Iklim, Perubahan Iklim dan Isu Relevan Lainnya yang Penting Diketahui

oleh -766 kali dilihat
Iklim, Perubahan Iklim dan Isu Relevan Lainnya yang Penting Diketahui
Perubahan iklim - Foto/Pixabay
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Iklim, satu kata yang paling banyak disebut-sebut saat membahas masalah cuaca. Ada yang mengira dua kata ini sama saja yakni merujuk pada situasi alam atau musim.

Faktanya, iklim dan cuaca memiliki pengertian berbeda. Cuaca merupakan kondisi atmosfer dalam waktu singkat, sedangkan iklim merujuk pada kondisi atmosfer dalam jangka waktu panjang.

Secara spesifik, iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah hujan atau angin), pada periode waktu jangka panjang.

Perlu diketahui bahwa iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

KLIK INI:  Krisis Iklim Makin Memburuk, Pendanaan Bank untuk Batu Bara Harus Dihentikan

Sedangkan cuaca hanya merujuk pada keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang terbatas pada tempat dan jangan waktu singkat. Cuaca mudah berubah-ubah disebabkan oleh tekanan udara, kelembaban udara, angin dan curah hujan.

Nah, cara mudah untuk mengingat perbedaannya adalah dengan narasi berikut: iklim adalah apa yang diharapkan manusia, seperti musim panas yang sangat panas, sedangkan cuaca adalah apa yang didapatkan manusia, seperti hari yang panas atau hari hujan.

Jenis iklim di dunia

Para peneliti membagi iklim yang ada di bumi menjadi empat jenis yakni: tropis, sub tropis, sedang dan iklim dingin.

Pertama, Iklim tropis yang biasa dijumpai di kawasan sekitar ekuator atau garis khatulistiwa seperti Indonesia. Posisinya berada di antara garis 23,5 derajat Lintang sampai 23,5 derajat Lintang Selatan. Pada iklim tropis, cuaca hangat sepanjang hari dan tidak ada musim dingin.

Sebagian tropis seperti hutan hujan tropis, curah hujannya tinggi karena wilayahnya berada tepat di garis khatulistiwa. Sedangkan wilayah yang agak jauh cenderung kering bahkan berpadang pasir.

KLIK INI:  6 Gaya Hidup yang Mesti Diubah untuk Membantu Atasi Krisis Iklim

Kedua, subtropis, yakni iklim yang berada di antara garis 23,5 derajat sampai 40 derajat Lintang Utara dan Lintang Selatan. Daerah dengan iklim inni punya suhu harian dan musiman yang lebih beragam dari daerah tropis. Negara-negara beriklim subtropis antara lain Nepal, Tiongkok, Jepang, Mesir, Cile, Australia, Turki, Afrika Selatan dan lainnya.

Ketiga, iklim sedang atau iklim siklon ditemukan di bumi belahan utara atau utara garis khatulistiwa. Yakni beraada di antara garis 40 derajat sampai 60 derajat Lintang Utara dan Lintang Selatan.

Di kawasan ini, kutub yang dingin bertemu dengan udara yang hangat. Hal ini memicu adanya hujan dan salju yang kerap terjadi di Negara-negara beriklim sedang. Negara-negara iklim sedang antara lain Irlandia, Peracis, Denmark, Italia, Rumania, Jerman, Inggris, Ukraina dan lainnya. Iklim sedang dibagi empat yakni iklim laut pantai barat, stepa, gurun sejuk dan benua lembap.

Keempat, iklim dingin yang ada di kutub bumi yakni kutub utara dan kutub selatan. Di kedua wilayah ini, musim dingin terjadi sepanjang tahun. Posisinya berada di garis 60 derajat Lintang Utara dan Lintang Selatan. Negara-negara yang beriklim ini antara lain Kanada, Swedia, Finlandia, Alaska, Denmark, Rusia Bagian Utara, dan Norwegia.

Di beberapa area, suhunya bahkan selalu di bawah 0 derajat Celsius atau membeku. Sebagian tempat memiliki salju dan es.

KLIK INI:  Pasca COP26, Perlu Kerja Nyata untuk Selamatkan Bumi
Perubahan iklim

Dikutip Wikipedia, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode waktu muai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi cuaca rata-rata, contohnya jumlah jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit.

Berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan climate change sebagai perubahan yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan.

Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.

KLIK INI:  Ini Kesan dan Pesan Anak Muda Makassar dari #AksiMudaJagaIklim
Bagaimana perubahan iklim terjadi?

National Centers for Environmental Information (NCEI) menulis, tak hanya cuaca yang dapat berubah. Iklim juga bisa berubah dalam jangka waktu yang lama.

Udara di sekitar kita, yang disebut atmosfer, terdiri dari banyak gas. Sebagian disebut sebagai “Gas Rumah Kaca” (GRK). Gas rumah kaca membuat panas matahari terperangkap di atmosfer, sehingga bumi menjadi cukup hangat bagi manusia, hewan, dan tumbuhan untuk hidup.

Namun demikian, konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut dengan pemanasan global. Suhu udara dan suhu air laut akan meningkat. Pola hujan bisa berubah. Es di negara beriklim dingin mencair, dan permukaan air laut akan naik.

Perubahan iklim yang lebih besar biasanya terjadi selama ratusan dan ribuan tahun. Saat ini misalnya, iklim sedang berubah. Bumi memanas lebih cepat daripada masa lalu menurut penelitian para ilmuwan.

Dampak perubahan iklim kini sedang dirasakan manusia di bumi. Diantaranya mempengaruhi kondisi hutan, hasil panen, dan persediaan air. Iklim juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia, hewan, dan banyak jenis ekosistem.

KLIK INI:  Selain Inovasi Teknologi, Inovasi Sosial juga Penting Atasi Krisis Iklim
Pemicu meningkatnya GRK

Sejatinya Gas Rumah Kaca bersifat alami, namun aktivitas manusia juga berpotensi menambah GRK yang disebut karbon dioksida. Karbon dioksida banyak dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil, seperti gas, minyak bumi, atau batu bara.

Bahan bakar fosil digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Saat melakukan perjalanan menggunakan mobil, truk, sepeda motor, kapal, dan pesawat kita menghasilkan gas rumah kaca. Juga digunakan untuk menghasilkan energi listrik, yang kita gunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari.

Aktivitas manusia banyak yang memicu GRK seperti pembakaran hutan, industri pertanian dan peternakan, limbah rumah tangga dan industri serta penggunaan kendaraan bermotor. Meningkatnya GRK akibat aktivitas manusia akan mengakibatkan apa yang disebut pemanasan global (global warming).

Ketika pepohonan ditebang, penyerapan karbon dioksida pun berhenti. Deforestasi akan menyebabkan lepasnya karbon dioksida kembali ke atmosfer. Jika laju pelepasan karbon dioksida lebih cepat dibandingkan dengan laju penyerapan karbon dioksida melalui proses fotosintesis, jumlah gas rumah kaca di atmosfer akan meningkat.

Dampak dari efek GRK antara lain, naiknya suhu permukaan bumi, tingkat permukaan air laut naik, angin badai yang semakin buruk, hingga mempengaruhi pertanian dan peternakan.

KLIK INI:  Terumbu Karang yang Direstorasi Dapat Pulih Sepenuhnya dalam Waktu Empat Tahun?
Cara simpel menurunkan GRK dari Rumah

Menurut Profesor Amran Achmad (guru besar Unhas), perubahan iklim merupakan salah satu ancaman eksistensial terbesar bagi manusia. Krisis perubahan iklim telah menyebabkan masalah besar di permukaan bumi.

Naiknya suhi permukaan bumi telah mengakibatkan kekeringan dan krisis air bersih. Oleh sebab itu, menurut Profesor Amran, diperlukan aksi sederhana menurunkan GRK.

Lalu, apa saja aksi-aksi sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi Gas Rumah Kaca? Menurut Profesor Amran, aksi sederhana dapat dimulai dari rumah seperti memperbanyak tanaman di halaman rumah.

Selain itu, Profesor Amran mengajak kita untuk terbiasa berhemat dalam pemakaian listrik. Terbiasa berjalan kaki dan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai (single use).

Tips sederhana menurunkan gas rumah kaca dapat dibaca DI SINI!

KLIK INI:  Pemilu Memang Telah Usai, Tapi Kekhawatiran Walhi Baru Dimulai