Dosen FKM UMI Temukan Jika Debu Berpotensi Tularkan Kusta

oleh -508 kali dilihat
Ilustrasi debu
Ilustrasi debu/foto-ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Debu yang beterbangan terbawa angin lalu terhirup ke dalam tubuh bisa berakibat fatal bagi kesehatan.

Sebab debu bisa saja mengandung bakteri, salaha satunya adalah bakteri Mycobacterium leprae atau basillus hansen yang merupakan penyebab kusta.

Hal mengejutkan mengenai Mycobacterium leprae ditemukan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia (FKM UMI), Dr A Rizki Amelia.

Melalui penelitiannya yang berjudul Analisis transmisi mycobacterium lepra pada deteksi gen 16 S rRNA penderita kusta. Rizki menemukan bahwa penularan Mycobacterium leprae bisa melalui transmisi debu ketika seseorang berada di sekitar penderita kusta.

Itu artinya penularan penyakit kusta tak hanya disebabkan oleh sentuhan langsung dengan penderita. Namun, juga bisa disebabkan oleh transmisi debu.

KLIK INI:  FPIK UMI Terapkan Teknologi Atraktor Cumi-cumi Ramah Lingkungan di Pangkep

“Misalnya ada orang yang ngobrol dengan penderita, maka bisa tertular melalui debu yang terbawa angin dan menempel ke tubuhnya dan bisa jadi akan tertular lagi pada orang lain ketika orang tersebut pergi ke tempat yang berbeda lagi,” ungkapnya.

Untuk menghindari hal tersebut, yang perlu dilakukan adalah  mandi dua kali sehari dan mengganti baju. Apalagi bila telah melakukan kontak dengan penderita kusta. Selain itu disarankan berjemur sebab cahaya matahari  dapat mematikan bakteri kusta.

Bersentuhan atau berkomunikasi dengan penderita kusta tidak menjadi masalah ketika seseorang langsung berjemur di bawah terik matahari karena bakteri akan mati disebabkan efek alergi terhadap terik matahari.

KLIK INI:  Juliette dan Sarah Ungkap 4 Jenis Bumbu Masakan yang Bisa Panjangkan Usia

“Harus langsung berjemur dan mengganti baju agar bakterinya itu mati dengan cepat,” ujar Rizki.

Rizki juga menuturkan jika hal itu tergantung imunitas tubuh juga. Namun ia mengakui hal tersebut rentan terjadi pada anak-anak. Untuk kusta biasanya akan terjadi 15 tahun kemudian setelah terkontaminasi bakteri.

“Saat melakukan penelitian memang area lingkungan rumah para penderita kusta kumuh dan padat serta tidak ada sama sekali matahari di rumahnya. Ini yang menyebabkan pengembangbiakan bakteri lebih banyak. Mereka pun malas beraktivitas,” ungkapnya. 

Salah satu faktor penyebab kusta yaitu tidak ada pencahayaan di dalam rumah. Serta lingkungan rumah yang kumuh. Karenanya, Sebaiknya rumah selalu diberikan ventilasi agar pencahayaan di dalam rumah lebih baik.

Dengan adanya penemuan tersebut, kiranya kita perlu lebih waspada jika tidak ingin tertular, caranya bukan menghindari penderita kusta, tapi mengikuti saran Dr A Rizki Amelia.

KLIK INI:  Bandotan, Rumput Liar yang Membuat Pasanro Angkat Topi Pada Leluhur

Source : fajaronline.com
Penulis : Irhyl R Makkatutu
Editor   : Irhyl R Makkatutu