Iftar Green Deen, Buka Puasa Ramah Lingkungan Versi Inggris

oleh -228 kali dilihat
Iftar Green Deen, Buka Puasa Ramah Lingkungan Versi Inggris
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Ibadah puasa Ramadan harus dijalani umat muslim di seluruh dunia selama satu bulan penuh. Tapi tidak semua umat muslim akan berpuasa dalam waktu yang sama.

Muslim Indonesia, karena hidup di katulistiwa dan ada di iklim tropis, puasanya kurang lebih hanya 13 jam. Berbeda dengan muslim di Inggris yang harus kuat berpuasa di iklim dingin. Apalagi di bulan Ramadan tahun 2019 ini, awal puasa pas di musim semi. Saat itu suhu udaranya kira-kira 6-13° celcius.

Akhir Ramadan di Inggris, masuk musim panas. Kondisi suhu rata-rata pada musim panas ini sekitar 12-20°C. Di Inggris umat Islam harus berpuasa mulai dari pukul 03.30 dini hari sampai pukul 21.30 malam. Jeda antara buka puasa dan sahur hanya sekitar 5 jam lebih.

KLIK INI:  Jovita dan Tips Memilih Makanan Sahur Agar Tak Disergap Lemas Saat Berpuasa

Karenanya, terkadang pada saat ingin sahur, masyarakat muslim di Inggris masih merasa kenyang. Oleh karenanya saat bulan puasa, muslim di Inggris mempunyai cara tersendiri untuk bisa berpuasa satu bulan penuh.

Kelompok Muslim di London, Inggris, pernah menggelar agenda buka puasa bertajuk Iftar Green Deen, yang sekaligus menjadi ajang pembuktian bahwa makanan lezat tidak harus berkalori tinggi.

Buka puasa muslim di Inggris mengonsumsi banyak cairan, makanan rendah lemak, makanan kaya cairan dan makanan yang mengandung beberapa gula alami untuk energi. Seperti; minuman air, minum susu, minum jus buah atau smoothie.

Air memberikan hidrasi tanpa tambahan kalori atau gula tambahan. Susu dan buah menyediakan gula dan nutrisi alami. Buah kurma pun menjadi favorit saat bulan puasa di Inggris.

KLIK INI:  Mau Daya Tahan Tubuh Tetap Oke Saat Puasa? Begini Tips Alaminya!

Para peserta buka puasa disuguhi sup yang terbuat dari daun jelatang yang dibudidayakan di wilayah setempat, aneka sajian nabati buatan rumah (homecook), dan ditutup oleh sajian teh herbal yang menyegarkan. Sup adalah menu yang biasa dijsajikan saat makan besar di Inggris.

Dikutip dari Al-Arabiya English pada Kamis, sajian buka puasa tidak disajikan di piring dan gelas kertas layaknya perayaan komunal pada umumnnya, melainkan semua orang yang datang diimbau membawa alat makan sendiri. Selain itu, nantinya jika ada sisa makanan, masing-masing partisipan diimbau untuk membawa pulang sebagai tanggung jawab pribadi.

Gerakan buka puasa seperti ini adalah tentang bagaimana menemukan solusi untuk menekan konsumsi daging, sehingga diharapkan berpengaruh pada pengurangan limbah makanan dan plastik selama Ramadhan.

Agenda buka puasa unik pertama kali diinisisasi oleh dua organisasi muslim, yakni Rabbani Project dan Rumi’s Cave, di kawasan London Utara. Rabbani Project adalah sebuah kolektif Sufi yang didedikasikan untuk kegiatan “spiritual, ekspresi kreatif dan cinta”, yang menggunakan musik, seni dan tulisan kreatif dalam penyebaran pesan Islam.

KLIK INI:  Ramadan, Masakan Ibu, dan Sebuah Rahasia Tetap Segar Saat Berpuasa, Klik Ini!

Adapun Rumi’s Cave didirikan oleh Sheikh Babikir Ahmed Babikir, seorang cendekiawan muslim asal Sudan, pada tahun 2014 sebagai pusat komunitas dan ruang seni budaya, yang terinspirasi oleh peninggalan penyair Persia Abad ke-13, Jalal ad-Din Rumi.

“Penekanan kami adalah pada makanan yang bersumber secara etis, musiman, tanpa daging dan tanpa susu, tanpa menggunakan alat makan dari bahan plastik. Hal ini adalah tentang mencoba menghubungkan kembali tanggung jawab kita dengan alam sebagai bagian dari ibadah kita, bukan sebagai minat yang terpisah,” jelas Moon.

Baru-baru ini kegiatan bertajuk sama juga akan digelar di Inggris pada 25 Mei 2019 bertempat di Rumiss Cave Building. Dilansir dari laman therabbaniproject.co.uk, mereka menyebutkan bahwa peserta harus membawa Tupperware sendiri untuk sisa makanan mereka. Selain itu peserta juga diwajibkan untuk membawa piring, sendok dan cangkir sendiri. Penyelenggara akan menyediakan 3 menu vegetarian, teh dan minuman herbal khas Inggris.

KLIK INI:  Tetap Ramah Lingkungan di Bulan Ramadan, Ini 5 Tips dari KLHK