bagi pengguna jalan atau pengendara lain. Demikian pula dengan tulisan di depan saya pada Selasa sore, 26 Juli 2022 saat menuju Kecamatan Mallawa, Maros dari arah Makassar.

Saat pikiran sedang ruwet dan kantuk memijit-mijit mata, tak terlalu jauh dari Kantor Kecamatan Mallawa, selepas “Cijantung” pada kelokan jalan. Saya mengekor di belakang mobil itu. Membaca tulisan Mabolong berulang kali. Mengagumi jenis font yang digunakannya.

Kekaguman saya terinterupsi, sebab salah satu penumpangnya tetiba saja membuang sampah.  Sampah yang dibuangnya memang berukuran kecil, hanya pembungkus permen.

KLIK INI:  Krisis Iklim Berpotensi Tingkatkan Lebih Banyak Kanker Kulit

Sampah itu melayang-layang tertiup angin, entah mendarat di mana. Saya yang berada di belakang mobil itu menggerutu.

Fenomena membuang sampah di jalan oleh pengendara penggunan, meski bukan hal baru, namun tetap saja menimbulkan rasa geram di hati.

Perilaku seperti itu jadi salah satu pemicu Indonesia berada di zona darurat sampah. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021 lalu, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 21,88 juta ton.

Setiap hari Indonesia menghasilkan sekitar  11.330 ton sampah organik maupun anorganik. Dengan fakta sampah yang dihasilkan sebanyak itu, Indonesia tak baik-baik saja dalam hal persampahan.

Bisa dibayangkan, data KLHK juga mengungkapkan orang Indonesia rata-rata menghasilkan sampah sekira 0,7 hingga 1,2 kilogram perhari. Komposisi 60 hingga 70 persen sampah organik dan 30 hingga 40 persen sampah anorganik.

KLIK INI:  WALHI Sulsel Gelar Aksi Unik di Wilayah Bekas Penambangan Pasir Laut

Sampah sebanyak itu pun tak terkelola dengan baik. Hasilnya banyak sampah yang terbuang percuma mencemari lingkungan, mengancam kesehatan manusia dan nyawa satwa serta mengusik pertumbuhan tanaman.

Sampah yang terbuang ke lingkungan itu, dilakukan oleh masyarakat sendiri. Salah satu pelakunya adalah pengguna jalan.

Karena 10 alasan

Kenapa bisa pengguna jalan (pengendara, penumpang, dan pejalan kaki) sangat mudah membuang sampah di jalan. Seolah jalan adalah tempat sampah.

Perilaku membuang sampah sembarangan, termasuk di jalan raya menurut laman Sdgsyouthhub karena  10 alasan, yakni:

  • Menganggap sampah bukanlah barang yang bernilai sehingga tak memerlukan perhatian khusus
  • Merasa bahwa sampah bukan tanggungjawab pribadi
  • Tak peduli terhadap perilaku sendiri
  • Yakin bahwa tak ada konsekuensi membuang sampah sembarangan
  • Pola pikir dan kebiasaan membuang sampah sembarangan yang sudah mendarah daging
  • Hukuman atau denda yang tak efektif
  • Meniru apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang
  • Rasa malas untuk membuang sampah pada tempatnya
  • Kurangnya tempat sampah
  • Masih kurangnya pemahaman terkait akibat sampah yang tak dikelola.
KLIK INI:  Jarak Sosial, Cara Jitu Pohon Tropis Menjaga Keanekaragaman Hayati

Sementara itu, dilansir dari Kompas, perilaku membuang sampah sembarangan menurut Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono,  faktor utama orang membuang sampah sembarangan karena tak adanya rasa tanggung jawab dari masyarakat terhadap lingkungan sekitar, misalnya jalanan dan tempat-tempat lainnya.

Padahal ada jenis sampah yang sayang jika dibuang percuma, sebab ada yang memiliki nilai ekonomi yang bisa mengepulkan asap dapur.

“Berikutnya, ketika orang-orang itu membuang sampah misalnya di jalan raya atau tempat-tempat umum lainnya, itu pikiran dia tempat-tempat tadi bukan milik mereka, melainkan milik pemerintah,” kata Drajat seperti dikutip dari  Kompas.com.

Lalu apa yang mesti dilakukan untuk menghentikan perilaku kurang terpuji itu. Menurut Drajat, harus  kembali ke pribadi masing-masing. Harus tumbuh kesadaran dan harus ada sanksi yang berat dari pemerintah.

 Merugikan orang lain

Membuang sampah sembarangan, sesungguhnya adalah ciri orang egois. Sebab ia hanya memedulikan dirinya sendiri. Karena membuang sampah sembarangan akan merugikan pula orang lain, dan juga lingkungan.

Sayangnya banyak yang seenaknya saja melakukan dan memelihara keegoisan itu. Seperti pengguna jalan yang saya temui beberapa hari itu.

KLIK INI:  Restorasi Terumbu Karang untuk Perairan Makassar yang Lebih Baik

Iya, pengguna jalan itu, tak hanya sekali membuang sampah saja. Sebab tak lama setelah salah seorang membuang sampah pertamanya, sampah keduanya pun menyusul, ukurannya lebih besar.  Itu adalah pembungkus biskuit atau sejenisnya. Jatuh di atas aspal, lalu bergerak di tiup angin.

Rasa geram dalam hati masih ke-rem, namun saat sampah ketiga berupa bungkus permen kembali dibuang, saya memepet mobil itu, lalu menegurnya.

“Bu, jalanan bukan tempat sampah,”

Teguran pertama saya tak ada yang respons, mungkin suara saya tertelan deru kendaraan.

Teguran kedua, mendapat respons, tapi bukan penumpang yang di belakang yang membuang sampah. Tapi, penumpang yang duduk di jok depan, di samping sopir.

Ia tampak terusik, mencoba meninggikan suaranya dengan wajah yang terlihat geram

“Kenapa?”

“Jalanan ini bukan tempat sampah, Pak,” jawab saya.

“Siapa yang buang sampah?” balasnya.

“Itu penumpang di belakangta.”

Ia tak lagi menyahut, saya pun memelankan motor.  Kembali mengekor di belakangnya. Kembali mengagumi fonts yang digunakan pada tulisan Mabolong sambil meredam rasa geram di hati.

KLIK INI:  Kenali Tanaman Hias Yang Berkhasiat Obat, Sudah Tanam?