Desa Kindang Diserbu Kantong Kresek Dua Kali Seminggu

oleh -579 kali dilihat
Desa Kindang Diserbu Kantong Kresek Dua Kali Seminggu
Kantong kresek atau kantong plastik/Foto-Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Senin dan Kamis menjadi hari yang disambut suka cita di Desa Kindang, Bulukumba. Sebab di hari itu merupakan jadwal pasar.

Masyarakat yang ingin membeli sesuatu akan lebih mudah. Banyak pedagang dari luar kampung datang menjajakan dagangannya.

Saya, setiap kali pulang ke kampung selalu pula menyempatkan ke pasar mengantar ibu untuk belanja.

Dua hari itu pula, harusnya jadi hari yang mencemaskan. Sebab, jadi hari peredaran kantong plastik atau kantong kresek sekali dengan massif.

KLIK INI:  Bendungan Bili-Bili Status Waspada, Begini Pernyataan Bupati Gowa

Penjual merasa baik-baik saja membungkus dagangannya dengan kantong kresek. Dan pembeli tanpa merasa bersalah akan menerimanya dengan senangn hati.

Hampir semua belanjaan akan dibungkus dengan kantong plastik. Padahal kantong kresek/plastik di beberapa daerah telah dilarang penggunaannya.

Kantong plastik sekali pakai dianggap biang kerok pencemaran lingkungan. Dan itu memang benar. Berkali-kali saya jumpai kantong plastik yang terbuang begitu. Barangkali Anda juga pernah menemukannya.

Jika dulu di kampung saya, kantong plastik adalah barang langka yang diburu untuk membungkus sesuatu atau sekadar membuat layang-layang. Sekarang kantong plastik banyak dibuang percuma sehingga mencemari lingkungan.

Maka tidak heran, sekarang kehadiran kantong plastik, yang dulu digadang-gadang sebagai produk untuk menyelamatkan bumi, kini berubah jadi petaka bagi Bumi.

Tidak hanya Desa Kindang

Apakah serbuan kantong plastik hanya terjadi di pasar tradisonal Desa Kindang. Jawabannya tidak, Pasar Borongrappoa yang terletak di ibu kota Kecamatan Kindang, Bulukumba pun mengalaminya.

Pasar tersebut juga menggelar hari pasar dua kali seminggu, Selasa dan Jumat, yang terjadi pun sama. Setiap pembeli akan membungkus barang belanjaannya dengan kantong plastik.

Dan saya sangat meyakani bahwa kantong plastik juga beredar sangat massif di pasar-pasar tradisonal lainnya.

Keyakinan itu muncul karena saya temukan sendiri, semisal ketika suatu hari saya berkunjung ke pasar Terong Makassar. Saya pun mendapati pedagang yang membungkus dengan dagangannya kantong kresek/plastik lalu menyerahkannya kepada pembeli.

KLIK INI:  Mengenal Kecombrang dan Rusa Timor, Dua Ikon Hari Cinta Puspa dan Satwa 2020

Hampir semua belanjaan pun dibungkus kantong plastik. Mulai dari sayuran hingga peralatan rumah tangga.

Hal yang sama saya juga temukan di pasar tradisional Gowa yang terletak di dekat jembatan kembar. Semua barang dagangan di bungkus pula dengan kantong plastik.

Jika dihitung, pasar tradisional di Desa Kindang dan Borongrappoa, yang hanya menggelar hari pasar dua kali seminggu, maka pasar tradisional yang menggelar hari pasar tiap hari seperti pasar Terong tentu penggunaan plastik sekali pakai lebih menumpuk.

Meninggalkan kantong plastik

Perang Dunia II berkecamuk, industri plastik sintetis berjaya. Hal ini karena adanya tuntutan untuk melestarikan sumber daya alam yang langka.

Namun, sesudah perang, terjadi pergeseran persepsi tentang plastik. Ia tak lagi dipandang positif, terutama setelah puing-puing plastik di lautan pertama kali teramati pada 1960-an.

Apalagi 1962, Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring mengungkapkan bahaya pestisida. Ditambah pada 1969, tumpahan minyak di lepas pantai California juga mulai mendapat perhatian. Kedua kasus tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang polusi.

Kesadaran tentang isu lingkungan pun menyebar dan membuat plastik dipandang negatif. Maka sejak 1970-an hingga kini, plastik menjadi limbah yang diwaspadai. Berikut bahayanya menurut situs daring dietkantongplastik:

KLIK INI:  Mengaji dengan Nuansa Hijau di Rumah Tahfiz Alam KP2K Desa Kindang
  • Mencemari lingkungan

Sangat sering saya temukan, sampah-sampah dibungkus plastik lalu dibuang dipinggir jalan. Biasanya jika terburai akan ketahuan jika di dalamnya terdapat pula plastik.

Membuang kantong plastik jadi ancaman nyata bagi lingkungan. Selokan akan tersumbat, air akan tercemar dan ekosistem sungai hingga laut akan rusak hingga akan berdampak buruk pada hewan dan manusia.

  • Picu perubahan iklim

Dari proses produksi, konsumsi, hingga pembuangannya menghasilkan emisi karbon yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim karena kondisi bumi semakin memanas.

Sumber material kantong plastik yang terbuat dari minyak bumi, yang merupakan sumber daya alam tak terbarukan, mengakibatkan pencemaran lingkungan di negara-negara berkembang karena limbah pabriknya dibuang ke sungai dan pembakaran gas metana mengakibatkan emisi karbon ke udara.

  • Butuh waktu lama untuk terurai

Kantong plastik (dan jenis plastik lainnya) sulit terurai di tanah karena rantai karbonnya yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikroorganisme. Kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian.

Kantong plastik yang diklaim ramah lingkungan pun akan terurai lama dan tetap akan menjadi sampah. Terlebih lagi karena sifatnya yang cepat terurai menjadi mikro plastik, akan lebih mudah untuk mencemari lingkungan.

  • Ancaman bagi manusia

Kantong plastik yang dibakar bisa menyebabkan pencemaran udara dan gangguan pernapasan. Selain itu, kantong plastik yang digunakan sebagai wadah makanan berpotensi mengganggu kesehatan manusia karena racun pada kantong plastik bisa berpindah ke makanan.

KLIK INI:  Kolaborasi dengan MP2Q, Klikhijau Berbagi Tumbler di Desa Kindang