- Atasi Triple Planetary Krisis, KLHK Gelar Penanam Mangrove Serentak di 24 Titik - 24/04/2024
- Babak Baru Kasus Makelar Kayu Ilegal Asal Lutim, Berkas Dilimpahkan ke Kejari Tana Toraja - 24/04/2024
- Hari Bumi 2024: Ford Foundation Dukung BRWA Kelola Registrasi Wilayah Adat di Tapanuli Utara dan Lutra - 23/04/2024
Klikhijau.com – Daur ulang sampah masih dianggap cara efektif menguranginya. Universitas Effat, Arab Saudi pun melakukannya. Mereak menggaungkan kampanye daur ulang sampah.
Sampah menjadi permasalahan yang rumit dan terus membukit. Ia bisa ada di mana-mana sehingga sangat mudah ditemukan yang membuat pandangan terasa terganggu. Tak hanya pandangan terganggu, tapi juga kesehatan.
Maka salah satu langkah yang perlu diambil adalah mendaur ulangnya—menjadikannya barang baru yang memiliki nilai seni dan ekonomi.
Sesungguhnya dampak dari daur ulang bukan hanya pengurangan sampah. Lebih dari itu, yakni bisa mengubah sudut pandang orang dalam melihat sampah.
Jika selama ini sampah menjadi barang menjijikkan. Maka setelah didaur ulang dan berubah bentuk jadi cantik. Orang akan mengaguminya, bahkan berniat membeli untuk jadi koleksi atau pajangan di rumah.
Daur ulang, menjadi penting pula untuk menggali potensi kreatifitas seseorang dalam melihat persoalan sampah. Ia bisa mengubahnya menjadi memiliki nilai ekonomi atau nilai seni yang tinggi.
Tidak sedikit tangan-tangan kreatif mampu melahirkan karya seni yang indah dari barang bekas. Semisal yang yang dilakukan sejumlah mahasiswi sekaligus karyawan Universitas Effat, Arab Saudi.
Mereka membuat suatu terobosan, yakni mendaur ulang sampah Laut Merah. Hasilnya, dari tangan kreatif para mahasiswa itu, lahirlah model estetika dan karya seni yang memukau, yang turut mewarnai corniche sentral di Jeddah.
Sampah di laut semaki meresahkan
Sampah di lautan harus diakui bersama memang meresahkan dan menumpuk. Banyak orang menganggap jika sampahnya telah sampai ke laut persoalan pun usai. Namun, sebenarnya tidak demikian. Justru akan menjadi masalah baru yang lebih rumit.
Dan untuk mengurai masalah itu, salah satu yang dibutuhkan adalah tangan-tangan kreatif seperti para mahasiswa Universitas Effat, Arab Saudi.
Para mahasiswa yang tergabung dalam proyek ini merupakan bagian dari pesan kesadaran universitas bertajuk “Laut Merah adalah kekayaan, mari kita lestarikan”.
Laut Merah adalah laut yang penuh sejarah. Laut yang tidak bisa dipisahkan dari Nabi Musah AS. Di laut itulah Nabi Musa menunjukkan mukjizatnya dengan membela lautan dengan hentakan tongkatnya.
Laut Merah pula yang menjadi kisah akhir dari kezaliman Fir’aun. Namun, siapa sangka jika laut penuh sejarah tersebut tidak lepas dari kepungan sampah.
Beruntunglah ada mata jeli yang melihat peluang sampah di Laut Merah bisa menjadi karya seni. Maka tidak tanggung-tanggung proyek tersebut melibatkan partisipasi 136 relawan.
Para relawan itu bertugas menanamkan budaya tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Mereka bergelut dengan proyek tersebut selama enam pekan.
Tujuan dari kegiatan itu adalah kampanye agar masyarakat membuang berbagai jenis sampah dengan cara yang inovatif, bukan dengan cara tradisional.
Selain itu, kegiatan atau proyek dari universitas yang berlokasi di Jeddah, Mekah itu adalah untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di masyarakat tentang mekanisme penanganan limbah yang tepat, mengatasi kebiasaan membuang sampah sembarangan dan melestarikan lingkungan laut.
Membuang sampah sembarangan memang menjadi masalah yang sulit diurai. Masyarakat seolah melihat jika semua tempat adalah tempat sampah, khususnya laut.
Bisa jadi inspirasi
Maka dengan adanya gagasan melalau proyek seperti yang dilakukan oleh Universitas Effat. Setidaknya bisa memberikan kontribusi bagi lingkungan sekaligus memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa dan karyawan universitas tersebut, bagaimana rasanya menjadi “penyelamat” lingkungan.
Selain itu, juga bisa mengasah keterampilan mahasiswa dalam berkarya mengubah limbah atau sampah menjadi model dan lukisan yang estetis dan bernilai.
Sebagaimana dijelaskan oleh Rektor Universitas Effat, Haifa Jamal Al-Lail bahwa proyek tersebut demi mengembangkan dan mendorong bakat para mahasiswa menjadi lebih kreatif.
“Termasuk mengubah karya seni yang menggambarkan alam dengan mendaur ulang sampah menjadi bentuk estetik,” jelas Haifa, Senin, 3 Mei 2021 sebagaimana dilansir dari Republika.
Apa yang dilakukan oleh Universitas Effat, bisa menjadi inspirasi bagi pengelolah universitas—termasuk di Indonesia untuk terlibat langsung dalam menangani sampah, baik di darat maupun di laut.
Sebab, mengurangi sampah dan memeranginya adalah tanggungjawab semua pihak yang harus dipikul bersama-sama.
Mengurangi sampah dengan mendaur ulangnya, tidak akan membuat rugi. Justru sebaliknya akan membuat kita lebih bermanfaat bagi lingkungan, satwa, tanaman, dan tentu saja kepada sesama manusia.