Diskusi Bersama, P3E Suma dan ICMI Ungkap Kata Al Quran Tentang Lingkungan

oleh -203 kali dilihat
Diskusi bersama P3E Suma dan ICMI Sulsel
Diskusi bersama P3E Suma dan ICMI Sulsel
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Tiga orang lelaki berkaca mata sedang di depan. Di belakangnya terdapat baliho sebagai latar. Pada baliho itu tertulis dengan huruf capital Apa Kata Al quran Tentang Lingkungan Hidup, di bawah tulisan tersebut terdapat tulisan lain yang ukurannya jauh lebih kecil dari tulisan di atasnya, pun menggunakan huruf kecil, yang berbunyi 23 Februari 2019.

Tulisan yang tertera pada baliho itu, merupakan tema diskusi yang dilaksanakan oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawasi Maluku (P3E Suma) Kementerian Lingkungan hidupn dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

Ketiga lelaki berkaca mata tersebut terus terus dipandangi oleh orang orang hadir di lantai empat rumah makan Ulung Juku, Makassar. Ketiganya merupakan pemantik diskusi saat itu. Satu di antaranya bertindak sebagai moderator, dan dua bertindak sebagai pembicara.

Kedua pembicara itu,  Prof. Dr H.M Tahir Kasnawai yang merupakan ketua dewan pakar ICMI dan Dr.Ir Darhamsya, kepala P3E Suma. Keduanya memaparkan pandangannya tentang kata Al Quran mengenai lingkungan.

KLIK INI: Kapus P3E Suma: Dua Strategi Pengurangan Sampah, Tetapi Perilaku Masyarakat Kuncinya

Darhamsyah dalam materinya mengatakan,  sudah sejak 14 abad yang lalu, Al-Qur’an berbicara mengenai siklus lingkungan hidup yang sehat lewat angin, gumpalan awan, air, hewan, tumbuh-tumbuhan, proses penyerbukan bunga, dan buah-buahan yang saling terkait dalam satu kesatuan ekosistem seperti yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah [2]: 22,164, Ar-Rum [30]: 48, Al-Mu’minun [23]: 18 dan Al-Hijr [15]: 22).

“Al-Qur’an menegaskan bahwa Tuhan tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia (QS. Ali Imran [3]: 191) dan melarang manusia untuk berbuat kerusakan di bumi (QS. Al-A’raf [7]: 56 dan 85). Dua penegasan ini mengandung makna keseimbangan dalam memelihara atau pelestarian lingkungan,” terang Darhamsyah.

Sedangkan Prof. Tahir, begitu peserta diskusi menyapanya, dalam materinya mengatakan, perilaku antroposentrism, yakni menusia melihat dirinya sebagai  penguasa alam yang mendorong  hedonis dan individualis. Hal tersebut perlu diubah menjadi perilaku antropocosmik di mana manusia melihat dirinya sebagai bagian dari alam raya

Menurutnya manusia harus menjalankan amanah sebagai khalifah di muka bumi ini sesuai Al Quran Surah Albaqarah: 30, yakni mengurus,  memanfaatkan, memelihara atau melestarikan Lingkungan Hidup LH) dan Sumber Daya Alam SDA yang meliputi bumi dengan segala isinya, yakni daratan, lautan, udara,  dan   tumbuh tumbuhan serta binatang.

KLIK INI: Mantan Menteri Lingkungan Hidup Bicara Soal Perubahan Iklim di Pascasarjana Unhas

Ia juga membagi masalah perilaku manusia terhadap LH/SDA sesuai yang terdapat dalam Al Quran, perilaku menyimpang dan tidak bermanfaat sesuai yang terdapat dalam Q.S.Al baqarah:11, ketidak teraturan/berantakan hal ini terdapat dalam Q.S. Al Anbiya: 22, perilaku yang merusak (destruktif) dijelaskan dalam Q.S. An Naml : 24, dan menelantarkan/ ketidak pedulian diterangkan dalam Q.S. Al Baqarah: 220

“ Ada 3 unsur dalam konsep kekhalifaan menurut Al Quran, manusia itu sendiri, alam raya, berupa bumi yang terhampar, hubungan manusia dengan alam beserta isinya. Hubungan manusia dengan alam (khalifah x mustakhlaf) adalah hubungan yang saling membutuhkan,” ungkapnya

***

Ketiga orang berkacamata tersebut mengakhiri diskusi di hari sabtu itu, 23 Februari 20 saat matahari telah mulai condong ke Barat. Namun, diskusi itu boleh saja berakhir, tapi apa yang terungkap dalam diskusi tersebut tidak akan berakhir. Ia akan menjadi benteng dan solusi untuk menjaga alam ini beserta isinya. (ir)