Bukan Hanya Kayu Kuku, Kayu Unggulan Sulawesi Ini Juga Terancam Punah

oleh -2,069 kali dilihat
Bukan Hanya Kayu Kuku, Kayu Unggulan Sulawesi Ini Juga Terancam Punah
Kayu eboni/Foto-ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Ancaman kepunahan rupanya tak hanya dialami oleh hewan, tetapi juga tanaman, termasuk pohon. Pohon kayu kuku misalnya, salah satu pohon khas Sulawesi disinyalir mulai terancam punah.

Namun ternyata bukan hanya pohon kayu kuku yang keberadaannya mulai mengkhawatirkan, tapi juga pohon eboni yang merupakan kayu komersil unggulan Sulawesi pun diduga  mulai langka.

Eboni merupakan jenis kayu indah dalam perdagangan di Indonesia. Daerah sebaran alami eboni dan wilayah ekspor terbanyak berasal dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara.

Barangkali karena keindahan dan memiliki nilai jual tinggi, sehingga pohon eboni masuk kategori tanaman langka yang dilindungi oleh pemerintah.  Kayu eboni mengalami pengurangan di habitat aslinya secara masif.

KLIK INI:  Lebih Dekat dengan Kayu Kuku, Spesies Khas Sulawesi yang Terancam Punah

Salah satu penyebabnya adalah para pembalak mengincar kayu hitamnya karena memiliki kualitas yang bagus. Tidak tanggung-tanggung harga satu kubik kayu eboni di luar negeri bisa mencapai Rp 120 juta.

Maret 2019 lalu, pihak BAKAMLA RI bekerjasama dengan Gakkum KLHK melakukan penyegelan 2 (dua) kontainer yang berisi kayu eboni tanpa dilengkapi dokumen di Surabaya.

Perlu dilakukan konservasi ex situ

Berdasarkan Balai Penelitian Kehutanan Manado tahun 2013, pemanenan yang dilakukan terhadap jenis kayu ini telah berlangsung sejak lama. Dan tidak dapat diimbangi dengan kemampuan regenerasi alaminya. Ini dikhawatirkan jenis ini sedang mengalami ancaman kelangkaan bahkan kepunahan.

Ancaman ini diperparah dengan terganggunya habitat asli flora akibat perambahan hutan, fragmentasi kawasan hutan, penebangan liar dan lain-lain. Karenanya, menurut Balai Penelitian Kehutanan Manado 2014 silam, perlu dilakukan konservasi ex situ.

Ini sebagai salah satu langkah yang mendesak untuk dilakukan dalam rangka menyelamatkan tanaman jenis ini.

Caranya adalah penanaman yang dilakukan diluar habitat aslinya, misalnya di hutan kota, kebun koleksi (arboretum), kebun botani, hutan wisata, hutan lindung, halaman rumah, halaman sekolah maupun halaman perkantoran dan lain-lain.

KLIK INI:  Dua "Pemain Besar" Kayu Ilegal Asal Papua Barat Siap Disidangkan
Eboni rusak berat sebabkan ekspor menurun tajam

Jika kita menengok ke belakang, kita akan menemukan fakta, pada tahun 1920 ekspor eboni mencapai 2.300 m3 , meningkat menjadi 8.200 m3 pada tahun 1928, dan setelah itu rata-rata 6.000 m3/tahun.

Tahun 1973, ekspor kayu eboni mencapai puncaknya yaitu 26.000 m3 dan masih mencapai 23.000 m3 tahun 1978.

Setelah itu, tegakan eboni rusak berat sehingga ekspor menurun tajam (Lemmens et al., 1995). Penurunan potensi tersebut mendorong pemerintah mengeluarkan SK Menteri Kehutanan No. 31/KPTS-IV/86 mengenai penertiban kayu eboni (pelarangan penebangan baru) di Sulawesi Tengah

Kayu dengan nama biologis Diospyros Celebica ini sejak tahun 1998, IUCN Red List of Threatened Species menggolongkan eboni (Diospyros celebica) dalam kategori vulnerable. Dan mulai tanggal 12 Juni 2013 lalu, jenis ini telah masuk Appendix II CITES yang berarti hanya dapat diperdagangkan berdasarkan kuota.

Eboni dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah mulai dari tanah berkapur, berpasir sampai tanah liat dan berbatu asal tidak becek. Bermacam-macam jenis tanah seperti latosol, calcareous soil dan podsolik serta tanah podsolik kecoklatan dan inceptisol

Eboni tergolong ke dalam kayu ekspor. Produk ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan mebel, perkakas rumah tangga, hiasan dinding, alat musik, kipas, kayu lapis mewah, bahan bangunan atau barang kerajinan lainnya.

KLIK INI:  Felix Finkbeiner, Remaja yang Menanam 150 Pohon untuk Setiap Orang di Bumi