Hutan Merdeka IV, Program Tahunan Anak Muda di Lantebung

oleh -545 kali dilihat
Hutan Merdeka IV, Program Tahunan Anak Muda di Lantebung
Suasana Camp di Hutan Merdeka IV di Lantebung - Foto: Ist

Klikhijau.com – Pagelaran Hutan Merdeka, dihelat setiap tahunnya oleh Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL) Makassar. Pada edisi IV tahun ini digelar pada Sabtu (20/8/2022) bertajuk “Mangrove untuk Masa Depan Kita”.

Lantebung memang satu spot pesisir di Kota Makassar yang mungkin tak sefamiliar Pantai Losari, namun menyimpan daya tarik alam khas pesisir menawan.

Edisi kali ini dibuat lebih meriah dibanding tahun sebelumnya, tentu karena masih dalam rangkaian ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus.

Serangkaian kegiatan disambut dengan persembahan tari Paduppa dan disaksikam tamu dari berbagai arah daerah dan latar belakang komunitas. Ragam hiburan pun disajikan menandai satu pesan khusus pentingnya pelestarian kawasan mangrove bagi kehidupan.

Lalu, pada malam puncak acara (tepat di malam Minggu) diumumkan pemenang lomba dari beberapa item kegiatan yang telah berlangsung beberapa hari sebelumnya.

KLIK INI:  Norwegia dan Indonesia Perkuat Kerjasama REDD+ dan Lingkungan Hidup

Tepuk tangan meriah dan keceriaan seolah membahana malam itu. Kehidupan pesisir seolah mekar di malam hari.

Menariknya, malam puncak acara dirangkaikan pula dengan diskusi mengenai mangrove yang menghadirkan Direktur Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, Nirwan Dessibali.

“Hadir dihadapan masyarakat Lantebung bukan untuk mengajari, karena saya belajar dari tempat ini. Dan Lantebung sering saya ceritakan di luar sana termasuk upaya pemuda mempertahankan kawasan mangrove saat akan ada pembabatan sampai ada yang diamankan pihak kepolisian,” kata Nirwan.

“Mangrove di Lantebung ini, salah satu dampaknya adalah menahan kecepatan angin, yang dulunya sering menerbangkan atap rumah warga,” tambahnya.

hutan
Foto bersama usai penanaman mangrove di Lantebung – Foto: Ist

Ketua Panitia, Ramadhani, menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya atas terlaksananya kegiatan Hutan Merdeka IV. Kegiatan ini dimulai sejak 17 Agustus dengan serangkaian kegiatan yang melibatkan masyarakat Lantebung, sampai Minggu pagi yang dilanjutkan dengan penanaman 2000 bibit Mangrove.

“Alhamdulillah masyarakat Lantebung mendukung penuh dengan terlibat langsung di kegiatan yang dilaksanakan oleh IKAL. perjalanan panjang telah memperoleh kepercayaan besar dari warga sekitar, kegiatan tahunan ini juga selalu melibatkan berbagai komunitas yang selalu turut mendukung kami,” katanya.

Perkemahan yang dikemas dalam konsep zerowaste, dihadiri ratusan orang menjadi ruang tersendiri bagi komunitas lingkungan dalam mengeratkan silaturahmi.

KLIK INI:  Transformasi Digital Kehutanan 4.0 Harus Diarahkan untuk Ekonomi Hijau

Kilas balik hutan merdeka

Ketua Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL), Akmal Kamal,  menceritakan kilas balik Kawasan Mangrove Lantebung.

“Jauh sebelumnya saya masih melihat bagaimana pengelolaan mangrove di sini itu banyak digunakan sebagai kayu bakar, bahkan dulunya itu saking banyaknya ditebang untuk mengangkutnya memnggunakan truk besar,” cerita Kamal.

Kamal menunjuk beberapa titik area di sekitaran pemukiman warga, disebutnya sebagai lahan mangrove yang kini tertinggal sebagai cerita.

“Jadi itu yang kita tempati berkemah itu dulunya pernah ditumbuhi mangrove, dan itu hilang karena pembabatan secara besar-besaran, karena tak hanya diperjual belikan tapi juga dulunya digunakan sebagai sumber utama kayu bakar,” ujarnya.

IKAL yang berdiri sejak 2019 menjadi titik awal menggaungkan kembali semangat menjaga mangrove dan edukasi pentingya mangrove dari berbagai dampak yang ditimbulkannya.

KLIK INI:  1.000 Mangrove di Desa Pao, Upaya Warga Cegah Abrasi Sejak Dini

Hal ini diceritakan Ramadhani, saat IKAL dulunya baru dibentuk.

“Jadi dulunya yang tergabung di IKAL itu kami tidak punya pengalaman dalam organisasi, penggerak awal itu dari Kak Kamal dan Ade Saskia,” ringkas pemuda yang akrab disapa Panjul.

Diakui oleh Kamal bahwa melalui Lembaga yang menghimpun pemuda lokal ini, mentransformasi ketidakpedulian menjadi mencintai mangrove.

“Yang dulunya acuh terhadap penanaman kini bahkan masyarakat lantebung sudah sanagat mendukung upaya konservasi,  seperti saat ada mahasiswa yang akan melakukan penanaman mereka mensupport bibit secara, yang sedianya untuk di jual,” pungkasnya.

Semangat dan kesadaran itu tidak serta merta ada, namun melalui perjalanan sendiri.

“Melalui pemuda yang tergabung  di IKAL, dengan pendekatan persuasif, merekalah yang menyalurkan edukasi ke orang tua soal pentingnya mangrove, dan sekarang kitab isa melihat betapa besarnya partisipasi masyarakat,” terang Kamal.

KLIK INI:  Teknologi Landfill Mining Dinilai Solusi Tepat bagi TPA

Lantebung sebagai spot ekowisata

Sejak menjadi ekowisata, lanjut Kamal, masyarakat tidak hanya merasakan dampak ekonomi yang semakin membuat masyarakat peduli, tapi juga secara ekologi dan menjadikan mangrove sebagai rumah biota laut.

Hutan Merdeka yang digelar pertama kali tak berselang beberapa waktu dari terbentuknya IKAL di tahun 2019.

“Diawali dari dukungan Lindungi Hutan, pemuda sebagai penggerak pelaksanaan kegiatan pertama, yang kami berangkatkan dengan modal niat ingin bernuat. Bahkan untuk pendanaan itu saya masih ingat, menggunakan modal 20 ribu rupiah dari hasil penjualan stiker yang kami buat. Dan kebetulan di waktu itu ada kegiatan yang diselenggarakan di sini, panitianya menawarkan Kerjasama untuk mengatur parkiran, dari retribusi jasa itu juga kami gunakan sebagai dana tambahan,” kenang Kamal.

Setelah terselenggaranya Hutan Merdeka I, kegiatan IKAL mendapat perhatian dari berbagai pihak. Meskin demikian Kamal masih merisaukan soal status Mangrove Lantebung.

“Salah satu titik kelemahan kami, status kategori Lantebung belum kami ketahui, apakah dia masuk hutan lindung atau Ruang Terbuka Hijau (RTH),” kuncinya.

KLIK INI:  Tanpa Perubahan Sistemik, Perdagangan Karbon Rentan Perparah Ketidakadilan