- Pohon-pohon yang Ditumbuhi Gerimis - 06/08/2022
- Kisah Pertama Menegur Pengguna Jalan yang Buang Sampah di Jalan Raya - 29/07/2022
- Alla’, Tempat Favorit Membuang Sampah - 23/07/2022
Klikhijau.com – Begitu Ina melihat foto edamame di layar handphone. Ingatannya akan masakan ibunya tetiba saja menyeruak.
Kita sepertinya harus sepakat, jika koki terbaik adalah ibu. Aroma masakan ibu selalu mengental kuat dalam ingatan. Membuat kita selalu merindu dapur dan juga sosoknya.
Dan ingatan memang bisa muncul kapan saja. Kemunculannya bisa dipicu oleh hal sederhana yang tak terduga. Seperti yang dialami oleh Ina.
“Ini kaheu’,” ujarnya ketika saya memperlihatkan foto edamame beberapa waktu lalu. Kaheu’ adalah nama lokal edamame di kampung saya, Kindang, Bulukumba.
Mendengar pengakuan perempuan 45 tahun tersebut, menjadi petunjuk tersendiri jika tanaman dari ini telah lama berkembang di Bulukumba.
“Dulu ibu saya sangat suka memasaknya, rasanya enak,” lanjutnya.
Ia berkisah panjang lebar perihal kaheu’ atau edamame yang sering di masak oleh ibunya itu. Di tangan ibunya, edamame akan berubah jadi sayur yang buatnya lupa berhenti makan.
Ina akui jika selalu merindukan masakan ibunya, khususnya makanan yang diolah dari edamame itu. Namun, saat ini diakuinya pula tak pernah lagi melihat tanaman yang kaya protein itu.
“Jika ada bibitnya, saya akan menanamnya lagi,” harapnya. Baginya edamame tak sekadar tanaman yang bisa dimakan, tapi juga merupakan tanaman yang akan mengingat pada ibunya dengan sepenuh-penuhnya.
Edamame termasuk tanaman kedelai, Mieke Rochimi Setiawati, dkk, 2017 mengatakan jika tanaman kedelai telah menjadi salah satu komoditas tanaman pangan penting di Indonesia. Termasuk edamame.
Tanaman ini memiliki kekayaan protein yang lengkap. Kualitasnya setara dengan kandungan protein pada susu, daging maupun telur.
Iya, tanaman ini kaya protein, serat makanan, dan mikronutrien, terutama manga, folat, fosfor, dan vitamin K.
Petaka edamame bagi Penne’
Kenangan dan keinginan Penne’ bernostalgia dengan masakan ibunya berbeda dengan Ina. Ketika lelaki satu anak itu merantau ke Malaysia sekian tahun lalu. Ia menemukan edamame (kaheu).
Karena ingin merasakan sensasi sayur yang biasa dimasak ibunya ketika di kampung. Ia pun memetiknya, memperlakukan tumbuhan yang mengandung zat anti kolesterol itu seperti yang dilakukan ibunya—memasaknya setengah matang terlebih dahulu—lalu merendamnya.
Setelah itu ia mencucinya, kemudian memasaknya untuk disantap.
Sayang nasib naas menimpanya bersama beberapa kawannya, setelah memakannya mereka mengalami keracunan oleh edamame itu.
“Mungkin bukan kaheu (edamame),” tanya Tamrin, suami Ina.
“Tidak mungkin saya salah, ibu saya sering memasaknya dulu. Cara masaknya sungguh enak,”
“Berarti cara memasakmu yang salah,”
“Saya melakukan apa sering dilakukan ibu ketika memasaknya,” katanya bersikeras.
Setelah ia mengalami keracunan itu, Penne tak berniat lagi mengonsumsi edamame.
Tanaman ini merupakan jenis kacang-kacangan. Ia dipanen dan dikonsumsi saat masih belum matang sepenuhnya (Coolong, 2009).
Edamame memiliki peluang ekspor yang besar. Diah Sudiarti dari Universitas Islam Jember, (2017) mengungkapkan permintaan eksport dari negara Amerika sebesar 7.000 ton per tahun sedangkan dari Jepang sebesar 100.000 ton.
Tanaman ini memiliki produktivitas yang tinggi. Ia juga memiliki umur yang relatif lebih pendek. Sementara ukuran polongnya lebih besar. Ia memiliki rasa yang lebih manis, (Rukmana, 1996).
Kandungan edamame
Menurut Rahman, dkk (2019) tumbuhan yang biasa ditemukan masakan-masakan Asia Timur ini mengandung antioksidan dan isoflavon.
Cara memasak edamame adalah dengan direbus atau dikukus kemudian disajikan dengan garam. Mengonsumsi makana ini berarti kamu akan mendapat antioksidan yang bisa menguatkan sistem imun tubuh dan juga dapat mengurangi risiko kanker.
Kandungan isoflavon merupakan kandungan yang terbukti ampuh mengurangi risiko kanker prostat dan kanker payudara, menurunkan tekanan darah, mencegah penyakit jantung, dan mengurangi gangguan saat menopause.
Dalam setengah cangkir edamame atau sekitar 75 g hanya terkandung 100 kalori. Hal ini baik untuk diet sehari-hari (Abbas dan Akmadi, 2010).
Kacang kedelai ini mengandung nilai gizi cukup tinggi. Karena setiap 100 gram biji mengandung 582 kkal, lemak 6,6 g, karbohidrat 7,4 g, protein 11,4 g, vitamin A atau karotin 100 mg, B2 0,14 mg, B1 0,27 mg, B3 1 mg, dan vitamin C 27. Selain ini juga mengandung mineral-mineral seperti fosfor 140 mg, besi 1,7 mg, kalsium 70 mg, , dan kalium 140 mg (Johnson, 1999).
Dan untuk info lainnya mengenai tanaman ini, kamu bisa membacanya di SINI