Bagaimana Bisa Kopi Melindungi Gorila di Uganda dari Kepunahan?

oleh -462 kali dilihat
Bagaimana Bisa Kopi melindungi Gorila di Uganda dari Kepunahan?
Gorila gunung Uganda/foto-Dw
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Sejak usia delapan belas tahun, Robert Byarugaba telah berburu di hutan Bwindi Impenetrable di Uganda. Ia berburu bersama ayahnya.

Kini usia Byarugaba telah memasuki angka 45 tahun. Byarugaba dan ayahnya bukanlah satu-satunya masyarakat setempat yang menggantungkan mata pencahariannya dengan berburu.

Berburu bagi masyarakat, ‘dulu’ adalah mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhannya. Hutan bagi masyarakat setempat adalah kehidupan. Dari hutanlah mereka memenuhi kebutuhannya untuk bernapas lebih lama, untuk menyiapkan generasi penerus mereka.

Apalagi Uganda adalah rumah bagi hampir setengah dari 1.000 gorila gunung yang diperkirakan hidup di dunia. Sayangnya, pada tahun 1991, populasi primata turun menjadi sekitar 300 hewan karena perburuan.

KLIK INI:  Perdagangan Satwa Liar Jadi Tantangan Global, Butuh Perhatian Serius

Untuk melindungi gorila gunung, pemerintah Uganda menjadikan Bwindi sebagai taman nasional. Itu berarti peningkatan perlindungan dan regulasi akses ke taman tak lagi bebas. Tetapi, banyak pemburu terus berburu semua karena mata pencaharian mereka bergantung padanya.

Para pemburu itu menyisir hutan untuk mencari babi hutan, kijang, kambing, dan kadang-kadang gorila. Kera besar mungkin dibunuh untuk memberi makan keluarga setempat, atau daging dan bagian tubuh mereka dapat memperoleh jumlah besar di pasar untuk daging semak atau obat tradisional.

Karena Gorilla Conservation Coffee

Namun, sejak lima tahun lalu banyak masyarakat, termasuk Byarugaba, telah berhenti berburu. Ia kini fokus bertani kopi. Hanya saja, awal-awalnya ia tak tahu harus menjual ke mana kopi-kopi yang dipanennya. Ia tak tahu harus memenuhi kebutuhan keluarganya dari mana.

Lalu semuanya berubah sejak 2017 berkat kehadiran karya Gorilla Conservation Coffee. Byarugaba mengatakan dia sekarang mencari nafkah yang dapat diandalkan dari perkebunan kopinya.

KLIK INI:  Mengenal Tanaman Kemuning dan Ragam Manfaatnya untuk Kesehatan

Perusahaan sosial itu menyarankan petani kopi untuk menanam dan mereka membeli tanaman mereka, sehingga mereka tidak perlu menggunakan penjarahan hutan, semisal berburu.

Perubahan itu diawali oleh seorang perempuan bernama Gladys Kalema-Zikusoka. Ia seorang dokter hewan margasatwa, pertama kali datang ke Bwindi pada tahun 1994 dan dikejutkan oleh penduduk desa yang miskin di taman nasional.

Ia mkemudian berinisatif mendirikan LSM Konservasi Melalui Kesehatan Masyarakat (CTPH) untuk mengatasi penularan penyakit antara manusia dan satwa liar. Melacak gorila melalui hutan.

Ketika suatu hari ia melintasi kebun kopi. Itu membuatnya berpikir, bahwa kopi bisa menghentikan perburuan ke hutan. Ia menyadari bahwa untuk melindungi gorila, orang harus diangkat dari kemiskinan.

KLIK INI:  Hanya Ada di Sulawesi, Nasib Pohon Kalapi Semakin Memprihatinkan

Selain Byarugaba, ada Safari Joseph yang mulai menanam kopi pada 2007 tetapi seperti Byarugaba, selama bertahun-tahun ia tak menghasilkan cukup uang untuk hidup.

“Tantangan kami adalah ketika kami mulai menanam kopi, kopi kami tidak memiliki pasar,” katanya.

Saat ia bingung, ia pergi ke Dr. Gladys dan meyakinkannya untuk bekerja bersama memasarkan kopi warga setempat.

“Dia bilang ya, dengan syarat mereka berhenti perburuan. Pada 2015, Kalema-Zikusoka mendirikan Gorilla Conservation Coffee,” katanya lagi.

Populasi gorila meningkat

Saat ini, merek memasok toko-toko di Uganda, Kenya, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat. Saat ini membayar setara dengan € 0,31 ($ 0,34) untuk satu kilo ceri kopi merah, hampir dua kali lipat dari harga pasar reguler. 500 petani yang mendapat manfaat dari harga premium ini adalah anggota Koperasi Petani Kopi Bwindi, yang menjadi sekretaris adalah Joseph.

KLIK INI:  Studi: 79% Tumbuhan Harus Dipertahankan untuk Mencapai Tujuan Iklim PBB

Hanya saja, menurut Gladys Kalema-Zikusoka Gorilla Conservation Coffee mengandalkan dana donor untuk membeli kopi di muka dan memotong perantara. Tetapi itu berarti tidak selalu memiliki uang tunai untuk membeli kopi sebanyak yang bisa dijual.

“Karena kami tidak punya cukup uang untuk membeli kopi dari petani, kami tidak dapat memenuhi permintaan,” katanya.

Berkat kopi, kini populasi gorila Bwindi telah tumbuh dari kurang dari 300 pada tahun 1995 menjadi lebih dari 400. Hal itu membuat Byarugaba merasa keputusannya bertani kopi dan berhenti berburu telah berkontribusi pada kebaikan yang lebih besar.

“Saya suka perburuan liar, sebagian besar hal yang saya nikmati dalam hidup saya adalah perburuan liar, tapi dengan bertani kopi, saya selalu dapat yakin tentang biaya sekolah untuk anak-anak saya.”

KLIK INI:  Tentang Pari Manta, Spesies Ikan Pari Terbesar di Dunia

Bukan hanya Byarugab yang merasakan manfaat bertani kopi, tapi juga Musiimenta Allen yang berusia 32. Ia mengawasi kepatuhan untuk koperasi, memastikan anggotanya mematuhi praktik yang melindungi hutan.

Sejak suaminya meninggal pada 2014, Allen harus menghidupi dirinya sendiri dan kedua putranya dari perkebunan kopinya. Dia dulu bergantung pada hutan untuk kebutuhan sehari-hari seperti kayu bakar, tetapi sejak bergabung dengan koperasi pada tahun 2016, dia mampu membeli kayu bakar sebagai gantinya.

Hal ini mungkin bisa diterapkan di Indonesia untuk melindugi satwa dari perburuan liar. Iya, sangat mungkin

KLIK INI:  Bayi Mungil Owa Jawa Lahir di Konservasi Gunung Pangarango