Bencana Karena Krisis Iklim Terjadi Setiap Pekan, Ini Imbauan PBB!

oleh -781 kali dilihat
Bencana Karena Krisis Iklim Terjadi Setiap Pekan, Ini Imbauan PBB!
Ilustrasi bencana/Klikhijau.com

Klikhijau.com – Bencana akibat krisis iklim kini terjadi setidaknya sepekan sekali. Negara-negara berkembang diimbau akan dampaknya yang amat berarti.

Misal kekeringan di India, Topan dan dan Kenneth di Mozambik memang menjadi perhatian dunia.

Namun di berbagai belahan dunia lainnya, bencana dengan skala lebih kecil terjadi setiap harinya, mematikan dan menyengsarakan manusia.

Di Indonesia pun, dalam sepekan terakhir kebakaran hutan dan lahan terjadi di 12 Kabupaten di Aceh.

Dilansir dari The Guardian, Juru Bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan bencana mengatakan bahwa rentetan bencana ini berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan.

“Ini bukan soal masa depan, ini tentang saat ini,” kata Mizutori.

KLIK INI:  Rusaknya Hutan Mangrove dan Teluk Tembe di Kembar Maminasa

Mizutori menilai bahwa adaptasi terhadap bencana akibat krisis iklim tak bisa lagi dilihat sebagai masalah jangka panjang. Efeknya yang sudah mulai dirasakan, membutuhkan antisipasi cepat.

Hingga kini, mitigasi bencana terkait perubahan iklim hanya jadi jargon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Padahal, kita juga perlu fokus pada dampaknya dan cara untuk beradaptasi dengan secepat mungkin.

Harusnya perubahan iklim tak membuat kita lupa akan penanganan akar masalah. Namun, adaptasi perlu diterapkan sebagai solusi jangka panjang.

“Kita bisa saja bicara soal darurat perubahan iklim, namun jika kita tidak bisa menghadapinya, kita tidak akan selamat,” kata Mizutori.

Banyak dari bencana berskala kecil sebenarnya bisa dihindari jika masyarakat menerima imbauan dini.

Dampak krisis iklim di dunia

Masalah ini tak hanya jadi pukulan berat bagi negara-negara dunia ketiga.

Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang lebih makmur itu juga dilanda gelombang panas.

Mereka pun harus menciptakan infrastruktur untuk melindungi warganya dari bencana serupa.

KLIK INI:  Kabar Buruk dari Aceh, Ratusan Hektar Dilanda Karhutla di Dua Belas Kabupaten

Solusi alami seperti penanaman bakau, hutan, dan lahan basah perlu menjadi penangkal banjir yang diprioritaskan.

Lebih lanjut, orang-orang yang hidup di penampungan atau wilayah kumuh juga perlu dilindungi.

Mereka yang lebih terancam yakni warga miskin, perempuan, anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, dan orang-orang yang hidupnya tak menentu dan sulit memenuhi kebutuhan dasar.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari tahun 2018 hingga 2019, ada 5.244 bencana alam.

Paling banyak yakni puting beliung dengan 1.812 kejadian, bajir dengan 1.378 kejadian, dan tanah longsor dengan 1.141 kejadian.

Pun, terdapat 605 kasus kebakaran hutan dan lahan dan 130 peristiwa kekeringan. Bencana sejak 2018 telah menelan 5.086 korban jiwa dan 11 juta orang menderita dan mengungsi.

Ada 838.129 rumah rusak dan terendam serta 5.496 fasilitas kesehatan, peribadatan, dan pendidikan yang rusak.

Seyogianya, pemerintah perlu mengkoordinasikan mitigasi kebencanaannya dengan baik supaya hak hidup aman, nyaman dan sejahtera terpenuhi.

KLIK INI:  Tantangan Berat Bagi Indonesia, Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Tidak Berkelanjutan