Kayu Eboni, Endemik Sulawesi dan 5 Fakta Menarik Tentangnya

oleh -3,186 kali dilihat
Bukan Hanya Kayu Kuku, Kayu Unggulan Sulawesi Ini Juga Terancam Punah
Kayu eboni/Foto-ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.), jenis kayu satu ini termasuk endemik Sulawesi yang bernilai ekonomi tinggi. Sayangnya, sejumlah penelitian mengungkap, sebaran kayu eboni terus mengalami penurunan akibat eksploitasi berlebihan.

Eboni diperdagangkan sejak abad ke-18, namun eksploitasi kayu otentik ini tidak linear dengan pelestariannya. Demi menekan laju eksploitasinya, pemerintah telah mengeluarkan SK Menteri Kehutanan No. 31/KPTS-IV/86 mengenai penertiban kayu eboni (pelarangan penebangan baru).

Bahkan sejak tahun 1998, IUCN Red List of Threatened Species menggolongkan eboni dalam kategori vulnerable (A1cd) (IUCN, 2010) dan mulai tanggal 12 Juni 2013, jenis ini telah masuk Appendix II CITES yang berarti hanya dapat diperdagangkan berdasarkan kuota (UNEP-WCMC, 2013).

Eboni merupakan golongan kayu hitam yang ditandai dengan strip (pola bergaris) yang lurus bergelombang ringan dan sejajar, dengan kombinasi warna hitam dan coklat kehitam-hitaman, coklat kemerah-merahan dan coklat kehitam-hitaman.

Selain merupakan kekayaan alam Sulawesi yang berada di wilayah Wallacea, yang  tidak dapat dijumpai di tempat lain, berikut 5 fakta lainnya tentang kayu eboni endemik Sulawesi!

KLIK INI:  Ini Fakta Lain dari Burung Hantu yang Jarang Diketahui
  1. Corak Eboni terindah ada di Sulawesi Tengah

Menurut penelitian yang dilakukan Soenarno (1996), sebaran kayu eboni bernilai tinggi hanya ditemui di Provinsi Sulawesi Tengah yakni pada wilayah Kabupaten Poso, Donggala dan Parigi.  Coraknya paling indah dengan kayu teras berwarna hitam bergaris kemerah-merahan.

Dari penelitian yang dilakukan, kualitas kayu teras eboni asal Kabupaten Donggala memiliki BD 0,98. Dengan warna kayu gubal putih kelabu sampai coklat muda kemerah-merahan dengan kayu teras bercorak garis-garis sejajar berwarna coklat dan hitam berselang-seling dengan pola garis jarak relatif teratur sekitar 1 mm – 5 mm.

  1. Kualitas ditentukan stripnya

Industri eboni di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan juga menggolongkan kualitas kayu eboni berdasarkan stripnya. Semakin lurus, sejajar, tipis dan interval teratur, semakin bagus kualitasnya. Dari stripnya, eboni pun dibedakan yakni eboni batang macis (strip rapat dan halus) dan eboni sarang laba-laba /bendera (strip jarang).

Pengelompokan kualitas eboni terutama ditujukan untuk tujuan ekspor. Sedangkan untuk barang kerajinan tidak mempersyaratkan strip tersebut. Soerianegara (1967) menduga bahwa lebar dan warna garis serta bentuk kayu teras dalam batang kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan tempat tumbuh.

KLIK INI:  Papilio gigon, Kupu-kupu Endemik Sulawesi yang Gesit
  1. Sebarannya di Pulau Sulawesi

Daerah utama penyebaran eboni ditemukan di Sulawesi Tengah. Sedangkan, penyebaran paling selatan adalah Maros (Sulawesi Selatan) dan paling utara adalah perbatasan Sulawesi Tengah dengan Gorontalo (Soerianegara, 1967).

Sebaran alami terutama di daerah Poso, Donggala dan Parigi (Sulawesi Tengah), Gowa, Maros, Baru, Sidrap dan Luwu (Sulawesi Selatan), Mamuju (Sulawesi Barat) dan Gorontalo yang berbatasan dengan Sulawesi Tengah (Santoso, 2007). Sebaran yang bernilai ekonomi tinggi hanya ditemui di wilayah Kabupaten Poso, Donggala dan Parigi (Soenarno, 1996).

  1. Fakta Eboni di luas Sulawesi

Walau sebaran utamanya ada di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, dalam beberapa literatur disebut eboni juga ada di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara dan Maluku Utara.

Berdasarkan studi variasi morfologi pada pertanaman tersebut oleh Sudiartana (2004) memperlihatkan morfologi yang berbeda dengan eboni dari provenan lain. Perbedaan yang paling jelas adalah eboni dari kedua daerah tersebut tidak memiliki bulu halus (silky) pada permukaan bawah daun yang ditemukan pada seluruh provenan lainnya.

Soerianegara (1967) mengutip Steup (1933) dan Verhoef (1938) mengatakan bahwa di daerah Bolaang Mangondouw, Sulawesi Utara tidak terdapat jenis D.celebica. Jenis-jenis yang ada adalah D. rumphii dan D. pilosanthera yang terdapat di hutan-hutan dalam jumlah yang tidak banyak.

Populasi eboni alam juga terdapat di Maluku (Alrasjid, 2002). Diduga jenis eboni tersebut adalah D.lolin yang memiliki ciri yang mirip dengan D.celebica dan memang hanya dijumpai di daerah tersebut (van den Brink, 1936). Eksplorasi yang telah dilakukan oleh Kinho (2013) di daerah aliran sungai (DAS) Dodaga dan DAS Homu-Homu di Subaim Halmahera Timur, tidak menemukan jenis D. celebica. Pohon yang paling banyak ditemukan adalah jenis D. lolin.

  1. Harganya kayu eboni yang selangit

Dari berbagai sumber ditemukan bahwa harga kayu eboni di pasaran internasional pada tahun 2019 ditaksir mencapai Rp 120 jutaan per meter kubik. Harga fantastis ini menunjukkan jenis kayu ini layak dilestarikan sebagai hasil hutan jenis kayu bernilai ekonomi tinggi.

Itulah 5 fakta tentang kayu eboni endemik Sulawesi yang menarik diketahui, semoga bermanfaat!

KLIK INI:  Graphium Rhesus, Kupu-Kupu Indah yang Elegan Memanjakan Mata